Aku bangun tidur dan merasakan seluruh badanku pegal dan tunggu kenapa aku gak pakai baju dan kenapa intiku terasa sangat sakit, pelan-pelan aku membuka selimut putih yang membungkus tubuhku.
"Ya Allah nggak nggak mungkin" aku takut setengah mati melihat ada bercak darah di seprai putih ini. Aku cukup tahu apa yang terjadi, bangun tanpa sehelai benang yang membungkus tubuh, badan terasa remuk dan bercak darah. Jantungku seperti berhenti bagimana bisa aku seperti ini tiba-tiba kilasan ingatan semalam memenuhi otakku. yah aku ingat semalam aku duduk di meja pojok Bar dan Sera memberikan minuman setelah itu aku merasakan panas dan darahku berdesir cepat lalu aku pergi ke toilet dan menabrak seorang pria sampai akhirnya aku berakhir di kamar ini.
Ya Tuhan hidupku rasanya berhenti sampai disini aku menangis kencang, meraung dan sesegukan. Air mataku terus mengalir dadaku sangat sesak hidupku hancur apalagi yang bisa aku banggakan dari diriku ini. Kenapa nasibku sangat menjijikan seperti ini kenapa Tuhan memberikan cobaan seperti ini. Aku terus menangis tanpa henti sampai tiba-tiba pintu terbuka dan pria itu muncul. Aku merapatkan kembali selimutku aku merasa jijik dan hina, laki-laki itu masuk dan berdiri di depanku dengan raut wajah yang menyesal.
"Maaf, saya... saya brengsek karena telah..." ucapan pria itu menggantung dia menunduk setelah mengucapkan kalimatnya. Kamar ini kembali di penuhi dengan isakan tangisanku pria itu tetap diam di tempatnya. Dia pria tadi malam yang telah mengambil kesuciannya.
"Kamu harus mandi setelah itu mari kita bicara" pria itu mengucapkan dengan tegas dan kemudian keluar dan menutup pintu.
Aku segera memunguti pakaianku yang tergeletak di bawah dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri, aku gak boleh terus menangis seperti ini.
*****
Sudah 10 menit dua manusia tersebut saling diam, Anyelir duduk di ujung ranjang dan Rayan duduk di sofa yang ada di depan ranjang jadilah mereka berhadapan namun dengan kebisuannya. Rayan menghela nafas panjang dan memijit kepalanya pusing.
"Saya tahu kata maaf tidak akan mengubah keadaan tapi sekali lagi saya minta maaf, kita sama-sama terpengaruh alkohol tadi malam" Rayan sekali lagi mengutarakan kata maaf.
Sementara itu Anyelir masih tetap dengan kebungkamannya, ia terlalu shock dengan semua kejadian ini. Setelah ini apa yang akan dilakukannya memikirkannya membuat kepalanya kembali pusing.
"Kenapa kamu tidak mengucapkan satu kata pun, saya bingung setidaknya katakan sesuatau".
Rayan gemas sendiri kenapa lawan bicaranya terus diam tidak menanggapi daripada terus diam seperti ini Rayan lebih baik di caci atau di teriaki saja. Gadis didepannya ini benar-benar membuatnya mati kutu, oh tunggu dia bukan gadis lagi karena Rayan lah yang telah mengambil keperawanannnya.
Kalau tadi malam dia merasa dia bukan laki-laki brengsek maka sekarang dia telah menjadi laki-laki brengsek yang telah tega merenggut kehormatan wanita di depannya itu.
"S-saya saya takut. Saya nggak tahu setelah ini apa yang akan terjadi" Anye terbata-bata mengucapkan kalimat tersebut.
Rayan menghela nafasnya berat, dia juga bingung dan merasa bersalah di waktu bersamaan. "Saya Rayan, Narayan Airlangga. Saya tau ini bukan suasana yang pantas untuk berkenalan. Satu yang harus kamu tahu saya nggak akan lari dari tanggung jawab".
"Saya Anyelir" Anye akhirnya mendongak menatap Rayan, dia merasa Rayan tidak seburuk apa yang difikirannya. Anye tahu dan ingat tadi malam bukan sepenuhnya salah Rayan. Hidupnya sudah hancur setelah ini Anye berharap tidak akan ada lagi kejadian luar biasa yang akan menimpa hidupnya.
"Baikalah Anyelir sekarang saya akan antar kamu pulang". Anye mengangguk mengiyakan. Setelah ini apa yang akan dikatakan ke ayah dan ibu tirinya. Nggak, ayah dan ibu tirinya tidak boleh sampai tau masalah ini. Sudah cukup selama ini ayah dan ibu tirinya membenci dirinya, kalau sampai mereka tau mungkin Anye akan diusir dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
Ficción GeneralRayan menghela nafasnya berat, dia juga bingung dan merasa bersalah di waktu bersamaan. "saya Rayan, Narayan Airlangga. Saya tahu ini bukan suasana yang pantas untuk berkenalan. Satu yang harus kamu tau saya nggak akan lari dari tanggung jawab". "Sa...