28 - Cafe Vanilla

647 16 13
                                    

"Maaf buat apa?" Tanya Lala yang sudah lelah untuk berpikir.

Difa tersadar. Ia keceplosan mengucapkan kata yang seharusnya tidak ia ucapkan.

"Gak papa." Jawab Difa santai sambil tersenyum hambar.

"Ihh cepetan maaf apa? Lala jadi penasaran.." Rengek Lala yang sudah sangat kepo.

"Gak papa kok , aku pulang dulu yaa. Selamat beristirahat cantik." Ujar Difa mengacak-ngacak ujung kerudung Lala.

Lala hanya bisa tersenyum bahagia. Tubuhnya kaku saat Difa memujinya "cantik." hingga beberapa menit kemudian Lala tersadar , sudah tidak ada siapa-siapa di depan rumahnya saat ini. Hanya ada dirinya , dengan rintikan air hujan yang mulai turun kembali. Lala pun masuk ke dalam rumah dengan hati yang berbunga-bunga.

"Assalamualaikum ma .. Lala pulaaang." Teriak Lala membukakan pintu rumahnya.

"Sttt.. Jangan berisik , adik kamu lagi tidur ntar dia bangun." Bentak Marisa tapi berbisik.

"Hehe maaf deh ma , Lala gak tau kalo si kecil lagi tidur." Si kecil itu adalah panggilan Lala kepada adiknya yang kedua. Ia bernama Alif Daniela. Umurnya baru 1 tahun 6 bulan.

"Emang kenapa sih anak mama? Kok kayaknya bahagia bangeeet." Goda Marisa.

"Hah enggak kok mah," Lala tersipu malu.

"Yaudah mandi dulu sana terus ganti baju." Perintah Marisa lembut.

"Siap mabos."

Sedangkan disisi lain , seorang wanita sedang berbincang dengan seseorang di sebuah cafe. Perbincangan mereka tidak terlalu serius , kadang disertai dengan tertawa.

"Pokoknya , lo harus bisa bikin dia jatuh cinta sama lo." Ujar wanita itu mengancam.

"Iya lo santai aja , malam ini juga. Gue pastiin dia bakalan klepek-klepek sama gue." Jawab wanita yang satunya lagi.

"Haha dasar cabe! pede banget jadi orang."
Lalu mereka pun tertawa.

"Yaudah gue telpon dia dulu ya." Izin wanita yang disebut cabe itu kepada wanita yang satunya lagi sambil memanggil sebuah nomor.

Tak ada jawaban dari nomor itu. Hingga wanita itu harus mencoba menelponnya sekali lagi.

"Hallo." Ujar suara lelaki disebrang sana.

"Haii , bisa ke cafe vanilla gak malam ini?" Jawab wanita itu ramah.

"Ngapain?" Tanya lelaki itu heran.

"Ada yang perlu gue omongin. Penting!" Ujar wanita itu seperti orang yang sedang sangat panik.

"Hm." Jawab lelaki itu dingin.

"Jam 8 , gak boleh telat! Gue tunggu."

Tuttt.. tuuut.. tuttt..

Telpon pun dimatikan secara sepihak.

****

Lala membaringkan tubuhnya di kasur. Baru saja ia akan memejamkan matanya , tiba-tiba dering ponselnya mengagetkannya.

Cinta dan KesabaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang