"BERANI SEKALI KALIAN!" Teriak Tuan Pratama ketika Tuan Aryahadinata dan putra sulungnya datang menuju kediamannya selama tiga tahun belakangan ini.
"Saya tahu kesalahan kami sulit dimaafkan, tapi saya mohon, biarkan putra-putri kita bahagia. Putri anda terlalu berbakti, sampai dia tidak akan berani menentang keputusan Anda. Tapi Saya tidak akan berhenti memperjuangkan kebahagiaan anak-anak kita. Sekali saja. Biarkan kami memperbaiki dosa-dosa kami."
"Lucu sekali kalian! Aku masih sanggup membahagiakan keluargaku tanpa bantuan keluarga Aryahadinata sama sekali. Kalau kalian ingin mengambil putri dan cucuku, tunggu aku mati dulu."
"Demi Tuhan Yah! Anak kita tidak bahagia. Cucu kita tidak bahagia. Mereka hanya pura-pura tersenyum agar kau tidak lebih terluka. Tanyalah pada putrimu, kenapa dia terus menerus melindungi pria ini selama ini, tanyalah pada putrimu, siapa yang dia cintai, dan tanyalah pada cucumu, apa dia merindukan seorang ayah. Mereka tidak bahagia Tuan Pratama. Mereka tidak bahagia karena kekeras kepalaanmu." Ny. Pratama akhirnya meledak. Dia tidak bisa diam terus seperti patung, ketika putri dan cucunya tidak bahagia.
Tuan Pratama terkejut bukan main. Istrinya tak pernah semeledak itu. Istrinya adalah sosok yang tenang. Apa benar mereka tak bahagia?
Syeril dari kamar hanya bisa menangis sembari memeluk putri tembemnya. Berharap segalanya berakhir dengan baik.
Nata mendekati Tuan Pratama dan bersujud di hadapan pria angkuh itu. Merendahkan dirinya agar Tuan Pratama sudi memberikan restunya.
"Saya tahu, saya mungkin tak pantas untuk putri Anda. Saya tahu, saya tidak bisa mengulang waktu yang telah berlalu, tapi saya bersumpah, saya akan menjaga putri dan cucu-cucu Anda dengan nyawa saya. Saya mohon, berikanlah saya satu kesempatan. Saya mohon."
"Pa.....pa."
"Pa...pa."
Suasana mencekam menjadi hening seketika ketika bocah dua tahun tertatih mendekati Nata. Nata berbalik dan tak bisa lagi menguasai emosinya saat melihat bidadari kecilnya melangkah tak sabaran.
"Pa...pa. pa...pa."
Natapun langsung meraup bidadari kecil dan menangis sejadinya. Memilukan semua orang yang berada di ruangan itu. Membuat Tuan Pratama menyadari kesalahan yang tak sadar telah diperbuatnya selama ini.
"Putriku... putriku... oh Ya Tuhan. Putriku." Ucapnya sembari menciumi setiap inchi wajah mungil putri yang baru ia temui.
"Pa..pa. pa...pa." ocehnya dengan wajah yang riang gembira. Nata duduk bersila sembari memangku putrinya yang tak mengerti apa yang tengah terjadi.
"Iya sayang. Ini papa. Ini papa...papa mencintaimu baby.. papa sangat mencintaimu."
Tuan Aryahadinata mendekati Tuan Pratama yang sudah luluh.
"Maafkan saya. Kalian akan kembali hari ini. Saya sudah mempersiapkan segalanya." Ucap Tuan Aryahadinata yang dijawab hanya dengan kepergian Tuan Pratama. Tapi semua orang tahu, Tuan Pratama telah menyerah dengan kekeras kepalaannya.
***
Syeril, Nata dan si Riang Nathalia tiba di sekolah Nathan. Menjemput putra pertama mereka dan berharap sang putra bisa menerima kehadiran ayahnya. Walau mungkin sulit, tapi Nata tidak akan menyerah.
Dan di sanalah Nathan Putra Pratama. Bocah 8,5 tahun yang sang tinggi dan tampan. Wajahnya adalah duplikasi ayah dan kakek Aryahadinata. Beberapa gadis terlihat mengerumuninya tapi dia tidak terlalu menanggapinya. Dia hanya sedikit tersenyum dan berlalu. Sepertinya sikap dingin kakek Pratama mendominasi karakternya.
