30 - Don't cry Lala

1K 28 23
                                    

Motor ninja merah kesayangan Difa telah terparkir dengan sangat rapih di halaman rumahnya. Difa pun masuk ke dalam rumah tak lupa dengan ucapan salam yang tak pernah ia lupakan saat masuk ke rumah siapapun.

"Assalamualaikum." Ucap Difa pelan tapi masih dapat terdengar.

"Waalaikumsalam Dif , kamu dari mana aja sih kok gak bilang-bilang mau keluar? Mama kan khawatir sama kamu." Ucap Monika kepada anak semata wayangnya.

"Aku abis dari cafe ma , aku ke kamar dulu ya." Jawab Difa dingin sembari berlalu meninggalkan Monika.

"Gak pernah berubah dari dulu , tetep aja sikapnya dingin sama siapapun." Ucap Monika dalam hati.

Difa bergegas menuju kamarnya dan membersihkan dirinya. Setelah ia selesai membersihkan diri tiba-tiba ia teringat kejadian barusan di cafe Vanilla. Difa pun duduk sambil menerawang jauh.

"Apa sebenernya gue juga ada perasaan sama Jasmine?" Tanya Difa entah kepada siapa.

"Tapi gimana sama Lala?" Difa diam sebentar. Lalu berkata "Kayaknya gue udah gak ada rasa sama dia , tinggalin aja. Simple!" Difa pun memejamkan matanya , dia tertidur pulas malam ini.

*****

"La udah dong , jangan nangis mulu." Ujar Zahra menepuk-nepuk pundak Lala pelan.

"Lala masih gak nyangka sama sikap kak Jasmine Ra.."  Ucap Lala sesegukan.

"Cukup La! Hati lo gak terbuat dari besi ataupun baja. Mau sampai kapan sabar kayak gini?" Teriak Cindy membelototi Lala masih di cafe vanilla.

"Gak usah teriak-teriak , malu sama orang." Aisyah tersenyum mendengar teriakan Cindy barusan. Ia memang selalu saja kalem , dimana dan kapanpun.

"Aisyah! Lo apa-apaan sih. Sahabat lagi ada masalah gini malah sunyam senyum terus." Ujar Cindy terlihat marah.

"Terus aku harus ngapain? Aku gak bisa berbuat apa-apa selain nemenin Lala." Jawab Aisyah masih dengan santainya.

"Udah udah , gak usah berantem. Gak liat apa Lala tambah nangis liat kalian berantem kayak gini?" Zahra berusaha menengahi.

"Iya maaf." Ucap Cindy dan Aisyah bersamaan.

"Tadi , gue liat sih kak Jasmine nembak Difa." Ujar Cindy merasa benar dengan ucapannya.

"APA?" Zahra terlihat kaget mendengarnya. Dan Lala? Dia menggelengkan kepalanya.

"Gak mungkin Cin , gak mungkin.." Sanggah Lala masih dalam keadaan menangis.

"Lo yang bener aja Cin? Lala lagi sedih terus malah lo tambah-tambahin aja. Ya otomatis Lala tambah sedih lah denger ucapan lo barusan!" Zahra kesal karena Cindy mengasih tau kabar barusan tidak tepat pada waktunya.

"Lala gak percaya , pokoknya Lala gak percaya.." Lala masih menggeleng-geleng kepalanya.

"Setahu gue sih Difa belum jawab apakah dia nerima kak Jasmine atau enggak. Kita liat aja besok." Cindy malah semakin bersemangat memanas-manasi Lala.

"Lo kok tahu banget sih?" Zahra merasa aneh karena Cindy mengetahui semua kejadian yang dilakukan kak Jasmine bersama Difa tadi.

Cindy salah tingkah. Ia bingung harus bagaimana. Hingga akhirnya ia berkata "Gue kan udah bilang! Gue menyaksikan semua kejadian barusan!" Jawab Cindy membela dirinya.

"Yaudah mendingan kita sekarang ke rumah Lala aja , malu loh dari tadi banyak yang liatin." Saran Aisyah.

Mereka pun bergegas meninggalkan cafe vanilla dan menuju rumah Lala.

Di mobil , Lala masih saja menangis. Ia benar-benar tak bisa memberhentikan air matanya yang terus menerus menetes.

"La , jangan nangis terus dong. Nanti kalo kita ditanya sama tante Marisa gimana?" Ucap Zahra khawatir.

"Iya La , bener juga tuh." Aisyah setuju dengan ucapan Zahra barusan.

"Udahlah La , cowok kayak si Difa itu emang bener-bener brengsek tau gak!" Cindy masih saja sinis jika membicarakan tentang Difa.

"Udah seharusnya lo putusin dia!" Ucap Cindy melihat tajam kearah Lala.

"Lo mau banget sih sin Lala putus sama Difa. Lo suka ya sama Difa?" Zahra lagi-lagi merasa aneh dengan sikap Cindy.

"Jangan asal nuduh lo!" Cindy tiba-tiba menjadi sangat antagonis.

"Udah sampe nih , turun yuk.." Aisyah lega akhirnya mereka sudah sampai di halaman rumah Lala dan tidak terus-terusan mendengarkan adu mulut antara Cindy dan Zahra.

Mereka berempat turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah Lala.

"Assalamualaikum.." Ucap mereka berempat sembari mengetuk pintu. Lala berusaha menghentikan tangisannya , untung saja ia sempat menghapus air matanya sebelum masuk ke dalam rumah. Tapi meskipun begitu , mata Lala masih terlihat merah seperti orang yang sudah menangis.

"Waalaikumsalam.. Eh Lala udah pulang nak?" Ucap Marisa membukakan pintu.

"Lohh , ada sahabat-sahabatnya Lala juga yaa? Ayo masuk semuanya." Marisa terlihat ramah dan respect kepada sahabat-sahabatnya Lala.

"Kita ke kamar Lala aja nemenin Lala gak papa kan tante?" Izin Zahra kepada Marisa.

"Iya gak papa kok. Kalian ini , kayak di rumah siapa aja." Ucap Marisa tersenyum lebar.

"Yaudah tante , kami ke kamar Lala dulu yaa." Ucap Aisyah.

"Eh tunggu-tunggu." Marisa merasa aneh dengan mata anaknya.

"Lala , mata kamu kenapa sayang? Kok merah gitu?" Marisa mendekati Lala. Terlihat sangat jelas disana bahwa Marisa sedang sangat khawatir.

"Kamu nangis ya?" Tanya Marisa cemas.

Lala hanya menggelengkan kepalanya.

"Yaudah kalo gitu kamu istirahat yaa.. Tuh katanya mau ditemenin sama sahabat-sahabat kamu." Ucap Marisa positif thingking bahwa anak kesayangannya baik-baik saja.

"Iya ma.." Ucap Lala dengan suara serak.

Baru saja mereka sampai di kamar Lala , tiba-tiba Cindy berpamitan kepada ketiga sahabatnya itu.

"Eh gais , gue gak bisa nemenin Lala nih.. Gue udah di telpon dari tadi sama ibu gue , gue pulang duluan gak papa kan?" Tanya Cindy kepada Lala , Zahra , dan Aisyah.

"Yah gak asik lo Cin , gak bisa ya lo luangin waktu buat nemenin Lala yang lagi galau ini?" Tanya Zahra.

"Udah , gak papa kok. Kamu pulang aja Cin." Ucap Lala mengizinkan Cindy untuk pergi duluan.

"Iya nanti ibu kamu marah sama kita." Tambah Aisyah bercanda.

"Haha yaudah gais aku pamit , byeee.." Cindy pun berlalu meninggalkan rumah Lala dan bergegas ke cafe vanilla kembali.

Tunggu tunggu , cafe vanilla? Ngapain lagi sih Cindy ke cafe vanilla?

#CuapCuapAuthor

Tunggu kelanjutannyaaa gaisss. Jan lupa vote and coment yaaa..

Salam,
LastriNurhayati

Cinta dan KesabaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang