Minah memesan sebuah kamar setelah sampai di hotel Apego, " permisi bisa saya bertanya?"
" iya ada yang bisa saya bantu?" jawab receptionist yang masih terlihat cantik walaupun selarut ini.
" apa disini ada seseorang yang bernama Mark menginap disini? Dia menginap dikamar berapa?"
" maaf Sebelumnya tapi saya tidak bisa memberitahukan mengenai hal itu karena itu menyangkut privacy penghuni hotel ini "
" sebenarnya dia suami saya, saya sedang mencarinya saya mendengar kabar bahwa dia mengalami kecelakaan " Minah mengambil kunci dan menundukkan kepala tanda terimahkasih lalu pergi meninggalkan meja receptionist tanpa mendengar jawaban yang ingin dikatakan petugas receptionist tersebut. Minah berjalan gontai menuju lift, dia tidak memiliki tenaga bahkan untuk membuat tubuhnya berdiri tegak. Matanya mulai terlihat bengkak karena terlaku banyak menangis, perutnya berbunyi memberi tanda bahwa seharian dia tidak menelan makanan sedikitpun.
Minah seperti tidak mampu melanjutkan langkahnya, dia keluar dari lift dan bersandar disamping pintu kamar nomor 229.
Minah menundukkan kepala meringkuk dalam duduknya, bahkan suara pintu terbuka dari sampingnya tidak membuatnya beranjak dari posisinya. Orang yang baru saja keluar dari kamar tersebut memperhatikan wanita yang sedang meringkuk menangis.
Dia mencoba memanggil Minah," permisi? Mbak kenapa kok nangis disini?"
Minah merasa familiar dengan suara tersebut, dia mendongakkan kepalanya tanpa terlebih dahulu menghapus air matanya.
Minah terkejut bukan main ketika mendapati orang yang selama ini di carinya berada di depannya dalam keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun.
" Makarellll........ " rengek Minah yang langsung memeluk Mark. Mark tidak kalah terkejutnya dengan Minah dia bertanya tanya kenapa ada istrinya di depan pintu hotelnya dalam keadaan menangis dengan baju yang basah dan mata bengkak.
Mark hampir berfikir bahwa mungkin ini mimpi atau dia sedang halusinasi saja karena terlalu cemas tidak bisa menghubungi Minah. Tapi pelukan ini terasa nyata, tubuh yang ada di pelukannya memang benar Minah istrinya. Mark mendekap tubuh Minah yang terasa dingin. Mark yakin bahwa Minah sedang kedinginan.
Tanpa disadari Mark tersenyum memejamkan matanya, dia merasa tidak pernah memeluk istrinya dengan damai sebelumnya.