LOVE

2.5K 147 3
                                    

Nata terbangun ketika mentari mulai mengganggunya. Dan betapa bahagianya ketika mendapati wanita yang dicintainya masih bergelung nyaman di dadanya dengan nafas yang teratur. Nata mengingat kejadian semalam, betapa Syeril berteriak dan menolak dirinya, tapi tubuhnya justru bereaksi lain. Pada akhirnya, tubuh Syeril mengenal dan merindukan tubuh Nata, lebih dari yang bisa ia bayangkan.

Syeril menggeliat pelan dan terus mencari kenyamanannya. Mengganggu ketenangan bagian bawah Nata. Nata memejamkan mata sembari lebih erat memeluk Syeril posesif, seakan jika ia melepaskan wanita itu, Syeril akan langsung menghilang dari hadapannya.

Dan benar. Nata mengutuk dirinya kenapa dia terpulas kembali, karena ketika dia terbangun kembali, pelukannya sudah kosong. Nata langsung bangkit dan mencari ke segala penjuru terdekat yang bisa ia temukan pertama kali.

"Apa kau tak tahu malu?"

Suara dari arah pantry membuat Nata berbalik dengan cepat. Di sana, Syeril terlihat segar dengan kemeja hitam Nata yang kebesaran di tubuhnya. Rambut wanita itu masih basah, menandakan dia baru selesai mandi. Sedangkan Nata, astaga, dia bahkan tak memakai apapun untuk menutupi tubuhnya. Dasar tuan mesum tak tahu malu.

"Ehem. Aku hanya haus." Katanya lalu menuju meja dan menuang air yang sudah tersedia di sana. Mengalirkan air yang banyak agar aktingnya memukau. Ha.

Syeril hanya mencebik kesal. Dia harusnya tidak mudah menyerah semalam, tapi bagaimana bisa bila tubuh dan hatinya mengkhianati kewarasannya. Membuatnya terbuai dengan setiap rangsangan yang diberikan Nata dan membuatnya berakhir K.O di ranjang super king Nata.

"Cepat mandi. Kita harus ke rumah sakit. Mulai hari ini aku bergabung dengan tim dokter Bungsu."

"Apa adikku sangat menderita selama pengobatannya?"

Syeril mendekati Nata dan menangkup kedua rahang Nata yang bersih dari bulu.

"Adikmu akan baik-baik saja. Aku percaya keajaiban masih ada. Dia adalah gadis yang kuat dan dia pasti akan bertahan. Hmm??"

Nata yang tubuhnya polos tanpa apapun membawa Syeril ke dalam pelukannya. Mengeratkan pelukan itu hingga ia merasakan jantung mereka sama-sama berpacu kencang.

"Terima kasih. Karena selalu ada untuknya di saat aku bahkan tidak tahu jika dia sedang berjuang untuk hidupnya. Dan terima kasih, karena tidak melarikan diri lagi. Kumohon berikan aku kesempatan menebus dosaku padamu dan anak-anak kita. Aku ingin jadi sandaran bagimu dan ayah yang dibanggakan putra-putriku."

Syeril hampir saja menangis jika sesuatu yang keras tidak menggelitiknya di bawah.

"Astaga Nata! Menyingkirlah dariku."

Nata hanya terkekeh dan dengan tanpa tahu malu menuju ke kamar mandi. Membersihkan sisa aroma percintaan yang masih tercium jelas dari tubuhnya.

***

Keadaan Bungsu sudah lebih baik dan dia akan dipindahkan ke ruang perawatan. Memulihkan keadaannya sebelum dia mendapatkan sumsum tulang belakang yang cocok. Sang ibu juga telah sadar dan sudah diperbolehkan pulang dalam artian tidak harus dirawat seperti putrinya saat ini. Meski dia takkan kemana-mana karena putrinya masih harus mendapatkan perawatan di sana.

"Maaf karena papa merahasiakan semuanya darimu. Papa takut kamu akan pergi lebih jauh lagi jika kau tahu papa tahu siapa kamu dan bagaimana putraku telah menyusahkanmu selama ini. Tolong terimalah kami, Nak dan biarkan keluarga Aryahadinata menebus dosa-dosa kami padamu. Papa mohon."

Syeril bisa merasakan kedua tangan kekar yang mengenggam tangan kanannya saat ini bergetar. Menahan emosi yang mungkin hampir meledak. Apa dia bisa mencoba bahagia sekarang? Tapi bagaimana jika Rachel nekad? Dan bagaimana ayahnya tetap tak merestui mereka?

"Rachel bisa saja nekad, pak. Aku..."

"Sst... aku tak peduli. Walaupun nama baik Aryahadinata taruhannya, papa tidak peduli. Yang papa pedulikan hanyalah anak-anak papa bahagia. Dan selama tiga tahun ini, tak sedikitpun Nata melupakanmu, dia bahkan bekerja keras untuk hari ini. Serangan apapun nanti, kami akan siap nak. Kami sudah membangun kerajaan bisnis non PT agar kami tetap bisa menghidupi keluarga kami. Termasuk kau dan anak-anak kalian."

"Tapi pa..."

"Apa jika Nyonya penyakitan ini yang memintamu kau masih tak mau mengabulkannya, nak? Tidak bisakah kau ijinkan aku bahagia melihat cucu-cucuku di usiaku yang mungkin tak lama lagi."

Syeril melepas genggaman tangan Tuan Aryahadinata dan langsung lari ke pelukan Nyonya Aryahadinata yang baru kembali dari check up terakhir.

"Demi Tuhan! Jangan mengatakan hal seperti itu. Anda akan panjang umur dan cucu-cucu anda akan sangat senang bermain dengan omahnya." Ucap Syeril sembari memeluk Nyonya Aryahadinata yang langsung banjir dengan air mata.

Tuan Aryahadinata dan Nata hanya membiarkan melodi haru itu hingga Syeril menenangkan Nyonya yang masih sedikit pucat itu.

***

Dear Syeril,

Aku mungkin bukan pujangga yang bisa merangkai kata

Tapi aku punya cinta sepanjang masa

Yang tak pernah lekang di makan usia

Sejak aku melihatmu untuk kali pertama

Sejak aku menciummu untuk kali pertama

Sejak saat itu hanya kaulah yang kupatri dalam jiwa

Sebagai cinta yang berharga

Hati dan jantungku selalu mengenalmu

Itulah kenapa aku bisa gila karena penyamaranmu

Dan aku bertambah gila karena semakin hari aku semakin menginginkanmu

Dear wanitaku yang jelita tak terkira

Ijinkanlah kusematkan cintaku pada hatimu

Ijinkanlah kuhabiskan sisa hidupku

Untuk membahagiakanmu

Untuk mendampingimu

Dalam senang dan sedihmu

Dalam tawa dan tangismu

Dear wanitaku yang rupawan hatinya

Biarkan tiap sel sarafku memberitahukan padamu

Betapa aku mencintaimu

Dulu, sekarang dan selamanya.

Biarkan aku mencintaimu

Seperti dulu, sekarang dan nanti.

"Apa kau baik-baik saja? Kau melamunkan sesuatu?"

Nata yang sedang berada di balkon apartemennya tersadar kembali. Dilihatnya Syeril sudah mengganti bajunya dengan dress casual sederhana yang entah kenapa terlihat begitu menawan di manik Nata. Luapan emosi tiba-tiba saja meledak dan Nata menumpahkan air matanya. Membuat Syeril kebingungan dengan tingkahnya.

"Terima kasih. Terima kasih karena sudah memberiku kesempatan. Aku sungguh-sungguh berterima kasih." Isaknya sembari terus mengeratkan pelukannya.

"Aku hanya lelah berjuang sendiri dan membohongi perasaanku sendiri Nata."

"Dan aku pastikan kau tidak akan berjuang sendiri lagi. Rachel, Arman, ayahmu atau dunia sekalipun, kita akan melaluinya bersama. Bisa kau percaya padaku? Hmm?" Ucap Nata yang sudah berbalik dan menangkup wajah Syeril yang sudah basah dengan air mata.

Syeril hanya mengangguk dan menangis kembali. Nata yang berusaha menenangkan wanitanya hanya membawa tubuh wanitanya dalam pelukan. Menyalurkan semua emosi yang akhirnya terasa lega sekarang.

"Ya Tuhan....aku benar-benar mencintaimu Syeril."





#Target 40 hampir rampung muehehehe 😈😈😈😈😈😈

NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang