"Apa kau percaya dengan kutukan?" Tanya Nata ketika Syeril sedang memakaikan dasinya dengan telaten.
Yang ditanya hanya terkekeh sembari menggelengkan kepalanya membuat rambutnya yang dijepit bergerak-gerak asal, namun entah kenapa tetap sangat mempesona bagi Nata.
"Baiklah kau tak percaya. Tapi aku harus bilang, aku ini terkena kutukan."
"Hmm." Jawab Syeril lalu mengambil parfum dan menyemprotkan ke tubuh suaminya beberapa kali.
"Aku serius." Tegas Nata lalu menarik pundak istrinya yang kini berhadapan dengannya. Kehamilan Syeril sudah memasuki bulan terakhir, mereka hanya tinggal menunggu sang ketiga menyapa dunia.
"Baiklah. Katakan, tuan yang terkena kutukan."
"Ada kutukan konyol. Kutukan Don Juan. Kami, semua don juan terkena kutukan cinta. Dan dalam kasusku, kau adalah kutukanku."
Syeril mengrenyitkan dahi. Membuat Nata tersenyum. Istrinya yang selalu banyak berpikir.
"Dan aku telah memenangkannya. Memenangkanmu dan mendapatkan rewardku." Ucapnya lagi lalu memeluk istrinya setelah memberikan satu kecupan lembut di dahi sang istri.
"Kutukan atau apapun itu, manusia memang terlahir di dunia dengan berbagai macam ujian yang harus di hadapinya suamiku. Dan untuk kasusku, aku bangga, aku harus berjuang demimu. Suamiku yang sangat sangat..."
"Sangat apa? Tampan? Berkharisma?" Tebak Nata kepedean.
Tapi Nata melihat ada yang aneh ketika istrinya yang tenang, tiba-tiba memegangi perutnya dan mulai mengerutkan dahinya lagi.
"Bawa aku ke rumah sakit!" Perintahnya dengan nafas yang tiba-tiba memburu.
"WHAT? NOW? SERRIOUSLY? WHAT SHOULD I DO? WHAT SHOULD I DO?" Teriak Nata panik, sedang Syeril mulai mengatur nafasnya yang semakin memburu.
Sebenarnya Syeril memang sudah beberapa kali mengalami kontraksi. Tapi ternyata kontraksi palsu, apalagi HPL masih dua minggu lagi. Jadi dia tenang-tenang saja. Tapi ketika Syeril merasakan sesuatu mengalir di antara ke dua kakinya, dia yakin, ini sudah waktunya.
"Just-take me-to hospital. Now!"
"Tapi, HPL mu masih dua minggu lagi. Apa ada yang salah? Aku akan panggil doktermu kemari." Oceh Nata yang sudah mondar-mandir tak karuan.
"NATAAAAA! SHUT UP AND TAKE ME TO THE HOSPITAL. NOW!!!"
Well. Jangan salahkan Nata. Ini mungkin anak ketiganya, tapi ini adalah pengalaman pertamanya mendampingi istrinya melahirkan. Jadi panik adalah satu-satunya yang terpikirkan oleh Nata, meskipun dia sudah mengikuti kelas SUAMI SIAGA dan diwanti-wanti ini itu. Tetap saja, teori dan praktek adalah dua hal yang berbeda.
***
At hospital
"Benar-benar memalukan. Bagaimana kau bisa pingsan saat istrimu sedang butuh dukungan moril suaminya?"
Nata hanya bisa meringis ketika ayah mertuanya menyindirnya dengan terang-terangan. Mau apa lagi? Bagaimana bisa Nata melihat Syeril kesakitan seperti itu? Dan Ya Tuhan! Dia mengalaminya sampai tiga kali. Cukup. Nata tidak ingin melihat Syeril kesakitan seperti itu lagi. 3 anak sudah cukup baginya. Dia akan memaksa Syeril memasang kontrasepsi setelah ini.
"Ayah..." Syeril mencoba menghentikan ayahnya yang masih saja antipati pada Nata. Dan Nata tidak menyalahkannya. Dia memang pantas untuk itu.
