PROLOG

8.3K 312 8
                                    

Ombak senja berdebur kencang. Menghantam siapa saja yang menghalanginya. Di sana berdirilah seseorang yang tengah menikmati sisa harinya di negeri wool ini. Berharap esok ia akan memiliki kekuatan yang besar untuk menghadapi masalahnya. Mengakhiri segalanya, sebelum semua semakin kacau.

Pergi. Ya. Pergi adalah jalan yang terbaik. Dia tak pernah menyangka kalau semua akan jadi seperti ini. Dia tak menyangka semua akan sekacau ini. Dan sekarang ia terjebak sandiwara yang ia buat sendiri dan tak tahu bagaimana cara untuk memperbaikinya.

'Apa aku telah merusaknya?'

'Atau memang dari awal ia seperti itu?'

Beg.

Dia merasakan hantaman ketika tubuhnya ditabrak dan direngkuh sedemikian rupa. Deru nafas dan kehangatan langsung menjalar ke tubuhnya yang kurus kering. Menembus jeansnya yang mulai tak melindunginya dari dinginnya udara.

"Aku merindukanmu. Aku merindukanmu Andi. Aku tidak peduli jika dunia menghujatku. Tapi aku hanya ingin kau tahu, kalau aku mencintaimu. Aku sungguh mencintaimu."

Dia yang bernama Andi mencoba melepaskan dirinya dari rengkuhan si kekar. Mengambil dua langkah ke belakang dan membiarkan riakan ombak lebih membasahinya.

"Apa kau pikir aku akan percaya?"

"Apa kau pikir aku peduli?"

"Pada akhirnya, tidak akan ada yang bisa kau lakukan untuk perasaanmu sendiri."

"Pada akhirnya, kau hanya akan menjaga nama baik keluargamu yang terhormat itu. Keluarga Aryahadinata."

Pikiran Andi jauh terhempas ke belakang, ke masa dulu ketika seseorang di hadapannya ini mengatakan pada teman-teman jet setnya bahwa ia tak pantas bersanding dengan seorang Putra Sulung Aryahadinata. Dia bahkan memperkosanya, tanpa ia sadari dia telah merusak masa depan seseorang.

Dan sekarang, setelah menghindarinya selama sebulanan ini, tiba-tiba dia datang dan menyatakan perasaannya yang menjijikan itu.

"Kenapa kau diam saja?"

"Kau-memang-pengecut Nata. Dan aku harap kau keluar dari kehidupanku."

Pria berbalut baju putih menatap Andi dengan tajam. Setelah dengan berani Nata mencoba mengatakan kata-kata yang mungkin akan ia sesali, Andi malah mematahkan hatinya begitu saja.

"FINE! I'M GAY AND I'M IN LOVE. SO WHAT????"

Andi yang sudah melangkah pergi terhenti setelah mendengarkan teriakan pria gila itu.

"KARENA YANG KAU CINTAI BUKAN AKU, TAPI BAYANGAN DALAM MEMORIMU YANG KAU PIKIR MIRIP DENGANKU. APA AKU SALAH??? SIAPA YANG KAU CINTAI SEBENARNYA? AKU, ANDI SYAHRIAL PRATAMA ATAU GADIS CINTA PERTAMAMU ITU? HAH???"

Dan Nata terdiam. Dia tak punya jawaban untuk pertanyaan menohok itu. Dia melihat air mata mulai membasahi wajah Andi yang mulus seperti gadis itu.

"Diammu menjelaskan segalanya Tuan Aryahadinata. Terima kasih."

Dan tinggalah Nata di senja sore itu. Dengan deburan ombak yang menjadi latarnya, dengan pertanyaan Andi yang mengulang di pikirannya.

'Kau bertanya siapa yang aku cintai? Mungkin memang gadis itu. Tapi bagaimana aku bisa mencintainya lagi ketika dia sudah pergi dari dunia ini? Gadis itu sudah mati. Sudah mati, Andi.'




NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang