12.

63 7 1
                                    

" Mark gue tidur dimana?" Minah mulai mengelilingi setiap sudut apartemen milik Mark.

" di kamar " jawab Mark singkat, rupanya dia sedang memasak sesuatu.

" Mark serius ini apartement lo? "

Mark tidak menanggapi pertanyaan Minah, dia masih sibuk dengan masakannya.

" Mark kamarnya cuma satu " Minah akhirnya duduk di soffa mungkin dia merasa lelah

" ya emang cuma satu "

" terusss? Kalo gitu gue yang tidur dikamar "

" yang punya kamar siapa sih Min? Jangan kaya anak kecil gitu deh " Mark menghampiri Minah sambil membawa satu piring nasi goreng dan omlete.

" makan gih "

Minah mengerutkan keningnya heran, sejak kapan dia minta di buatkan masakan oleh Mark.

" nggak loe kasih yang aneh aneh kan?" Tanyanya curiga

Mark hanya geleng geleng kepala melihat tingkah istrinya, Mark beranjak dari tempat duduknya lalu membuka kaos nya.  Minah terbelalak kaget, " Mark loe ngapain buka baju? "

" mau mandi "

" ohhh..." Minah tertawa kikuk lalu segera mencoba masakan Mark, Minah memasukkan satu sendok nasi goreng buatan Mark.

Gila masih enakan masakan dia daripada gue,batin Minah.

                            •﹏•

Mark menyedu secangkir kopi lalu duduk di soffa, " nggak mandi? " tanya Mark pada Minah yang masih sibuk membolak balik kan poster yang dia beli.

Minah hanya menggelengkan kepala  tanpa melihat Mark, Mark mengangkat panggilan telephonenya. Ternyata dari orangtua Minah.

" hallo iya Pa?"

Mendengar Mark berbicara di telephone membuat Minah berhenti mengagumi posternya, Minah menatap Mark seolah olah bertanya apa yang terjadi.

" iya Pa, Minah sama aku "

Minah memberi isyarat pada Mark supaya tidak memberi tahu keberadaannya, tetapi ternyata sia sia.

Mark memberikan phoncellnya kepada Minah, " Papa mau bicara sama kamu "

Minah menggelengkan kepala sambil menaut kan kedua tangannya memohon pada Mark supaya merahasiakan keberadaannya.

Mark menganggukan kepala sambil tersenyum, dan memberikan phoncellnya ke tangan Minah. Minah pun pasrah, Minah ragu ragu ketika ingin berbicara pada Ayahnya.

" hallo yah "

" ........."

Minah menjauhkan phoncellnya sedikit lebih jauh dari telinganya, tentu saja Minah tidak akan lolos dari omelan Ayahnya.

" aku tinggal di tempat pacarnya Iko yah "

" .........."

" Ayah kenapa sih nggak pernah suka sama Iko? Dia baek kok, buktinya aku ditolongin "

"........."

" yaudah Minah mau bicara aja sama Ibuk "

"..........."

" aduh buk kenapa musti sama Mark sih "

" ........."

" iya iya, Minah janji bakalan tinggal sama Mark. Tapi perginya jangan lama lama " Minah menaruh phoncell tersebut di meja, Minah bersedekap sebal. Orangtua Minah mendadak harus pergi keluar kota untuk mengunjungi Bibinya yang sedang sakit. Orangtua Minah takut jika terjadi hal hal yang tidak mereka inginkan. Dan tentu saja Minah harus bersama Mark, jija tidak maka orangtuanya tidak akan tenang meninggalkan Minah. Karena pasti Minah akan bertindak semaunya.

" udah yakin mau tinggal disini? "

" enggak gue nggak janji tuh "

" yaudah kamu boleh tinggal dimana aja mau di hotel mau dimana, nanti aku yang ngijinin sama Papa Mama "

" eh loe ngancem gue Mark? Heran deh....yang anaknya siapa sih "

" aku udah janji sama mereka "

" yaudah iya iya gue tinggal disini, tapi cuma sampe Ayah Ibuk pulang "

" udah?"

" udah, kenapa?" Minah melotot pada Mark

" kalo udah sekarang mandi " Mark mengalungkan handuk di leher Minah, " Mark gue nggak punya baju ganti oke? Jadi jangan maksa gue buat mandi "

" di almari baju banyak "

" tapi itu punya loe Mark "

Mark memilih beranjak dari duduknya, mengambilkan kemeja dan celana panjang untuk Minah. Lalu dia berjalan menuju balkon untuk mencari udara segar sambil menikmati kopinya yang mulai dingin.

Marriage not dating (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang