13 - Api Cemburu

661 30 0
                                    

"La , sendirian aja?" Tanya seseorang yang sedang duduk disamping Lala. Entah sejak kapan dia menempati bangku milik Zahra. -Teman sebangku Lala.

"Heh! Rian.. Sejak kapan duduk disitu?" Kaget Lala sambil menghadapkan tubuhnya kearah Rian.

"Udah dari tadi kali La , gue liat lo kayak sedih gitu. Kenapa? Ada masalah?" Ujar Rian santai.

"Ng.. Ngg.. Nggak kok Lala gak papa." Jawab Lala. Sudah jelas ia berbohong!

"Gue tau La , lo lagi ada masalah. Cerita aja sama gue. Biasanya juga emang kayak gitu kan?"

Lala mengangguk. Ia mengambil nafasnya lalu mulai menceritakan kejadian tadi pagi.

"Lala itu lagi bingung ian , Lala juga sakit hati! Lala sedih! Lala ngerasa Difa menjauh dari Lala!" Celoteh Lala mengungkapkan isi hatinya.

Rian hanya diam berusaha mencerna ucapan Lala. Menunggu Lala meneruskan ceritanya.

"Kemaren kan sehabis pulang jalan bareng, Lala dikasih boneka sama Difa. Dan Lala belum sempat bilang makasih sama Difa. Makanya tadi pagi Lala nunggu Difa di koridor. Pas Difa liat Lala , dia malah berbelok arah. Kearah kantin. Lala kejar Difa , tapi Difa tetep aja jalan. Gak nengok sekalipun. Sampe akhirnya bel bunyi dan Lala berhenti kejar Difa.." Curhat Lala panjang lebar. Ia nyaris akan menangis saat ini juga.

"Stttt.. Jangan nangis! Ntar malah tambah jelek:v" Ledek Rian kepada Lala yang sudah berkaca-kaca.

"Ihhh Rian malah becanda! Lala serius tau!" Ketus Lala sambil membalikan tubuhnya. Membelakangi Rian.

"Iya iya gue sekarang serius." Ucap Rian dengan nada seriusnya. Membuat Lala menghadapkan tubuhnya kembali kearah Rian.

"Menurut gue , dia berbelok kearah kantin mungkin karena dia belum sarapan. Jadi dia mau sarapan di kantin." Ujar Rian menenangkan Lala.

"Enggak ian , Difa berbelok arah setelah melihat Lala." Rengek Lala bersedih.

"La , lo positif thinking aja. Jangan nething , itu hanya akan membuat lo makin sedih." Ucap Rian sembari menepuk nepuk pundak Lala.

Bruuukk

Tiba-tiba pintu kelas Lala terbuka. Terlihat seseorang yang sedang ngos-ngosan sengaja menabrak pintunya. Ia kelihatanya sedang buru-buru sekali.

"Lisaaa.." Teriak Lala aneh melihat Lisa yang terlihat panik.

"La... Guu..gueee..." Ucap Lisa terbata-bata karena masih ngos-ngosan.

"Tarik nafas dulu Lis ,"

Lisa pun menurut. Setelah lumayan tenang ia pun mulai berbicara.

"La , gue ada informasi penting buat lo."

"Hah apa? Pasti tentang Difa? Ayo cepet ceritaiiinn Lis.." Lala mulai tak tenang menggoyah-goyahkan tubuh Lisa.

"Tenang La , dengerin cerita dia dulu." Ujar Rian menenangkan Lala yang mulai panik .

"Cepetan Lisa..!" Suruh Lala sedikit membentak.

"Tadi dikelas , gue lihat Difa berdua terus sama si Sela. Dan tadi di kantin mereka juga berdua loh la. Mereka makan bareng."

Duaaaarr..

Hati Lala sakit! Terasa seperti tersambar petir! Apa ucapan Lisa itu benar? Atau ia sengaja membohongi Lala? Lala berusaha mencerna setiap ucapan Lisa.

"La,gue gak bermaksud bikin lo sakit hati. Gue cuma nurut sama perintah lo. Lo kan yang nyuruh gue mata-matain Difa?" Ucap Lisa merasa bersalah karena Lala tengah menangis sesegukan saat ini.

Lala hanya menganggukan kepalanya.

Sambil menangis Lala berbicara "Lis.. Lisa gak bohong kan?"

"Gue lihat dengan mata kepala gue sendiri La." Ujar Lisa dengan yakin.

"Tenang La, jangan nangis!" Ucap Rian. Sekali lagi,berusaha menenangkan Lala.

"Yaudah La cuma itu aja yang mau gue kasih tau. Gue pamit ke kelas dulu. sebentar lagi bel." Pamit Lisa .

"Jangan sedih. Yang sabar yaa.." Ucap Lisa menepuk pundak Lala sekilas dan pergi keluar dari kelas X Science B.

Lala semakin menjadi-jadi! Ia menangis! Meluapkan segala kesedihannya di pundak Rian. Hanya Rian lah yang setia menemani Lala saat ini.

"La,udah. Jangan nangis La gue mohon!" Ucap Rian memelas. Ia tak tega melihat orang yang ia sayangi menangis seperti ini.

Lala terus saja menangis. Tak ada hentinya. Air mata berkucuran dengan sangat deras.

"Semua yang diucapkan Lisa itu belum tentu bener La,dia gak ada bukti!" Ujar Rian yang masih mengelus-ngelus kepala Lala. Menenangkan Lala yang sedang menangis dipundaknya.

"Rian! Lo apain sahabat gue sampe dia nangis kayak gini?" Bentak Zahra yang baru saja datang dari kantin bersama Cindy.

"Di.. Diff.. Difaa ra , Difaa.." Ucap Lala terbata bata. Zahra memeluk Lala. Lalapun membalas pelukan Zahra.

"Difa kenapa La? Apa yang terjadi?" Tanya Zahra santai.

Lala tidak menjawab. Ia malah menangis. Dan terus menangis!

"Oh jadi Lala nangis gara gara si playboy itu? Udah La , putusin aja! Masa tadi gue lihat dia berduaan sama cewek di----" Belum sempat Cindy melanjutkan omongannya tiba-tiba Zahra membekap mulutnya.

"Punya mulut itu dijaga bego!" Ucap Zahra membisikannya di telinga Cindy.

"Dimana? Dikantin? Jadi semua itu benar?" Tanya Lala kepada Cindy. Mengucapkan itu semua dengan gemetar. Karena ia masih dalam keadaan menangis.

"Udah La , jangan dengerin mulut ember dia!" Ujar Zahra menatap tajam Cindy.

"Kita bawa Lala ke UKS aja Ra , lagian kalo sekarang diterusin belajar dia gak bakal fokus." Ucap Rian yang tengah diam sedari tadi.

"Iya bener." Sahut Zahra.

Merekapun mengantar Lala ke UKS. Disana Lala bisa beristirahat menenangkan pikirannya.

"DIFA.. KENAPA DIFA NGELAKUIN INI?"

"KENAPA DIFA JAHAT SAMA LALA?"

"KENAPA DIFA NYAKITIN LALA TERUS?"

"SALAH LALA APA?"

"LALA SAYANG SAMA DIFA.."

Cinta dan KesabaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang