MY SON

2.5K 136 5
                                    

Dan semua berjalan dalam waktu yang sekejab. Dalam dua hari, Syeril sudah menjadi Nyonya Muda Aryahadinata, walau tanpa resepsi mengingat adik Nata sedang dalam pengobatan kanker. Sedang Nata harus menjalankan tanggung jawabnya sebagai CEO utama, sekaligus ketua dewan komisaris menggantikan ayahnya yang setia mendampingi istri dan anaknya di Singapur.

Segala sesuatunya berjalan dengan baik. Pagi mereka sarapan bersama, lalu Nata akan sibuk dengan pekerjaan dan pulang ketika hari sudah sore.

Waktu sorenya ia habiskan dengan bermain dengan si kecil sembari menengok sang kakak yang selalu asik mengurung diri di kamarnya. Nata jadi bertanya-tanya, apa keputusannya benar dengan memberikan kamar dengan segala fasilitas yang membuat Nathan asik dengan dirinya sendiri? Semoga ini hanya karena dia belum bisa menerima Nata sepenuhnya.

"Kakak... ayo keluar sayang. Mama gak suka deh kalau kakak sibuk sendiri di kamar. Mama besok harus menjenguk tante bungsu di Singapur, bolehkan mama menghabiskan waktu mama bersama anak mama yang tampan?"

"Hmm." Hanya itu. Tapi Nathan memang tak pernah membantah kata-kata ibunya. Well, lain cerita kalau itu ayahnya mungkin.

Tak lama, Nathan bergabung dengan Nata yang sedang asik memangku sang adik dan mengajarkannya kata-kata baru. Nathan hanya duduk di sofa single dan langsung mengambil remot. Menggonta-ganti channel, mencari kesibukannya sendiri. Menghindari diskusi dengan sosok ayahnya itu.

Syeril datang membawa buah-buahan. Dia sibuk mengupas dan memotong buah-buahan, sedang suami dan putranya sibuk menghabiskan, begitupun si kecil walaupun dia lebih terlihat menjadikan potongan buahnya sebagai mainan.

Nathan tak lagi duduk di sofa singlenya, dia kini sudah duduk melantai di sisi kaki ibunya yang dengan telaten memberikan buah mangga dan kiwi secara bergantian. Ke suaminya, ke anaknya.

Dari luar, Nathan memang terlihat dingin, tapi kepribadian hangat Nata dan kepedulian Syeril melekat juga padanya. Tak jarang, dia menyuapkan ibunya yang tak terpikir mengupas dan memotong buah untuk dimakannya sendiri.

"Kakak nggak apa apa kan mama tinggal? Seminggu lagi kakak kan olympiade Sains, jadi mama gak mau kakak kecapean."

"Hmm." Jawab Nathan sedatar biasanya.

Syeril mengusap-usap rambut Nathan dan mengecupnya sayang. Nata tersenyum melihat betapa manisnya sang anak dengan sikap acuhnya. Andaikan Nathan juga bersikap demikian padanya, kebahagiaannya pasti akan sempurna.

***

Keesokan harinya.

"Kak, bangun kak." Panggil Nata cepat. Seorang maid terlihat sedang memilihkan baju yang akan dipakai oleh tuan mudanya, sedang maid yang satu membuka tirai jendela kamar Nathan.

Nathan yang terganggu dengan sinar dan panggilan Nata yang sudah seperti kaset rusak, berdecak tak senang. Bukannya bangun, dia justru menyembunyikan dirinya kembali dalam selimut. Semalam Nathan melihat meteor shower dengan teleskop yang baru datang. Biasa, hadiah dari sang ayah, dan karena benda itu, Nathan baru tidur jam tiga pagi.

"Apa sih?" Keluh Nathan akhirnya.

"Maaf sayang. Papa harus ke luar kota mendadak, jadi kamu ikut papa. Ayo cepat mandi. Papa tunggu sepuluh menit lagi."

"What? No! Aku di rumah saja. Buat apa juga aku ikut." Protes Nathan yang langsung menarik kembali selimutnya.

"What? No! Bagaimana bisa papa tinggalkan si ganteng papa ini. Ayo cepat, helicopter sebentar lagi tiba. Papa tahu semalam kamu lihat meteor shower, tapi bobonya nanti lagi ya. Kita berangkat dulu. Ayo, come on! Come on!"

"Apa kita akan naik helicopter?" Tanya Nathan yang langsung bersemangat. Dia sepertinya lupa betapa kaya yang sang ayah.

"Yes Sir. So hurry up please." Ucap Nata yang memukul-mukul bokong putranya. Membuat Nata Junior jengah.

"Gosh! Stop it." Keluh Nathan yang lalu masuk ke kamar mandinya. Bagian yang paling biasa di antara bagian-bagian kamarnya yang lain.

Dan Nata hanya terkekeh melihat putranya yang jijik dengan sikapnya. Bagi Nata, seberapa kerasnya pun Nathan berusaha sok ketus dan sok dewasa, dia tetaplah seorang bocah yang bahkan belum genap 9 tahun, yang haus akan kasih sayang ayahnya, dan Nata, tidak akan segan untuk menunjukkan kasih sayang itu pada putranya.

*

Nata lagi-lagi harus menahan senyum ketika mata putranya sampai tak berkedip ketika melihat helikopter mendarat di helipad halaman belakang kediamannya. Dia bahkan tidak tahu kalau ada helipad di rumahnya yang besar nan mewah itu.

Nathan terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terangkat dan membuatnya langsung berada di dalam helikopter berwarna hitam dengan gradasi strip putih itu. Jujur, Nathan sebenarnya takut, karena ini adalah kali pertama ia melihat dan naik helikopter. Nata memakaikan sabuk dan headset ke kepala putranya yang masih terkagum-kagum dengan helikopter yang dinaikinya. Tapi memang dasarnya masih mengantuk, tak lama setelah mereka berada di ketinggian tertentu, jagoan Aryahadinata itu terlelap, dan bersandar di bahu sang ayah.

"Anak yang tampan dan manis, Sir. Kalau boleh tahu, berapa usianya?" Tanya co-pilot yang memang sedari tadi memperhatikan sikap Nata pada putranya.

"Tentu saja, karena dia putraku. Akhir tahun ini usianya genap 9 tahun."

"Wajahnya benar-benar duplikasi Anda, Anda pasti bangga dengan hal itu." Ucap co-pilot itu lagi membuat senyum Nata merekah lebar.

"Sangat." Ucapnya lalu mengusap rambut putranya yang tampak tenang dalam tidurnya.

Dia bahkan tidak bangun ketika mereka sudah tiba di tujuan. Nata menggendongnya dengan hati-hati.

"Apa kamarku sudah siap?" Tanya Nata ketika helikopter mendarat di atas hotel ternama di kota itu. Beberapa orang menyambutnya, sekretarisnya, petugas hotel dan 2 body guard yang disewa Nata untuk berjaga-jaga.

"Yang terbaik, Sir. Lengkap dengan komputer dan kulkas yang penuh dengan makanan." Jawab sang manager hotel cepat.

"Great. Aku ingin putraku merasa senyaman mungkin. Dan pindahkan pertemuan di suitku saja. Aku tidak mau meninggalkan putraku sendirian di kamarnya."

"Roger that, Sir. You're the best Daddy ever." Ucap sang sekretaris yang merasa terharu dengan perhatian Nata pada putranya.

"No, i'm not. But i'm trying my best. He is my son. I'll give everything my best to him."

'Dan itu takkan lama lagi, karena kau akan segera kehilangannya.'










😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲😲 who is that???? 😈😈😈😈😈😈😈😈






NO OTHERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang