ANGER

1.9K 134 1
                                    

Nata sedang berada di pinggir sebuah toko roti sederhana. Aroma bakery menyeruak hingga ke tempatnya berada. Nama toko itu tak asing baginya, walau kini, toko itu lebih sederhana. Mata Nata membesar ketika seorang wanita baya turun dari motor dengan box bertuliskan AND'S BAKERY. Lalu, seorang bocah nan tampan turun dari sebelah depan.

'Putraku. Dia pasti putraku.'

Dengan insting butanya, Nata turun dan menghampiri bocah kecil yang tidak langsung masuk toko itu. Dia duduk di bangku luar lalu mengeluarkan sesuatu dari tas kuning hijaunya.

Dia tersenyum sama persis seperti Nata, lalu mulai membongkar puzzle yang sepertinya baru didapatnya.

Bocah kecil tampan itu terdiam keheranan ketika Nata sudah berdiri di dekatnya dan tersenyum ramah padanya. Tapi bukannya menyambut senyuman Nata, bocah kecil itu langsung membesarkan matanya yang legam lalu berteriak.

"BUNDAAA..... AYAAAHHHH.... ORANG JAHAT ITU DI SINIIII."

Nata membeku ketika putranya, darah dagingnya memanggilnya orang jahat. Tak lama, sang pemilik toko keluar dan langsung menghujaninya dengan pukulan bertubi-tubi. Nata tidak merasakan sakit sesakit ketika putranya begitu ketakutan melihatnya dan dia mengenalnya sebagai orang jahat.

"Ayah, sudah, bunda mohon, dia bisa mati." Teriak sang istri yang sudah berlinang air mata. Sedang Si Bocah Tampan, hanya berlindung di balik tubuh wanita yang dulu sangat ramah padanya itu.

"Aku memang ingin si brengsek ini mati. Bahkan kematian masih lebih baik baginya. Aku sudah bersumpah, jika dia berani muncul di hadapanku dan mendekati keluargaku lagi, aku akan menghabisinya dengan tanganku sendiri." Teriaknya masih berusaha melepaskan diri dari dua orang karyawan yang memeganginya.

Nata hanya tersungkur dan terus menatap putranya. Nata ingin mati saja. Ini lebih menyakitkan dari kematian.

"Ibu mohon nak Nata, pergi dan jangan ganggu kehidupan kami lagi. Kami berusaha berdamai dengan masa lalu, jadi kami mohon, pergilah."

Nata bangkit dan bersimpuh di kaki sang ayah yang kalap. Sang Ayah mencoba menendang Nata untuk menyingkirkannya, tapi Nata tak bergeming, dia tak peduli dengan luka yang ia terima. Dia memang pantas menerimanya.

"Saya mohon pak. Biarkan saya menebus dosa-dosa saya. Biarkan saya menikahi Syeril dan membayar kesalahan saya seumur hidup."

"Cuih." Itulah yang didapatkan Nata. Nata hanya memejamkan mata, dan menarik nafas. Dia tidak akan menyerah.

"Selama aku hidup, tidak akan kubiarkan putriku berhubungan dengan keluarga Aryahadinata. Bagi banyak orang, keluargamu mungkin dihormati, tapi bagiku, Aryahadinata tak lebih dari keluarga menjijikan yang sudah merusak masa depan seorang gadis baik-baik. Putriku. Kau merusak putriku yang berharga."

Pecahlah tangis sang ayah dan juga istrinya. Nathan yang masih berada di situ memeluk nenek yang ia panggil bunda. Mencoba menenangkannya. Tak lama bocah kecil itu berlari ke ayah palsunya yang sudah berlutut. Tangisan sang ayah semakin pecah. Sambil memeluk erat bocah tampan itu, ia menyesali ketidak berdayaannya, hingga putrinya harus menderita.

"Saya mohon pak. Berikan saya kesempatan. Saya berjanji tidak akan mengecewakan anda. Saya berjanji dengan nyawa saya sendiri."

BUGH!

Nata terjengkang ketika ada orang lain yang memukulnya.

"BERANI SEKALI KAU KEMARI! Setelah apa yang kau lakukan lagi padanya. Kau memang bajingan." Teriak Arman yang baru saja datang.

Sang Ayah dan istrinya menatap keheranan. Lagi? Apa maksudnya dengan lagi?

"Ya yah. Bajingan ini melakukannya lagi pada Syeril. Apa aku salah? Kau memperkosanya lagi kan? Apa kau tahu betapa banyak tanda menjijikan yang kau buat ditubuhnya? Aku bahkan tidak berani membayangkannya."

Sang Bunda terus menangis sedang ayah langsung menghajar kembali pria yang sangat dibencinya itu.

"Cukup yah. Jangan kita kotori lagi tangan kita dengan darahnya. Dia bahkan tidak pantas untuk itu. Kalau kau masih mau disebut manusia, jangan pernah mengganggu Syeril lagi. Dia akan menikah denganku. Dan kau, aku akan patahkan kakimu jika kau mendekatinya lagi. Mengerti?"

Dan hujan melengkapi penderitaan Nata. Mereka semua masuk ke dalam, meninggalkan Nata dalam rinai hujan yang semakin turun dengan derasnya. Dua orang informan menarik Nata tanpa suara dan membawanya pergi.

Nata salah. Dia pikir dia telah memenangkan kutukan sialannya. Tapi ternyata, ini seperti baru dimulai saja.

'Apa yang harus aku lakukan? Apa?'

***

Plak

Nata yang baru saja terbangun di rumah sakit merasakan perih lagi ketika Tuan Aryahadinata mendengar semua pengakuannya. Bagaimana dia telah merusak kehidupan seorang gadis yang tidak berdosa.

"Seumur hidup papa, papa selalu bangga menjadi seorang Aryahadinata, tapi sekarang, papa benar-benar malu menjadi seorang Aryahadinata. Dan itu karenamu."

Nata merasa kosong. Rasanya dia ingin mati saja saat ini. Dilihatnya sang nyonya Aryahadinata sedang menangis sambil memeluk foto bocah tampan, cucu yang baru diketahuinya.

"Kau merusak kehidupan seorang gadis, dan bahkan tidak mengetahuinya sampai sekarang. Kau bahkan membuat darah Aryahadinata terlantar dengan hidup tanpa seorang ayah. Kenapa kau tidak bunuh saja papa sekalian?"

Nata dengan kepala diperban turun dan bersimpuh di kaki Tuan Aryahadinata. Mungkin ayahnya bisa melunakkan hati tuan Pratama.

"Nata mohon Pa. Nata mohon. Nata mencintai Syeril. Nata tidak mau lagi kehilangan dia lagi. Nata harus menikahinya karena Nata sudah melakukannya lagi. Bisa jadi dia hamil lagi."

Sang Nyonya menutup mulutnya tak percaya. Sedang Tuan Aryahadinata membelalakkan matanya.

PLAK.

"Tampar Nata Pa, pukul Nata. Tapi Nata mohon. Bantu Nata. Syeril memiliki perasaan yang sama dengan Nata. Dia hanya menutupi sesuatu dan Nata sedang menyelidikinya. Nata butuh bantuan papa. Nata mohon."

"Papa tidak menyangka kau sampai separah ini. Dan setelah semua yang kau lakukan, kau ingin papa membantumu?"

"Pa... Nathan darah daging kita. Dia harus mendapatkan haknya di keluarga kita. Dia penerus keluarga kita. Mama yakin Nata tidak akan memilih wanita yang lain selain cintanya itu. Dan bagaimana jika Nata benar. Bagaimana jika Syeril hamil lagi? Mama tidak mau darah daging mama membenci keluarganya sendiri. Mama tidak mau." Isak nyonya Aryahadinata meluluhkan hati sang Raja.

Tuan Aryahadinata menghela nafas. Dia akan lakukan apapun demi kebahagiaan keluarganya. Dipandangnya foto cucu yang baru diketahuinya itu. Benar-benar mirip seperti Nata saat ia kecil.

Walaupun harus mempermalukan dan merendahkan dirinya, Tuan Aryahadinata akan menghadapi Tuan Pratama dan juga kemarahannya.

NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang