"Gue mau bicara." Ucapnya dengan nada datar.
"Hah!" Lala tersentak kaget saat melihat seseorang yang telah mengganggunya,membuat Lala kesal karena belum sempat membereskan lagu nya.
"Bisa kan?" Tanya nya mengangetkan Lala dari lamunan nya.
"Ngomong aja." Ujar Lala ketus. Ia sedang kesal pada cowok di hadapan nya. Ia pikir di gantung itu enak apa?
"Kita ngomong di taman belakang." Ujarnya sambil berlalu menuju taman belakang sekolah.
Lala hanya mengangguk dan mengikuti saja.
"Eh La , lo mau kemana sih? Kok kayak ngikutin si cowok brengsek itu " Tanya Cindy yang merasa sangat jengah dengan Lala yang tak pernah bosan berurusan dengan cowok macam Difa.
"Lala .. Lala mau ke taman belakang cin." Ujar Lala merasa gugup.
"Gak usah! Dia udah sering nyakitin lo , dan gue tau dia nge gantung hubungan lo sama dia kan?" Cindy nampak sangat marah.
Lala hanya bisa diam mendengar semua kata demi kata yang di lontarkan cindy.
"Lo diem aja disini. Ngapain ngikutin dia segala?" Ketus Cindy yang refleks membuat Lala membulatkan matanya.
Kenapa Cindy jadi begini? Kenapa keliatanya Cindy sangat membenci Difa?
"Gue yang minta." Ujar Difa santai tanpa membalikkan badannya.
Cindy hanya melirik tajam kearah Difa.
"Ayo!" Ajak Difa sambil memegang tangan Lala.
*******
Jantung Lala berdegup kencang , sudah lama ia tidak bertegur sapa dengan cowok disebelahnya , dan kini cowok itu masih terus memegang pergelangan tangan Lala.
Lala merasa tidak nyaman dalam keadaan awkard seperti saat ini. Akhirnya ia mencoba memecahkan keheningan yang sedari tadi melanda mereka berdua.
"Di..Difa ngapain ngajak Lala kesini?" Tanya Lala gugup.
"Emang gak boleh?" Tanya Difa terkesan cuek.
"Boleh kok,boleh banget." Ujar Lala sambil tersenyum. Seketika ia lupa akan hubungannya yang Difa gantung berhari-hari.
"Tadi,lo nyindir gue?" Tanya Difa masih dengan nada datarnya.
"Yang mana?" Lala bertanya balik.
"Pas lo nyanyi dikelas."
Deg
Lala bungkam seketika. Ia bingung harus menjawab apa. Ia sama sekali tidak berniat menyindir siapapun. Apalagi menyindir Difa. Ia hanya bernyanyi sesuai dengan perasaannya.
"Eng.. Enggak kok.. Lala gak nyindir Difa , beneran." Ucap Lala sembari mengangkat jari-jari tangannya dan membentuk huruf V.
"Oh."
Sial! Jawaban macam apa itu? Lala hanya bisa mengelus dada nya. Ia harus extra sabar menghadapi lelaki dihadapannya.
"Gue gak bermaksud gantung lo kok." Difa menghadapkan tubuhnya kearah Lala.
Lala diam. Menunggu Difa melanjutkan kalimatnya.
"Gue udah ngambil keputusan." Ujarnya sambil menatap mata Lala lekat.
"Jadi? Keputusannya apa?" Tanya Lala yang merasa jantungnya akan copot saat di tatap dengan begitu lekatnya oleh Difa.
Difa belum menjawab. Ia melepaskan genggaman tangannya yang tadi memegang tangan Lala. Tubuhnya yang awalnya mengahadap Lala tiba-tiba menghadap ke depan. Seolah ia tak ingin melihat wanita yang ada disebelahnya ini.
Lala yang melihat perubahan Difa pun seketika melemas. Ia sangat rapuh saat ini. Ia yakin,sebentar lagi kenyataan pahit akan menimpanya. Difa akan meninggalkannya.
Tubuh Lala bergetar , wajahnya pucat. Tangannya pun berkeringat. Matanya merasa panas seketika. Pertahanannya akan hancur dalam waktu sekejap. Ia tak bisa menahannya. Kini air mata itu lolos dari pelupuk matanya. Lala menangis dalam diam. Dadanya terasa sangat sesak.
Difa menengok kearah Lala. Tumben gadis bawel ini tidak memaksanya menjawab. Biasanya Lala selalu memaksa Difa menjawab saat Lala melontarkan pertanyaan padanya.
"La,lo nangis?" Difa seketika kaget melihat gadis manis disampingnya tengah menangis sesegukan.
"Lala tau , Difa ngajak Lala kesini pasti mau mutusin Lala kan?" Tebak Lala dengan suara khas orang yang sudah menangis.
Difa yang mendengan perkataan Lala barusan sontak memeluk Lala. Membawa badan gadis itu kedalam dekapannya.
Lala berontak. Ia semakin menangis sejadi-jadinya. Namun usahanya sia-sia , Difa lebih kuat menahan dekapannya.
Difa membiarkan Lala bersandar pada pundaknya. Ia tak kuasa melihat wanita yang sangat ia cintai menangis seperti ini.
Difa merangkul Lala dari belakang. Ia mencubit pelan pipi Lala.
"Jangan pernah berpikir gue bakal ninggalin lo." Ucapnya sambil tersenyum.
Lala menegakkan badannya.
"Jadi Difa gak mutusin Lala?" Tanya Lala antusias.
"Nggak sayang." Jawab Difa sambil mengacak-ngacak ujung kerudung Lala.
Lala menutup wajahnya dengan tangannya sendiri. Ia merasa sangat malu.
"Kenapa ditutup?" Tanya Difa heran.
"Difa jangan bicara dulu sama Lala , Lala malu sama Difa." Ujar Lala dengan polosnya. Ia benar-benar kepedean Difa akan memutuskannya. Padahal kenyataanya- tidak!
Difa yang melihat tingkah Lala seperti itu hanya bisa tersenyum.
****
#CuapCuapAuthor
Yeyeeeeye ternyataa Difa gak mutusin Lala😆
Tapi bagaimana dengan mama nya Difa? Bukannya mamanya Difa melarang mereka pacaran?
Oke tunggu aja kelanjutan ceritanya guys❤❤
Jangan lupa vote and comment nya😘 Part selanjutnya bakalan cepet aku update kalo banyak yang vote😊 Aku tantang yaa part selanjutnya 10 vote 5 comment. Gimana?Salam,
LastriNurhayati
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Kesabaran
Novela Juvenil"Barangkali benar, hati paling keras hanya mampu diluluhkan oleh kelembutan cinta paling sabar yang memeluknya." ***** "CUKUP La! Hati lo gak terbuat dari besi ataupun baja! Mau sampe kapan sabar kayak gini?" ^^^^