Part 11: Cantik

281 44 37
                                        

Happy reading!

*****

Rayan menghempaskan badannya di atas ranjang empuk miliknya. Seharian ini ia sangat lelah setelah menghabiskan waktunya untuk bekerja dan menemani Anyelir fitting gaun.

Setelah menemani gadis itu, ia langsung pergi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk. Saking banyaknya deadline ia harus lembur dan baru selesai pukul 11 malam. Baru akan memejamkan mata ponselnya berdering. Dengan kesal Rayan menggeser tombol hijau di ponselnya itu.

“Ray, kamu belum tidur kan?” ternyata ibunya yang menelpon.

“Belum bu.” Rayan malas sebenarnya menanggapi ibunya, tapi ia bukan anak kurang ajar. Sebisa mungkin ia harus bersikap sopan. Rayan tahu alasan ibunya menelpon malam-malam begini.

“Kamu nggak lupa kan? Besok harus kencan sama Anye?” Nah kan! Rayan sudah menduga ibunya akan mengatakan ini. sungguh sangat tidak penting. Mengganggu waktu istirahatnya saja. Rayan heran kenapa ibunya ini ngotot sekali ingin menjadikan Anyelir menantunya.

“Mana bisa Rayan lupa sih bu. Dalam sehari ibu sudah kasih tahu sampai 5 kali” Sabar Rayan sabar. Ingat itu ibumu sendiri. Jangan kurang ajar pada ibumu.

“Barang kali kamu lupa atau kamu sengaja pura-pura lupa. Ibu kan hanya mengingatkan. Jaga calon mantu ibu baik-baik. Jangan dibikin sedih terus, dia gadis yang baik Ray, ibu harap kamu bisa memperlakukan dia dengan baik.”

Apa yang sudah gadis itu lakukan sehingga ibunya sangat menyanyanginya?

Rayan hanya berdehem terlalu malas untuk menanggapi, “Sudah yah bu, Rayan mau istirahat”.

“Yasudah, kamu istirahat jangan banyak begadang seperti ayahmu, ibu tutup” telpon di matikan.

Rayan melempar ponselnya ke atas nakas di samping ranjangnya. Ibunya itu benar-benar membuatnya semakin pusing saja. Kencan? Oh ayolah, dirinya pria dewasa bukan remaja labil yang senang berkencan. Mungkin Anye masih terbilang remaja tapi tidak dengan dirinya yang memiliki perbedaan usia 8 tahun. Rayan tidak perlu sampai harus berkencan segala seperti bocah abg saja.

Rayan mencoba memejamkan matanya kali ini ia sungguh benar-benar ingin pergi ke alam mimpi. Namun tiba-tiba bayangan Anyelir yang mengenakan kebaya biru langit di butik tadi membuat matanya kembali terbuka. Anyelir sangat cantik, ia sampai dibuat takjub melihat gadis itu. Rambut panjang dan kulit putihnya sangat pas saat mengenakan gaun itu.

Untuk sesaat rayan sampai terpana melihat gadis itu yang begitu anggun. Tapi buru-buru ia mengontrol ekspresi wajahnya. Rayan membuka kembali ponselnya dan membuka aplikasi chatnya. Rayan membuka chat dari Rina, karyawan di butik tempat ia dan Anyelir fitting gaun.

Tadi sore Rina mengirimkan beberapa foto Anyelir saat mencoba beberapa gaun dan kebaya. Rina memang dekat dengan kakaknya yaitu Qiara, karena Qiara yang mengelola butik tersebut. Namun saat ini Qiara sedang berada di Glasgow bersama suaminya.

Rayan melihat-lihat foto gadis itu, Anyelir sangat cocok mengenakan semua gaun dan kebaya yang di cobanya.

“Cantik” tanpa sadar Rayan mengucapakan kata itu.

Di foto terakhir Rayan kembali teringat kejadian di butik saat Anye mengenkan gaun malam tanpa lengan yang memperlihatkan bahu mulusnya. Tanpa sehelai benang. Sisi kejantannya bangkit, Rayan sampai tidak berkedip.

Saat itu Rayan jadi memikirkan hal yang tidak-tidak. Otak brengseknya saat itu mulai bangkit. Rayan tidak sanggup melihat Anyelir terbuka seperti itu, Rayan jadi membayangkan kejadian malam itu, saat ia menghabiskan malam bersama Anyelir.

“Sial, kenapa harus inget lagi sih?” Rayan mengacak rambutnya frustasi.

Saat itu Rayan sampai memarahi Rina karena memberikan gaun itu pada Anyelir. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan gaun itu, yang salah itu otak Rayan.

Gaunnya bagus dan tidak terlalu terbuka menurut Rina. Namun tetap saja Rayan tidak suka. Ada sisi posesif di dirinya yang tidak rela jika Anye memperlihatkan tubuh indahnya ke hadapan orang lain selain dirinya.

Rayan jadi teringat pada Airin, dulu saat mereka masih bersama Rayan tidak pernah memprotes apapun yang di kenakan Airin. Airin menggunakan pakaian yang sedikit terbuka pun Rayan tidak mempermasalahkan.

Namun mengapa dengan Anyelir dirinya sangat protektif? Apa rayan sudah mulai menyukai gadis itu? Tentu saja tidak Rayan sangat yakin itu.

*****

Sudah 20 menit Rayan melajukan mobilnya, ia tidak tahu kemana arah tujuannya. Ibunya hanya menyuruhnya berkencan, Rayan tidak tahu berkencan seperti apa? Dulu saat bersama Airin kencan itu ya makan malam romantis di sebuah restoran mewah atau berlibur ke luar negeri berdua.

Tapi gadis di sampingnya ini bukan Airin si wanita elegan. Ia hanya Anyelir si gadis polos. Tidak mungkin Rayan memperlakukan Anyelir sama dengan Airin.

Kepribadan mereka berdua sangat bertolak belakang. Airin seorang wanita dewasa yang supel dan elegan, pandai menempatkan diri dan tentu saja pemikirannya sangat dewasa. Rayan dan Airin memiliki banyak kesamaan, salah satunya mereka berdua sama-sama workaholic. Namun banyaknya kesamaan ternyata bukan sebuah tanda mereka berjodoh.

Sedangkan Anyelir hanya gadis yang mulai beranjak dewasa, sifatnya sangat tenang dan tidak banyak bicara. Ia terlalu penurut dan polos. Perbedaan usia mereka juga terpaut cukup jauh yaitu 8 tahun. Rayan tidak yakin Anyelir bisa menyeimbanginya.

“Mau kemana?” Rayan memecah keheningan diantara mereka.

Anyelir yang sedang melihat ke arah jendela menolehkan  pandangannya mengahdap ke Rayan.

“Saya sebenarnya tidak tahu akan kemana. Mungkin ada tempat yang ingin kamu kunjungi" Yah lebih baik seperti ini Rayan meminta pendapat gadis itu.

“Dufan. Ke Dufan saja.” Nah kan, benar dugaannya. Anyelir memang gadis yang polos. Jika yang ditanya begitu wanita lain mungkin mereka akan meminta makan malam romantis di rooftop gedung mewah atau restoran mewah.

“Baiklah” Rayan segera melajukan mobilnya.

Rayan mengamati Anyelir melalui ekor matanya, gadis itu kali ini sangat tenang. Memang Anyelir tidak banyak bicara namun kali ini gadis itu hanya diam saja. Tidak seperti kemarin. Apa kemarin sikapnya terlalu kelewatan mengacuhkan gadis itu?

Rayan sadar ia kemarin terlalu bersikap dingin pada Anye. Selalu gadis itu yang mencoba memulai percakapan. Namun kali ini Anye hanya duduk diam, matanya selalu menatap ke arah jendela di sampingnya. Jika dirinya tidak bertanya maka gadis itu hanya akan diam.

Rayan akui kemarin dirinya memang sedikit keterlaluan mendiamkan gadis itu. Tapi sungguh saat itu moodnya sedang jelek.

Seharusnya kemarin Rayan berangkat ke Denpasar untuk mengurus beberapa pekerjaan disana. Seharusnya rayan berada di Denpasar sekitar 6 hari, 4 hari untuk bekerja dan sisanya bisa ia gunakan untuk berlibur menenagkan pikiran.

Namun tiba-tiba saja ayahnya membatalkan rencana yang sudah ia susun. Ayahnya meminta agar ia fokus saja mengurus pekerjaan di Jakarta, akhirnya malah ayahnya yang berangkat ke Denpasar. Pupus sudah harapannya untuk berlibur.

Seakan hal itu tidak cukup membuatnya kesal, ibunya malah menyuruhnya untuk menemani Anyelir fitting gaun.

Rayan tentu saja menolak karena pekerjaannya lebih penting dan sudah dikejar deadline. Tapi ibunya itu keras kepala meminta dirinya menemani gadis itu.

*****

TBC

Masih adakah yang mau baca cerita ini?
Penginnya posting seminggu 2 kali tapi apa daya tugas kuliah makin numpuk 😭

ANYELIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang