STALKER

1.8K 108 1
                                    

Fix. Nata pasti sudah gila. Dia harusnya membiarkan Andi pergi karena moodnya yang ampun-ampunan. Tapi yang Nata lakukan malah menahan Andi dan memintanya tinggal apapun yang terjadi. Nata bahkan sampai memeluk Andi untuk menahannya pergi yang langsung disesali Nata.

Rasanya aneh memeluk si Nerd berkaca mata kuda itu. Dia... hangat, pinggangnya begitu ramping, ramping yang begitu pas di tubuh Nata hingga membuat darahnya berdesir. Seolah-olah dia tengah memeluk seorang...... perempuan?

'Tidak tidak tidak.' Nata menggelengkan kepalanya tak mau mengakui kemungkinan hal itu. Mana mungkin kalau Andi itu perempuan. Lantas kalau dia perempuan, siapa dia? Apa kembaran dia yang telah tiada itu perempuan? Atau malah itu dia yang Nata pikir telah tiada ternyata masih hidup?

Nata mulai berharap lebih, dia harus menyelidiki hal ini. Tapi mulai dari mana? Ah ya, dari alamat orang tuanya. Nata akan menyewa detektif swasta untuk mencari tahu. Lalu kalau ternyata Andi itu perempuan bagaimana??? Aarrghhh.... kepala Nata rasanya ingin pecah.

Dan di sinilah Nata. Di ruang kerjanya, terus mengamati gambar-gambar dan video singkat yang kirim orang suruhannya. Mewakilinya menjadi stalker kelas teri.

Pukul 06.00

Tiba di toko kue LECKER. Andi terlihat ramah kepada semua orang yang ia temui di sana. Dia tersenyum dengan tampan nerdnya itu yang anehnya justru membuat ia disukai semua orang. Beberapa pelayan wanita bahkan bercanda bersama dengannya, kadang mengelitiknya, menggelitik lengannya, kadang mencium pipinya?

'What?' Apa dia setenar itu???

Pukul 09.00

Andi terlihat menolong seorang nenek yang hendak menyebrang. Dan sebagai ucapan terima kasih, sang nenek memberinya 2 buah apel ranum yang akhirnya Andi terima. Meski hanya 2 apel yang harganya mungkin tidak seberapa, Andi tersenyum meneriman, membuat hati Nata juga menghangat dan senyum lantas tersimpul di wajahnya.

'Cantik. Secantik hatinya.' Batin Nata yang bahkan tidak disadarinya sama sekali.

Pukul 12.05

Andi terlihat di kantin kampus. Menyantap mie ayam dengan lahap. Asataga, apa tidak ada makanan selain mie?

Pukul 16.12

Andi keluar dari kampus diiringi 2 perempuan kekurangan bahan. Cantik dan  sexy. Nata benar-benar tidak menyangka. Dia terlalu meremehkan si Nerd itu rupanya. Mungkin karena dia cerdas, makanya banyak gadis yang mendekatinya, walau dia Nerd sekalipun.

"Pfffft."

"Kau baik-baik saja Nak?"

Nata terkejut dengan pertanyaan ayahnya yang tiba-tiba sudah berada di ruangannya. Habislah dia kalau ayahnya tahu apa yang ia pikirkan saat ini. Perasaan asing yang begitu membuatnya nyaman. Perasaan asing yang tak ingin ia beri nama. Perasaan asing, yang akan menjatuhkan martabat nama besar Aryahadinata.

"I'm cool. Ada apa pa?" Tanya Nata mencoba mengatur mimiknya agar kelihatan senormal mungkin.

"Papa hanya mau kasih tahu, kamu harus hadir di pesta topeng minggu depan. Papa menghilangkan undangannya, tapi papa sudah meminta untul dikirim lagi. Don Juan juga diundang ke sana. Kau datang saja dengan adikmu. Seperti papa tidak tahu saja, kalau putra sulungku ini tidak pernah membawa wanita."

Nata menatap ayahnya serius. Ayahnya tidak sedang menyangka ia yang tidak-tidak kan?

"Mungkin saja ada bidadari yang menarik hati pangeranku ini."

Nata tersenyum. Ayahnya memang tidak kaku. Dia selalu menyenangkan.

"I hope so." Jawabnya datar.

Nata menyandarkan tubuhnya di kursi putarnya yang nyaman. Bidadari? Bagaimana jika tidak ada bidadari yang akan memenangkan hatinya? Lagi.

***

FLASH BACK ON

Nata baru saja memulai harinya yang baru di tingkat sekolah yang baru. Akhirnya, ia berada di tingkat terakhir sekolah berseragamnya. Nata sibuk menjawab salam Hai dari orang-orang yang mengenalnya ataupun sok mengenalnya. Maklumlah, Nata memang most wanted di sekolah international itu. Bukan karena ayahnya adalah donatur terbesar yayasan sekolahnya. Tapi karena dia adalah Nata. Di luar embel-embel Aryahadinata yang berada di belakang namanya, Nata adalah multi talenta siswa. Dia berprestasi bukan hanya di kelas, tapi juga di lapangan. Tidak cukup di situ, dia juga mahir memainkan piano, gitar dan biola, ditambah suaranya kalau sudah menyanyi, semua pria gigit jari, semua gadis jatuh hati.

Tapi Nata, dia sangat sulit jatuh hati. Buktinya, dari sekian banyak gadis yang tergila-gila padanya, tidak ada satupun yang menarik hatinya. Sampai.......

Sampai ketika matanya tertuju pada seorang gadis yang sedang dijadikan bulan-bulanan mencuri perhatiannya.

Di sana, dipanggung MOS yang tidak seberapa besar. Seorang gadis terlihat sedang dikerjai para seniornya. Entah apa yang terjadi, tapi sepertinya dia sedang disuruh bernyanyi.

"Listen! Di sini, sebagai murid beasiswa, kamu harus punya sesuatu yang lebih. Jika orang tuamu tidak bisa menyumbang untuk sekolah, kami harus pastikan kamu punya sesuatu untuk mengukir nama sekolah. So now...Sing!"

Dan semua senior langsung menyorakinya.

SING SING!!

SING SING!!

SING SING!!!

Nata tersenyum. Entah kenapa dia tidak kasihan dengan si gadis, karena entah kenapa, Nata merasa gadis itu berbeda. Bukan karena dandanannya yang manis dengan rambut panjang kuncir tiga, bukan karena papan nama besar yang dikalungkan di lehernya, ataupun tas karung aneh di punggungnya, tapi entahlah. Nata hanya merasa dia berbeda.

Perlahan Nata mendekati panggung. Walaupun dia tidak ikut Badan eksekutif, tapi semua orang menghormatinya. 3 orang yang selalu mengekorinya terlihat memandang remeh ke si gadis, yang porsi tubuhnya hampir sama seperti adik manisnya. Nata masih memandangi gadis yang hanya terdiam itu, lalu ketika si gadis mulai maju satu langkah mengepaskan mic agar pas dengan mulutnya, orang-orang sunyi seketika. Beberapa mencibir dengan bisikan, sedang sisanya memandanginya dengan tatapan meremehkan.

NGIIIIIKKKKKK.

Suara pekikan mic memekakkan telinga, hanya sebentar karena kemudian kesunyian datang kembali. Nata bisa melihat gadis itu mengambil nafas. Ditutup matanya lalu dibuka kembali. Membuat jantung Nata berpacu lebih cepat. Hanya dengan tatapan matanya, Nata sudah tidak karuan. Nata.... dia telah menemukan cinta pertamanya.

Dan ketika suara khas gadis itu melantunkan lyric first love-nya Utada Hikaru dengan bahasa jepang yang fasih, membuat Nata yang juga menguasai bahasa negeri sakura itu seolah-olah merasa gadis itu memang sengaja menyanyikan lagu itu untuknya. Terlebih karena gadis itu mengunci Nata dengan tatapan sendunya. Seolah menghayati bait demi bait yang ia resapi dengan sepenuh hati.

Dan di saat itulah kisah seorang Nata dimulai. Sebuah kisah klasik SMA yang terpahat di hatinya hingga saat ini. Kisah yang belum selesai karena cinta pertamanya itu pergi ke dunia lain. Dunia yang berbeda dengan Nata. Setidaknya, itulah yang Nata ketahui.

FLASH BACK OFF











NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang