"Benarkah? Baiklah. Mama akan belikan drone yang bagus untuk kakak kalau kakak menang olimpiade nanti. Bagaimana? Jadi kakak tidak usah minta sama om Arman."
"Tapi ma, drone itu harganya mahal. Mama sudah bekerja keras membayar sekolah kakak, kakak nggak mau mama menghabiskan uang hanya untuk mainan. Lagipula, kakak tidak minta, om sendiri yang berjanji membelikannya."
"Apapun untuk kakak, mama akan lakukan. Kakak sudah sangat hebat di sekolah dan kakak berhak untuk meminta apapun. Jadi jangan dipikirkan, okay? Pokoknya jangan meminta hadiah dari om. Hmm?"
"Hmm. Terserah mama. Kakak mau berangkat dulu. Ini bunda mau bicara."
"Iya sayang. Be good okay? Love you."
"Love you more."
Nata baru saja selesai mandi ketika dia mendengar Syeril sedang melakukan video call dengan putranya. Nata berhati-hati agar dia tidak nampak di layar dan membuat takut sang anak. Salah-salah putranya nanti malah berpikir kalau ibunya diculik orang jahat. Setidaknya, itulah gambaran Nata di pikiran anaknya.
"Hai cantiknya mama. How are you dear?" Sapa Syeril ketika melihat putri cantiknya digendongan sang ibu, sedang si pipi gembil hanya ber-ma-ma ria melihat ibunya di layar kaca.
"Nathalia baik-baik saja. Hanya merindukan mamanya."
Saat itulah, Syeril menyadari kehadiran Nata. Syeril menatap Nata yang menyiratkan kesedihan.
"Bunda..." panggil Syeril lirih.
"Ya sayang. Ada apa?"
"Aku ingin bahagia dengan orang yang kucintai."
Sang Bundapun langsung menutup mulutnya dan air matanya terurai tanpa perintah ketika dia melihat seorang pria yang dengan ragu, duduk di samping putrinya.
"Pa...pa... pa...pa..."
Mata Nata terbelalak dan ia melihat Syeril tak percaya. Apa putri kecilnya baru saja memanggilnya papa? Apa dia mengenalnya sebagai ayahnya? Benarkah?
Syeril tak kuasa menahan haru ketika putri yang baru biasa mengucapkan tiga kata itu terus saja menyebut-nyebut papa sembari memukul-mukul layar persegi di hadapannya.
Nata tak kuasa menahan emosinya. Putrinya mengenalnya, benar-benar mengenalnya.
"Iya sayang, ini papa, ini papa sayang. Papa akan menjemputmu ya baby, hmm?"
Si balita dua tahun itu hanya kegirangan sambil terus menerus memanggil papa. Air mata bunda, Syeril dan Nata begitu menyayat hati. Begitu nyata dan pilu.
"Ayahmu begitu keras, tapi bunda akan selalu mendukung kalian. Tidak ada yang bunda inginkan selain melihat kalian bahagia. Hanya itu."
"Aku tidak akan menyerah bunda. Biarkan aku menebus dosa-dosaku pada kalian. Aku mohon, aku mohon."
Samar-samar terdengar suara bass yang memanggil Nyonya Pratama. Merekapun langsung mengakhiri panggilan video itu, menyisakan Syeril dan Nata yang masih tidak percaya jika putrinya yang tidak pernah dijumpainya langsung mengenalinya.
"Kau dengar tadi? Putriku mengenalku. Dia memanggilku papa. Papa. Papa." Isak Nata dengan jantung yang berdebum keras. Rasanya seperti ia baru saja mendapatkan mukjizat Tuhan secara nyata.
"Hmm. Aku dan bunda yang mengajarinya dengan memperlihatkan fotomu di majalah dan internet. Ayah pikir itu hanya ocehan tanpa arti, tapi tidak, dari 3 kata yang ia kuasai, papa adalah salah satunya, dan itu untukmu. Aku ingin dia mengenalmu sejak kecil."
"Aku mencintaimu Syeril, aku benar-benar mencintaimu." Isak Nata sembari menghujani Syeril dengan kecupan. Bagaimana bisa ada wanita seperti Syeril? Nata rasanya tak pantas mendapatkan wanita sebaik dia. Dia terlalu mengagumkan untuk seseorang yang brengsek seperti Nata.
***
"Aku benar-benar kecewa. Bagaimana bisa kau membiarkan bajingan itu kembali bersamamu? Apa kau lupa dengan ancaman itu? Nama baikmu sebagai dokter juga dipertaruhkan? Apa kau ingin melepas kesempatanmu di PBB?"
Arman terus saja mencerca Syeril dengan banyak pertanyaan yang pada intinya untuk kesekian kalinya, Syeril menutup hatinya dari Arman. Seberapa keraspun Arman berusaha, cinta Syeril takkan pernah jadi miliknya.
"Mulai sekarang, aku yang akan mengurusnya tuan Fahlefi. Dia tanggung jawab saya mulai saat ini."
Arman terkekeh mengejek. Tanggung jawab katanya. Benar-benar menggelikan.
"Dimana kau ketika istrimu mengalami komplikasi saat melahirkan? Dimana kau ketika anakmu terkena demam berdarah? Apa kau tahu putrimu mengidap alergi debu? Apa kau tahu, berapa kali putramu harus menahan tangis ketika pulang, hanya karena dia diejek di sekolah tapi tak ingin membuat ibunya cemas? Dan kau sekarang berkata tentang tanggung jawab?"
Rahang Nata mengeras dan tangannya mengepal. Syeril hanya bisa menutup matanya. Dia tidak bisa berdiri di antara dua orang pria yang berarti bagi hidupnya. Di satu sisi ada Arman yang selalu menjadi sandarannya, di satu sisi lagi ada Nata, pria yang amat dicintainya.
"Aku memang tidak bisa memutar kembali waktu yang telah berlalu, tapi aku masih memiliki masa depan yang akan kuhabiskan untuk membahagiakan keluargaku. Istri dan anak-anakku. Aku berterima kasih padamu karena telah ada di saat aku bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada Syeril, tapi kalau kau memintaku menyerahkan Syeril padamu, maka kau harus melangkahi mayatku dulu." Ucap Nata yang lalu menarik Syeril, memeluk pinggangnya posesif dan membawanya pergi.
Sesampainya di mobil, Nata langsung memukul-mukul setir. Meluapkan emosinya.
"Please Nata, jangan menyalahkan dirimu sendiri, kau bahkan tak tahu apapun. Kumohon." Isak Syeril mencoba menenangkan pria yang sangat ia cintai itu.
"Dan kau akan membayarnya. Sudah cukup kau membuatku menjadi pria paling brengsek di dunia. Aku akan membawa pulang anak-anakku hari ini juga, walau aku harus melawan ayahmu. Mereka anak-anakku juga, dan mereka harus tahu betapa aku menginginkan mereka dalam hidupku."
Syeril hanya memejamkan mata saat Nata mulai menghidupkan mesin dan melajukan mobilnya dengan kencang. Nata tak terbantahkan mulai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO OTHER
RomancePutra Sulung Aryahadinata. Seperti namanya, dia adalah putra sulung keluarga Aryahadinata. Nata biasa ia dipanggil. Seorang pria gentleman yang begitu malang dalam cinta, kenapa tidak? kalau cinta pertamanya harus layu sebelum berkembang. Dan ketika...