GONE

1.7K 95 2
                                    

FLASH BACK ON

Nata berlari seperti orang gila. Bagaimana mungkin Syeril menghilang seperti saat ini? 3 hari. 3 hari dia tidak melihat keberadaan gadis itu sejak terakhir kali ia melihatnya. Hari di mana ia ingin mengatakan apa yang ingin ia katakan, tapi Syeril justru tidak ada di mana-mana, padahal jelas-jelas Nata melihatnya datang saat pagi-pagi sekali. Belum lagi ingatan sialan Nata yang membuatnya sangat bingung, karena dia tahu-tahu terbangun di rumah salah satu sahabatnya. Dan lebih sialnya, sekarang dia baru tahu kalau Syeril sudah pindah sekolah.

Hujan turun semakin deras. Dan ketika Nata tiba di toko bakery keluarga Syeril, toko itu bahkan sudah tidak beroperasi.

Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Syeril menghilang begitu saja? Tidakkah Nata sedikit berarti baginya? Memang baru beberapa bulan, tapi apakah kedekatan mereka tidak ada artinya sama sekali.

"Sial. Sial." Nata mengumpat sambil menendangi ban mobilnya. Bisa-bisanya mobilnya mogok di saat dia harus mengejar waktu. Mungkin jika dia cepat, dia masih bisa mendapatkan kabar tentang Syeril. Tapi sayangnya, harapan tinggal harapan, karena yang ia dengar malah kenyataan pahit jika Syeril sudah tiada.

"Bohong. Kau bohong. Bagaimana bisa tiba-tiba ia meninggal? Jangan membodohiku. Itu sangat tidak lucu." Pekik Nata ketika dia baru sadar tersadar di rumah sakit. Karena kehujanan kemarin dan makan yang tidak benar selama tiga hari belakangan membuat Nata demam dan hampir terkena pnemonia sehingga terpaksa dirawat di rumah sakit.

"Terserah. Keluarganya sudah pindah setelah kepergian Syeril. Aku ke rumah mereka untuk membantumu dan mereka menyerahkan ini. Mereka bilang, surat ini ditulis Syeril untukmu. Kau pasti mengenali tulisan tangannya kan? Aku tahu kau sengaja masuk eskul literasi agar dekat dengannya."

Nata ragu, tapi dia meraih secarik kertas yang disodorkan padanya. Harum vanilla khas Syeril langsung menyeruak dan membuat dadanya sesak, terlebih ketika dia mengenali tulisan indah Syeril yang sedikit tidak rapi. Mungkin ia menulisnya dengan tubuh yang bergetar atau mungkin sedang menangis.

___________________________________________

Dear Nata,

Kalau kau sampai membaca surat ini, itu berarti aku sudah tidak ada lagi di dunia ini. Waktuku sudah habis denganmu, begitupun dengan dunia yang indah ini.

Maaf saja tidak cukup untuk menebus kesalahanku, tapi hanya itu yang bisa kuucapkan padamu.

Maaf, karena aku menutupi penyakitku selama ini.

Maaf, telah menyeretmu dalam hidup singkatku ini.

Maaf, karena aku membiarkanmu larut dalam perasaan yang seharusnya tak pernah kau rasakan padaku.

Karena aku memang tak pantas dan tak pernah pantas untukmu.

Karena aku memang bukan tercipta untukmu.

Maaf.. aku sungguh-sungguh memohon maaf padamu.

Terima kasih atas cinta rahasia yang kau berikan padaku selama ini

Terima kasih karena sudah memberikan warna di hidupku yang singkat ini

Terima kasih karena sekalipun aku selalu ketus padamu, kau tak pernah lelah untuk selalu tersenyum padaku.

Bahagialah Nata

Kau harus bahagia

Hiduplah dengan baik, sampai kau menemukan pasangan yang baik kelak

Pasangan yang akan selalu di sisimu dan membahagiakanmu

Nata... aku tidak pernah menyesali hidupku, dan aku berharap yang sama padamu.

Dari gadis cupu yang diam-diam selalu memperhatikanmu,

Yang telah lelah dengan penyakit yang menggerogotiku

Syeril

___________________________________________

Dan tumpahlah semua emosi Nata. Gadis pengantar surat itu mendekati Nata dan memeluk erat Nata yang begitu rapuh saat ini. Sang Mama dan adik yang baru kembali langsung panik ketika mendapati Nata yang tak pernah serapuh ini. Nata semakin terisak ketika sang mama memeluknya dengan uraian air mata yang sama.

Nata tidak akan pernah sama lagi. Akan selalu ada lubang yang tak pernah bisa ia tutup dengan apapun juga. Lubang penyesalan yang tak berujung.

'Aku bahkan belum mengatakan perasaanku padamu. Aku bahkan belum mengakuimu pada dunia bahwa aku mencintaimu. Aku mencintaimu Syeril. Aku mencintaimu.'

FLASH BACK OFF.

***

"Besok kedua keluarga akan bertemu. Dia sahabat lamamu jadi rasa kalian tidak akan canggung. Mama harap semuanya akan berjalan lancar."

"Jangan kecapean ma. Nata tidak mau jantung mama kumat karena kelelahan." Ucap Nata cemas karena mamanya sangat antusias dengan pertunangan anaknya. Nata sangat tahu jika mamanya punya riwayat jantung, jadi keluarganya sangat overprotektif pada ratu keluarga mereka itu.

"I'm okay. Don't worry. Mama hanya senang karena putra sulung mama yang tampan ini akhirnya akan menikah. Walau usia 25 masih terbilang muda untukmu. Tapi mama tahu kamu sudah cukup siap untuk membina sebuah keluarga."

Nata memaksakan dirinya untuk tersenyum. Bagaimana mamanya begitu yakin ketika Nata sangat ragu dengan keputusannya sendiri.

*

"Hey. Ada apa denganmu? Kenapa kau mengacuhkan kakakmu yang tampan ini?" Ujar Nata ketika Bungsu melewatinya begitu saja. Wajah cemberutnya menandakan ia sedang kesal, tapi entah karena apa.

"Karena kakak idiot. Aku benci sama kakak."

Nata yang tidak mengerti dengan omelan adiknya berusaha mengejar Bungsu yang lari ke kamarnya. Nata tidak suka jika adiknya kesal atau menangis, apalagi jika itu karenanya.

Nata membuka pintu kamar tuan putri keluarga mereka. Nuansa doraemon langsung menyambutnya. Dasar maniak doraemon.

Nata menghampiri bungsu yang tengkurap di ranjang bercover doraemaon juga itu. Mengusap rambut adiknya yang sehalus sutra.

"Ada apa adik kecilku? Apa yang kakak lakukan hingga tuan putri sekesal ini?"

Tiba-tiba Bungsu berbalik dan duduk di hadapan kakaknya yang masih mengenakan stelan kantornya. Dia memang baru datang setengah jam yang lalu.

"Apa kakak tuli? Aku sudah bilang tadi. Kakak itu idiot. Kakak bodoh, bodoh, bodoh." Teriak Bungsu kesal sekesalnya.

"Bicaralah yang jelas! Kakak benar-benar bingung."

"Kakak menghancurkan kebahagiaan kakak sendiri. Kakak membunuh perasaan kakak sendiri. Kakak mencampakkan apa yang harusnya kakak pertahankan dan mempertahankan seseorang yang bahkan kakak tidak inginkan. Kakak....hiks... kakak.."

Nata meraup tubuh gemetar sang adik. Jauh dari sikap Bungsu yang kekanak-kanakan, ternyata dia yang paling mengerti Nata dan apa yang ia inginkan. Tapi Nata tidak bisa berbuat apapun lagi. Ini yang terbaik untuk kebahagiaan semua orang, walau dia tidak termasuk di dalamnya.

"Kakak memang bodoh. Kakak idiot. Tapi tolong mengerti kakak. Ada hal di dunia ini yang tidak mungkin bisa kita lakukan, sebesar apapun kita menginginkannya sayang."

Bungsu tambah terisak. Seandainya dia tidak terikat janji tutup mulut, semua pasti tidak akan berakhir seperti ini. Dia tidak perlu melihat kakaknya menderita seperti ini. Menjauh dari perasaannya sendiri. Menjauh dari orang yang ia cintai.

'Aku membiarkan perasaanku lenyap dan menghilang karena aku punya batasan yang tidak bisa aku lampaui. Aku mungkin terlihat biasa saja, tapi sungguh, ini berat untukku. Sesaknya bahkan membuatku ingin menghujam dadaku dengan belati, dan mengakhiri kutukan sialan ini. Ini bukan mauku, karena yang kumau terlarang untukku.'

NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang