Untittled

1.5K 91 1
                                    

"Selamat atas pertunanganmu!" Ucap Andi ketika ia mendapati Nata yang bangun lebih pagi.

Nata mencoba untuk tidak tersenyum getir. Seandainya Andi tahu alasan kenapa dia memilih menerima perjodohan yang disodorkan orang tuanya.

"Kau tahu?" Tanya Nata ingin tahu, bagaimana orang yang biasa mengacuhkannya tahu tentang kabar terbaru dirinya.

"Hmm. Adikmu yang cerita." Jawab Andi sembari meletakkan vacum yang sudah selesai dipakai.

"Oh. Kudengar dia masih menganggumu di cafe."

"Dia hanya ingin belajar. Lagipula, cafe itu sekarang milik pacarnya. Dia bebas melakukan apa saja di sana. Akupun tidak keberatan."

"Maaf. Dia memang sangat manja dan selalu mendapatkan apa yang ia mau." Tambah Nata yang mengambil sarapan Andi tanpa permisi, seperti biasanya.

"Dia lucu dan bersemangat. Aku menyukainya, jangan khawatir."

Nata yang baru saja menegak air mineral dinginnya membeku. Apa Andi baru saja mengatakan dia menyukai Bungsu?

"Buang pikiranmu itu! Aku menyukainya seperti menyukai adik kecilku. Dan jika kau lupa, aku akan ingatkan, aku sudah mencintai seseorang." Tekan Andi yang mulai menuju kamarnya.

"Lalu? Apa yang terjadi? Kulihat kau selalu sendiri?"

Andi terpaku sesaat lalu berbalik. Menatap manik mata Nata yang penuh dengan intimidasi. Nata memang tidak pernah berubah. Dia pikir dia adalah pria bijak yang selalu menjadi penasehat sahabatnya seperti yang ia katakan, padahal, Nata tidak lebih dari pria bodoh yang bahkan tidak bisa mengenali cintanya sendiri.

"Karena.... aku mencintai seseorang yang tidak pantas untukku. Karena aku mencintainya dalam diamku. Dan aku tidak sebanding dengan tunangannya yang kaya raya itu."

Emosi Andipun pecah. Nata menatapnya iba. Di dekatinya Andi dan dibawa ke pelukannya. Dibiarkannya Andi menumpahkan air matanya seperti bocah kecil yang kehilangan ibunya.

Dug dug

Dug dug

Dug dug

Nata tidak bisa lagi menahan gejolak hatinya. Bohong jika dia tidak merasakan apapun pada Andi karena jantungnya sudah menerangkan segalanya. Bohong jika ia tidak merasakan darahnya berdesir karena kehangatan tubuh Andi yang mulai membangunkan segala titik syarafnya. Dan bohong jika Nata tidak mencintai Andi, karena dia tidak tahan dengan kesedihan si cupu itu. Dia bahkan tidak sadar jika sudah memeluk Andi begitu erat dan possesif. Bagaikan seorang pria gentleman yang ingin melindungi kekasihnya. Tubuh Andi terasa begitu pas di tubuh Nata. Tiap lekukannya seakan-akan memang tercipta untuknya. Dan semuanya menghipnotis Nata. Membuatnya lupa diri akan keputusan yang telah ia buat. Karena tanpa ia sadar, kini dia telah menikmati tautan lembut yang masih ia rengkuh dengan begitu posesif. Apa yang terjadi? Apa Andi juga menikmatinya???

'Kau adalah simfony yang indah. Begitu indahnya hingga tidak sedetikpun aku melupakanmu. Waktu boleh saja bergulir, tapi dari dulu, jauh sebelum kau mengenalku, aku telah lebih dulu melihatmu, lebih dahulu mencintaimu, lebih dahulu menginginkamu. Putra Sulung Aryahadinata... bolehkah aku mencintaimu sekarang...'





# Sorry lama up. Masih recovery. Totally bad flu 😷😷😷😷

NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang