Kaki Mark tidak bisa diam semenjak dia datang tadi, dia cemas mengenai Minah bahkan Jinyoung semakin memperburuk keadaan. Dan dia tidak tahu apa yang membuatnya menuruti Jinyoung untuk datang ketempat ini.
Mark sedikit lega setelah mihat Jinyoung dari kejauhan, dia berusaha memasang expresi yang tenang tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa dia memang khawatir apakah Jinyoung sudah mengantar Minah pulang apakah Minah baik baik saja.
Jinyoung melambaikan tangannya sambil tersenyum pada Mark, Jinyoung menjabat tangan Mark setelah sampai dihadapan Mark. Jinyoung tidak melupakan tata krama bahwa Mark lebih tua darinya.
" apa kabar bang? Loe khawatir tentang Minah ya? Tenang aja Minah udah gue anter kok "
" loe pengen ngomong apa sama gue?"
" gue cuma pengen ngobrol aja kok bang sama loe " jawab Jinyoung sambil tersenyum ramah.
" enggak gue nggak ada waktu buat ngobrol ngobrol sama loe, gue banyak kerjaan dan gue harus segera pulang "
" percuma bang loe pulang sekarang juga Minah nggak peduli sama loe, gue tau loe suka sama Minah bang tapi Minah nya kurang respect sama loe. Padahal gue tau banget loe itu tipe Minah banget bang "
" maksud loe apa? Loe siapa berlagak tau tentang gue sama Minah? Gue benar benar nggaak butuh nasehat loe "
" gue temen Minah bang, masa iya gue harus kenalan lagi sama loe "
" oke oke gue tau Minah banyak punya temen yang agak aneh, sekarang mau loe apa?" Mark bertanya pada Jinyoung dengan gusar, tidak biasanya Mark bersikap kasar. Dia adalah orang yang bisa menahan emosi bahkan untuk sekelas Minah sekalipun.
.........
" Min besok aku ada kerjaan diluar kota "
" berapa lama?" Minah tersenyum lebih cerah dari biasanya, Mark heran melihat tingkah Minah.
" seminggu kurang lebih "
" mau gue bantu siap siap nggak?" tawar Minah pada Mark
" nggak usah "
" nggak papa " Minah bersikap manis lebih dari biasanya, Mark mengalah dan membiarkan Minah untuk bertindak sesuka hatinya.
Setelah koper Mark sudah beres, seperti biasa Minah sibuk dengan phone cell sambil merebahkan tubuhnya di soffa.
Berbeda dengan Mark, dia sudah terlelap di tempat tidur setengah jam yang lalu. Minah tertawa tawa sendiri, ternyata dia sedang chatting dengan Jinyoung.
Jinyoung POV
Aku tidak menyangka bahwa aku bisa bertemu lagi dengan Minah. Aku dulu begitu menyukainya walaupun dia hanya menganggapku teman.
Dia tidak pernah berubah dan masih asik seperti dahulu, aku senang sekali bertemu dengannya. Tapi aku sedikit kecewa, hanya sedikit. Mungkin aku terlalu terlambat untuk menemukannya kembali, Minah sudah menjadi milik orang lain. Walaupun dia tidak mengakuinya, tapi aku melihat cincin dikedua tangan mereka dan aku tidak bodoh.
Aku tidak tahu apa yang membuat Minah tidak mengakui suaminya dan terkesan membencinya, setahuku dia adalah tipe Minah. Dia tinggi dan tampan dia juga baik tapi entah kenapa Minah tidak menyukainya dan selalu mengatakan bahwa Mark adalah kakaknya.
Aku tidak bermaksud untuk merebut Minah, aku masih waras dan aku menganggap Minah adalah teman ku saat ini. Dia sering mencurahkan isi hatinya padaku jadi sedikit lebih aku memahami situasi yang terjadi.
Aku sebenarnya ingin membantu Mark tapi aku belum terlalu memahami duduk masalahnya secara pasti dan aku juga tidak ingin di cap ikut campur urusan orang lain.
Selain itu aku juga sudah mencoba berbicara dengan Mark, awalnya dia tidak bisa menerimaku tapi ternyata kami bisa nyambung dalam sekali pertemuan dan tanpa Minah ketahui aku beberapa kali bertemu dengan Mark. Entah sampai kapan Minah mau menganggap Mark sebagai kakaknya dan bukan suaminya.Mark orang yang baik, aku merasa dia adalah laki laki yang pantas untuk Minah. Ketika aku sedang bersamanya aku merasa seperti sedang bersama abang ku sendiri.
Aku jadi sering teringat tentang abang ku yang sudah meninggal dua tahun yang lalu. Dia memiliki sifat yang hampir mirip dengan Mark.
Saat ini aku sedang chatting dengan Minah, dia mengajak ku untuk hang out lusa. Karena aku tahu Minah sedang tidak ada teman dan mungkin dia sedang suntuk maka aku memutuskan untuk mengiyakan ajakannya.
POV end