Tuan Aryahadinata adalah ketua yayasan tempat Nathan bersekolah, sehingga bukan hal rumit mengurus kepindahan sekolah Nathan. Nata tidak akan membuang waktu lagi. Dia ingin segera menikahi wanita yang dicintainya dan hidup bersama keluarga kecilnya.
Nathan melihatnya. Bukan ke arah ibunya yang tersenyum menantinya, tapi pada sesosok lelaki gagah yang tengah menggendong adik kecilnya. Nathan tahu ini akan terjadi. Ketika dia melihat bagaimana sang ibu dan nenek memperkenalkan pria itu pada adiknya, dia tahu hal ini pasti akan terjadi. Jadi pemandangan lima meter di hadapannya ini tidaklah terlalu mengejutkan baginya.
"Hai." Sapa Nata canggung. Dia bisa melihat betapa dinginnya ekspresi putra tampannya. Ini takkan mudah, sungguh takkan mudah.
"Kakak, kita akan kembali ke Indonesia dan menetap lagi di sana. Apa kakak keberatan?" Tanya Syeril yang sudah memegang bahu putranya.
Belum lagi Nathan menjawab, beberapa orang anak mendatangi mereka dan menginterupsi pembicaraan mereka.
"Apa ini ayahmu Nathan? Bukankah dia CEO yang suka muncul di majalah bisnis itu?" Kata seorang anak necis dengan rambut yang klinisnya terlalu berlebihan.
"Benar. Anda adalah Tuan Aryahadinata, saya pernah bertemu anda saat acara amal di Cape Luxury Hotel."
"Jadi kau tidak bohong saat bilang ayahmu adalah Tuan Aryahadinata?"
Nathan pucat pasi. Dia tidak tahu harus mengatakan apa.
"Jadi kalian menuduh putraku berbohong? Apa wajah mirip kami tidak kelihatan? Apa kalian tahu kalau kakeknya adalah ketua yayasan sekolah elit kalian ini?"
"Maaf Tuan." Ucap mereka serempak. "Maafkan kami Nathan, kau tidak pernah membawa ayahmu, jadi kami pikir kau berbohong."
Nathan tak mengatakan apapun selain masuk ke dalam mobil. Syeril benar-benar merasa bersalah, dia tidak tahu jika putranya mengalami masalah di sekolah.
"Jangan pernah lupakan lagi. Nathan adalah putraku. Dia adalah seorang Aryahadinata, jadi kalian harus menghormatinya mulai dari sekarang." Ucap Nata pada anak-anak borjuis itu dan menyusul putranya yang sudah terlihat sangat kesal.
"Maafkan mama sayang. Mama tidak tahu jika ada yang mengganggumu di sekolah."
"Aku lapar." Ucap Nathan yang tidak ingin membahas apapun lagi. Nata tak mampu berkata-kata. Dia tahu, jika dia bicara, putranya pasti akan meledak. Satu hal yang langsung Nata dapati dari putranya, karakternya sama persis seperti kakek Pratamanya. Penuh dengan harga diri. Jadi dia tidak akan membuat harga diri putranya itu jatuh. Tapi Nata bahagia, setidaknya, Nathan mengakuinya sebagai ayahnya di hadapan teman-temanya.
"Jangan menyentuhnya." Larang Nathan ketika Syeril mencoba menguatkan Nata untuk bersabar dengan putra mereka.
"Kau dengar kata putraku. Jangan menyentuhku Nyonya!"
Syeril menahan tawa melihat bagaimana Nata berusaha mencairkan suasana, disambut ocehan tak jelas Nathalia yang beruntungnya tak mengerti apa yang tengah terjadi pada kakak dan ayahnya.
'Aku akan memenangkan hatimu, nak. Aku akan menghabiskan seluruh hidupku untuk itu. Dan jika kau meminta nyawaku, aku dengan senang hati akan memberikannya. Nathan Putra Pratama Aryahadinata, itulah namamu mulai saat ini dan aku akan membuat seluruh dunia mengetahuinya.'
KAMU SEDANG MEMBACA
NO OTHER
RomancePutra Sulung Aryahadinata. Seperti namanya, dia adalah putra sulung keluarga Aryahadinata. Nata biasa ia dipanggil. Seorang pria gentleman yang begitu malang dalam cinta, kenapa tidak? kalau cinta pertamanya harus layu sebelum berkembang. Dan ketika...