"Jangan dimasukkan ke dalam hati Nak, ayah mertuamu memang seperti itu." Ucap sang ibu mertua yang lagi-lagi hanya bisa ditanggapi dengan senyuman oleh Nata. Sedang ayah mertuanya, sudah terlihat memicingkan mata ke arah istrinya yang membela Nata.
Tak lama, sang ketiga datang dari kamar bayi dan di belakangnya, ada orang tua Nata yang juga baru saja datang. Mereka masih harus bolak-balik Jakarta Singapur karena keperluan bungsu mereka.
"Hey, jagoan. Siapa namanya?" Tanya Nyonya Aryahadinata, yang sampai lebih dulu di sisi ranjang bayi, sedang di sisi lainnya Nyonya Pratama juga sudah mengambil posisi. Dua orang kakek yang sibuk menjaga imagenya pun tak kalah penasaran dan antusias menyambut anak Nata dan Syeril. Anak ketiga tepatnya.
"Yildiz Thirda Putra Aryahadinata, Bintang ketiga Putra Aryahadinata." Jawab Nata bangga sambil mengangkat dan mencium putranya. Para nenek mencium dan membelainya sayang, sedang sang kakek hanya terpana melihat si kecil yang tengah tertidur itu.
Di ranjangnya, Syeril tersenyum. Pemandangan indah yang ingin ia rekam di dalam memorinya. Jika saja ayahnya mau menerima Nata seutuhnya, maka segalanya akan sempurna. Tapi Syeril tidak khawatir. Nata tahu caranya memenangkan hati orang lain. Bagaimana dia memenangkan hati Syeril, bagaimana dia memenangkan hati putranya dan berikutnya, mungkin giliran ayahnya.
*
Dulu ketika usiaku masih 15 tahun
Ketika aku melihatmu untuk kali yang pertama
Seorang pebasket yang menarik banyak orang
Kapten dari tim yang memenangkan turnamen saat itu
Saat itu juga mataku terkunci padamu
Bagaimana bisa seseorang mempunyai senyum sehangat itu?
Bagaimana seseorang bisa begitu mempesona banyak orang?
Dan ketika aku mendengar mereka mengelu-elukan namamu
"Nata...nata...nata.."
Maka saat itu, nama Nata sudah kuukir di dalam hatiku
Untuk itulah, aku bekerja keras agar bisa masuk di sekolah elitmu
Untuk melihatmu
Kulihat kau menatapku penasaran
Saat itu aku beranikan menatap manikmu yang legam
Dan menyatakan perasaanku lewat lagu
Agar kau tahu
Bahwa kaulah cinta pertamaku
Dan untuk selamanya
Ingatkah kau ketika kau mabuk dan menciumku di atas panggung?
Aku tahu kau mabuk
Jadi kubiarkan kau mengambil milikku yang memang selalu jadi milikmu
Agar kau tahu
Tubuh, jiwa dan pikiran ini selalu menginginkanmu
Aku tak butuh sosok yang sempurna
Karena memang tidak ada yang sempurna di dunia ini
Kau, adalah satu-satunya yang terbaik yang ingin kumiliki
No other
Tiada yang lain
Putra Sulung Aryahadinata.
Suamiku tercinta
*
Dan Syeril hanya tersenyum ketika sang suami tahu-tahu sudah di sisinya dan siap memberikan jagoan kecil mereka. Menyadarkannya dari lamunan dan seperti biasa, mengecupnya sayang.
"I love you." Bisiknya di telinga Syeril yang langsung membuat Syeril tersenyum bahagia.
"I love you more."
KAMU SEDANG MEMBACA
NO OTHER
RomancePutra Sulung Aryahadinata. Seperti namanya, dia adalah putra sulung keluarga Aryahadinata. Nata biasa ia dipanggil. Seorang pria gentleman yang begitu malang dalam cinta, kenapa tidak? kalau cinta pertamanya harus layu sebelum berkembang. Dan ketika...