Katanya, tumbuhlah dengan baik. 'Nak, jadilah anak yang berbakti.' Adalah doa pertama yang kudengar ketika pertama melihat dunia.
Aku tumbuh. Tidak semenarik mereka yang sejenisku. Tidak sebaik kawan-kawanku. Tidak sehebat anak-anak idaman ibu. Tidak pernah seberharga mereka bagiku.
Aku tumbuh. Dengan lubang besar merongga di relung hati. Menggerogoti seiring usia bertambah setiap hari.
Aku berdiri. Dengan sungai-sungai tersembunyi mengalir ke pipi. Perlahan mengering. Sesekali gerimis. Mati.
Aku bertahan. Dengan hati mengeras menahan badai. Kata menajam menusuk semua hati. Aku tidak peduli.
Aku berdoa. Agar Tuhan tak membenci, jika kuakhiri waktuku sendiri. Agar mereka menyesali. Namun si pecundang ini tak berani menghabisi.
Tetap kujalani. Nafas yang ingin berhenti. Hidup terasa mati. Rasa yang tak pernah dimengerti. Aku yang tak pernah berarti.
KAMU SEDANG MEMBACA
All The Things That Your Heart Never Heard
PoetrySuatu hari, aku harap kamu menemukan apa yang selalu aku tulis di tengah malam, atau pukul dua dini hari, kadang pukul empat sore di bis, seringnya sih saat ingat kamu yang tidak kenal waktu. Jika hari itu tiba maka kamu perlu tahu, sebagian di anta...