DAD

2K 120 3
                                    

Tuan Aryahadinata sudah berada di sebuah rumah sederhana namun terasa nyaman. Dia keluar bersama asistennya. Tapi dia meminta asistennya menunggu di sisi mobil. Tuan Pratama yang baru selesai menyiram tanaman langsung berhenti dan mengamati pria perlente yang tersenyum padanya. Rahangnya mengeras dan tatapan tidak senang langsung muncul di pelupuknya.

"Sepertinya Anda mengenal siapa saya." Tanya Tuan Aryahadinata karena Tuan Pratama tidak mengatakan sepatah katapun.

"Tentu. Tuan Aryahadinata yang terhormat."

Tuan Aryahadinata mencoba memaklumi kemarahan Pratama. Dia juga akan sama marahnya jika anak gadisnya dirusak oleh orang tak bertanggung jawab.

"Aku datang tidak sebagai Aryahadinata. Aku datang sebagai seorang ayah, yang ingin bertanggung jawab atas kesalahan anaknya."

Pratama terkekeh. "Tanggung Jawab? Lucu sekali. Tapi kami tidak butuh tanggung jawab siapapun. Keluarga kami memang tidak sekaya keluarga Aryahadinata, tapi kami masih punya moral dan harga diri."

Pratama membelalakkan matanya ketika Aryahadinata tiba-tiba bersimpuh di lututnya. Memohon ampun atas kesalahan putra tercintanya.

"Saya bersedia melakukan apapun demi kebahagian putra-putri saya. Dan saya harap Anda mengerti. Ada anak tidak berdosa yang terlibat di sini. Seorang anak yang membutuhkan figur ayahnya. Seorang anak yang mempunyai hak yang sama di keluarga Aryahadinata."

"Cucuku tidak butuh embel-embel keluarga Aryahadinata. Kami bisa hidup dengan hasil jerih payah kami sendiri. Tidak usah khawatir, cucuku tidak akan meminta sepersen pun harta kalian, jadi anda bisa tenang dan pergi sekarang."

Aryahadinata berdiri kembali dan menghela nafasnya. Benar-benar ayah yang keras kepala.

"Anda menghilangkan jati dirinya ketika anda mendaftarkannya sebagai anak di kartu keluarga. Nathan akan bingung dengan identitas dirinya, jika terus dibiarkan seperti ini. Dan anda menanamkan kebencian pada bocah yang tak berdosa. Apa anda ingin Nathan menjadi seseorang pendendam saat ia besar nanti?"

Pratama kehilangan kata-kata. Dia hanya ingin Nathan mengingat siapa orang yang selalu membuat mamanya bersedih. Apa dia salah?

"Saya akan pastikan Nata mendapat hukumannya. Tapi saya mohon jangan hukum cucu kita dan... apa anda pernah berpikir kenapa Syeril menanggung semuanya sendiri? Kenapa dia terus saja melindungi bajingan yang telah merusaknya? Apa anda tahu? Putri anda menyamar menjadi laki-laki agar bisa bersama dengan putra saya? Apa anda tahu? Nata melakukannya dalam keadaan tidak sadar dan saat kali kedua mereka melakukannya lagi, itu atas dasar suka sama suka?"

Dada Pratama membuncah naik turun menahan amarahnya.

"Jangan sampai Anda menghalangi kebahagiaan putri dan cucu Anda Tuan Pratama. Karena anda harus tahu, Syeril mencintai putraku. Aku akan kembali lagi nanti."

***

Pratama menatap foto Syeril bersama dengan foto kembarannya yang telah tiada. Andi, putranya tidak beruntung karena terlahir dengan penyakit langka yang akhirnya menghentikan usianya di angka 17 tahun. Di saat yang bersamaan, musibah menimpa putri satu-satunya.

FLASH BACK

"SIAPA SI BRENGSEK ITU SYERIL? DEMI TUHAN! BICARALAH!."

Syeril, setelah satu bulan kepindahannya, dia mendapati dirinya tengah mengandung. Tapi tak ada yang Syeril lakukan selain meratapi nasibnya. Dia terpaksa menunda sekolahnya setahun, lalu setelah bayinya lahir, dia melanjutkan sekolahnya lagi dengan koneksi orang tua Amran.

Syeril tak punya jawaban untuk pertanyaan mudah yang diberikan ayahnya padanya. Jika dia bicara, akan lebih banyak lagi orang yang dirugikan. Akhirnya, Syeril hanya bisa menjawabnya dengan diam. Selang setahun berikutnya, akhirnya, sang ayah mengetahui Nata dari diari yang disembunyikannya selama ini. Ayahnya yang sudah terlanjur bencinya akhirnya menutup mulutnya rapat-rapat daripada harus berhubungan dengan keluarga Aryahadinata. Dia tidak sudi.

Dan entah kenapa kata-kata Aryahadinata sangat membekas di benaknya. Dilihatnya wajah sang cucu yang sedang tertidur pulas. Malangnya sang cucu. Apa dia akan menyesali ini nantinya.

"Ayah ingin kau menjadi pria yang hebat dan kuat Nathan. Tapi jika kau besar dan menjandi pendendam, entah kenapa ayah tidak rela. Haruskah ayah memaafkan ayahmu?"

Dan air mata itu mengalir dan terus mengalir. Membawa segala penyesalan yang mungkin nanti akan ia sesali jika ia tidak hentikan saat ini.

Ayah, adalah sosok yang menciptakan kebijaksanaan dan wibawa yang mumpuni bagi sang anak. Jadi bagaimana bisa seorang anak menjadi bijaksana dan berwibawa, jika yang ditanamkan hanyalah kebencian???



















# UP UP UP TERUUUUUUSSSSS 😄😄😄😄😄😄😄😄😄😄

NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang