Nata bangun dengan kepala yang berdenyut-denyut. Entah apa yang terjadi semalam. Ingatannya hanya sampai ia dipaksa minum oleh Don Juan, teman club elitnya.
Nata yang hanya memakai boxer dan kaus onblong putih keluar dari kamarnya. Kepala pening, dan tenggorokannya terasa begitu kering.
"Hei!" Panggil Nata ketika memergoki Andi yang hendak pergi.
Andi berhenti. Dan setelah beberapa detik, ia baru membalikkan tubuhnya. Pandangannya tertunduk. Membuat Nata menyadari keanehan pria yang memang selalu aneh baginya itu.
"Kau mahasiswa kedokteran tingkat akhir kan?"
Andi mengangguk. Hanya mengangguk.
"Berikanlah aku sesuatu! Kepalaku rasanya berat sekali." Ucapnya, sambil memijat-mijat pelipisnya. Berharap membuat sakit kepalanya berkurang.
"Aku sudah menyiapkan air madu dan pil di pantry. Juga bubur hangat untukmu. Maaf aku buru-buru, aku ada kelas pagi. Permisi."
Belum lagi selangkah, lengan kurus Andi sudah ditarik Nata hingga si kurus itu berputar cepat, membuatnya oleng dan menabrak dada bidang Nata secara tak sengaja.
Dug dug
Dug dug
Dug dug
Entah siapa yang jantungnya lebih berpacu, tapi yang jelas, Andi sadar lebih dulu dan langsung menjauhkan dirinya dari dada bidang berotot itu. Kencang tapi hangat, membuat syaraf Andi yang polos beriak tak karuan.
"Ada apa denganmu?" Tanya Nata yang melihat keanehan pada diri teman serumahnya itu.
"Aku? Aku hanya sedang buru-buru." Jawab Andi dengan perasaan gugup yang tak bisa ia sembunyikan. Bagaimana tidak? Semalam Nata telah menciumnya begitu intens dan memabukkan dan bodohnya, Andi malah terlarut dalam tautan yang diberikan Nata. Yang menyebalkan, dari sikap Nata, sudah dipastikan, pria itu masih tidak mengenalinya, dasar don juan yang bodoh.
"Hey!! Kau tahu? Aku memimpikannya semalam. Dia...terasa begitu nyata."
'Memang nyata idiot. Idiot. Idiot.'
"Beritahu aku dimana makamnya? Aku ingin berziarah untuk yang pertama dan terakhir kalinya."
Andi melepaskan cengkraman Nata di lengannya. Andi mengerti dengan jelas, apa maksud dari perkataan Nata. Dia ingin melupakan semua tentang dia yang anggap sudah mati. Dan entah apa yang akan dilakukannya setelah itu. Mungkin menerima perjodohan yang pernah sempat ia ceritakan.
"Kalau mau lupakan, lupakan saja. Tidak usah membuat dirimu repot seperti itu. Kau tahu Nata. Dulu kau itu pengecut, sekarangpun sama."
Nata terpaku mendengar perkataan Andi. Ada apa dengannya hingga ketus seperti itu? Apa Nata salah jika ia ingin move on dari dia yang sudah tiada? Terlebih, ketika ia semalam memimpikan dia yang telah tiada itu, justru malah wajah Andi yang menganyam di kepalanya. Seolah-olah, dia justru memimpikan Andi, walau yang ia impikan adalah wajah bidadari kembarannya yang telah tiada.
Ya. Nata memang aneh. Segala hal jelas bagi orang lain, tapi tidak baginya. Gajah di pelupuk mata tidak kelihatan. Penyangkalan demi penyangkalan Nata hanya membuktikan satu hal. Perasaan Nata terhadap kenangan cinta pertamanya mungkin telah memudar. Setidaknya, itulah yang dipikirkan Andi. Yang sudah berlari dengan air mata yang tersembunyi di balik kaca mata nerdnya.
'Aku seperti ini hanya ingin mendengar satu hal dari bibirmu Nata. Mendengar jika hatimu masih untuk syeril seorang, tapi sepertinya aku salah. Jika aku orang lain, maka itu berarti kau dengan mudahnya melupakanku. Tidakkah kau tahu Nata? Aku mencintaimu lebih lama dari rasa cintamu padaku. Perjalanan panjang ini menghabiskan waktuku. Dan aku di sini, berharap kau adalah tempat kembaliku. Tempat berlabuhku. Aku membencimu Nata. Aku sungguh-sungguh membencimu."
# Gosh!!!! Mpe sekarang blm nemu casting yang cocok buat Nata & Andi & Syeril 😭😭😭😭😭
# Sumpah dah... lapak Nata jadi hambar sehambar hatiku 😂😂😂😂😂😂
# Won't give up 😈😈😈😈
KAMU SEDANG MEMBACA
NO OTHER
RomancePutra Sulung Aryahadinata. Seperti namanya, dia adalah putra sulung keluarga Aryahadinata. Nata biasa ia dipanggil. Seorang pria gentleman yang begitu malang dalam cinta, kenapa tidak? kalau cinta pertamanya harus layu sebelum berkembang. Dan ketika...