Part 21: Hug

356 44 35
                                    

Yok tekan 🌟 dulu

Happy Reading! 😊

*****

“Saya rindu.” Hanya dua kata itu yang mampu Rayan katakan agar Anyelir tahu dia begitu merindukannya.

Rayan ingin Anyelir tahu bahwa dia begitu tersiksa setelah Anye pergi dari hidupnya. Katakanlah Rayan sudah tidak waras, benar apa yang dikatakan Chandra bahwa dirinya memang munafik. Dulu Rayan mengabaikan dan seolah menolak Anyelir dia bahkan sampai bertengkar hebat dengan ibunya karena tidak mau menikahi Anyelir.
Sekarang ia telah menyadari bahwa ia membutuhkan gadis itu. Rayan menginginkan Anyelir di sampingnya bolehkah Rayan egois?

Rayan mengamati punggung Anyelir yang terlihat menegang di depannya. Dengan yakin Rayan berjalan menghampiri Anyelir menarik lengan gadis itu membalik tubuh Anyelir agar menghadap ke arahnya dan merengkuhnya.

Gila. Rayan sudah kehilangan akal sehatnya dengan tiba-tiba memeluk Anyelir.

Namun Rayan merasa pas, kekosongan yang selama ini dirasakannya seolah hilang setelah merengkuh Anyelir. Ia menghirup dalam-dalam wangi gadis di dekapannya ini yang menenangkan pikirannya, seolah beban berat yang selama ini ia rasakan menguap.

Tapi Anyelir justru bersikap sebaliknya, ia tersentak tiba-tiba Rayan memeluknya. Badannya menegang dan tangannya mengepal ia terlalu terkejut dengan apa yang dilakukan Rayan saat ini. Detik demi detik berlalu dan Rayan tidak juga melepaskan pelukannya.

Anyelir menarik nafasnya dengan berat ia terlalu terkejut dengan semua sikap Rayan saat ini. Anye ingin melepaskan pelukan Rayan namun Rayan mencegahnya.

“Sebentar. Biarkan seperti ini sebentar saja.” Rayan semakin mengeratkan pelukannya membenamkan wajah Anyelir ke dada bidangnya. Rayan seakan takut jika melepaskan dekapannya ia akan kehilangan gadis itu.

Ini nggak benar Anye tidak boleh terlena begitu saja, sadar Anye sadar! Seperti ada alarm di kepalanya untuk meminta Anye segerasadar agar tidak berharap lebih pada Rayan. Dengan cepat Anye mendorong dada Rayan agar pelukan mereka terlepas. Nafas Anye naik turun matanya memicing tidak suka ia marah.
Anye mundur teratur menjauh dari Rayan.

“Anyelir saya-”

Belum sempat Rayan menyelesaikan kalimatnya Anye justru membalikan badannya dan lari dari hadapan Rayan. Meninggalkan Rayan seorang diri di sana.

Rayan bisa melihat dengan jelas kemarahan di wajah gadis itu. Rayan tidak menyangka tindakannya ini malah membuat Anyelir marah dan pergi tanpa sepatah katapun.

Rayan hanya diam saja melihat Anyelir yang semakin menjauh. Ia mengacak rambutnya kesal karena tindakan spontannya ini membuat Anyelir marah. Ia tidak mencoba mengejar gadis itu karena ia tahu saat ini Anyelir pasti sangat marah setelah tindakannya yang tiba-tiba memeluknya.

Rayan hanya bisa merutuki kebodohannya bisa-bisanya dia kehilangan kendali seperti ini. setelah ini mungkin Anyelir tidak mau lagi menemuinya.

Dan Rayan menyesal.

****

Anye menutup pintu kamarnya dengan keras ia merosot ke lantai memegangi dadanya, jantungan berdetak sangat keras seperti ingin meledak. Nafasnya naik turun secara cepat tangannya sampai dingin. Keringat di dahinya samapai bercucuran. Begitu kuatnya pengaruh seorang Rayan.

Anye lelah berlari kakinya sakit namun yang lebih membuatnya lelah adalah bahwa ia menghindari Rayan, ia lelah harus bersikap baik-baik saja ia lelah harus membuat hatinya baik-baik saja.

Rayan keterlaluan seenaknya saja datang kembali dan memporak porandakan perasaannya. Anye sudah berhenti berharap pada Rayan ia sudah mencoba melupakan Rayan dan berhasil. Tapi Rayan dengan seenaknya datang dan memeluknya seperti tadi membuat usaha move on nya gagal.

Kenapa Rayan harus datang kembali? Kalau Rayan kembali hanya untuk membuat luka hatinya menganga lagi Anye tidak mau. Seumur hidupnya Anye baru sekali merasakan seperti apa jatuh cinta dan orang itu adalah Rayan. Anye juga baru merasakan apa itu patah hati saat bersama Rayan.

Rayan itu cinta pertama bagi Anye dan juga patah hati pertamanya.
Anye tidak mau lagi hatinya terluka karena Rayan, sudah cukup kemarin ia merasakannya. Jika ada yang mengatakan Anye terlalu lebay baru segitu saja sudah berlebihan kalian salah. Ini hati dan perasaan Anye hanya Anye yang merasakan.

Anye terlalu rapuh, jika kita melihat bagaimana selama ini kehidupan Anye. Wajar saja jika Anye tidak mau lagi merasakan sakit. Sudah cukup kenyang selama ini merasakan luka batin dari orang sekitarnya ia tidak mau lagi menambah luka hatinya karena Rayan.

Anye ingin menyelamatkan hatinya yang sudah tidak berbentuk lagi agar tidak hancur berkeping-keping. Ya, Anye harus membuat benteng yang kokoh agar tidak lagi jatuh kepada Rayan. Anye benar-benar tidak mau lagi berharap pada sesuatu yang tidak mungkin bisa ia dapatkan.

Dering ponselnya membuat Anye mendongak dan segera mengambil ponselnya dari dalam tas yang digunakannya. Anye menghapus air matanya yang mengalir di pipinya. Ia sampai tidak sadar telah menangis.

Rayan.

Anye terdiam cukup lama memandangi deretan nomor Rayan. Ia tidak siap harus berbicara lagi dengan Rayan. Anye hanya membiarkan saja ponselnya terus berdering tanpa niat mau mengangkat panggilan dari Rayan.

*****

TBC

Maafkan part kali ini pendek banget aku lagi buntu ide huhu 😢

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang