Happy Reading ❤
Sore ini Rayan berniat mengunjungi Anyelir di Rumah Sakit. Soal permintaan ibunya yang meminta dirinya untuk menikahi gadis itu Rayan masih belum memutuskan. Menurutnya menikah itu bukan soal rasa tanggung jawab dan kewajiban, Rayan ingin menikah sekali seumur hidupnya bersama wanita yang ia pilih sendiri. Bukan wanita yang dipilihkan oleh orang lain. Rayan masih belum bisa melupakan Airin.
Tadi siang ibunya menelpon,beliau mengatakan jika Anyelir menderita depresi. Ibunya membawa temannya yang seorang psikolog untuk menangani gadis itu. Dan benar saja gadis itu butuh penanganan. Rayan jadi semakin merasa bersalah, bagaimanapun juga ia pasti memiliki andil akan depresi yang dialami gadis itu.
Mencoba memantapkan hati, Rayan membuka pintu ruang rawat gadis tersebut.
Di dalam ruangan itu Anye sedang tersenyum melihat banyolan kakaknya sedangkan gadis kecil disampingnya tertawa melihat kakaknya yang sedang mencoba menghibur Anyelir.
"Maaf mengganggu waktunya." Rayan meminta izin masuk, ditangan kananya ia menenteng paper bag berisi buah-buahan.
Haikal menatap bingung siapa laki-laki yang menjenguk adiknya itu. Setahunya Anye tidak memiliki teman laki-laki yang usianya terpaut cukup jauh darinya.
Anye menggigit bibirnya gugup, kenapa Rayan datang kemari saat ada Haikal? Ia bisa melihat sepertinya haikal tidak menyukai kedatangan Rayan.
"Silahkan duduk" Anye memecah keheningan di ruangan itu. Rayan pun segera duduk di sofa yang ada di ruangan tersebut. Netranya melihat ke arah pergelangan gadis itu yang diperban. Hatinya seperti disentil, rasa bersalah semakin mengusai dirinya.
"Maaf saya baru datang menjenguk. Bagaimana keadaan kamu?"
"Sudah lebih baik. Seharusnya kamu tidak perlu repot datang kemari."
Sementara itu Haikal masih bingung siapa laki-laki di depannya itu? Anye sepertinya tidak mau mengenalkannya. Haikal pun melirik kepada Lili, namun gadis kecil itu menggeleng tanda tidak tahu.
"Nye, kamu nggak mau ngenalin siapa dia?" Haikal akhirnya buka suara.
"Eehh dia-"
"Saya Rayan". Rayan segera memotong ucapan Anye. Dia mengulurkan tangannya kepada Haikal bermaksud menjabat tangan.
"Oh jadi elo yang udah ngerusak adek gue." Haikal mengabaikan uluran tangan Rayan. Dia menggertakan giginya tidak suka terhadap Rayan.
Rayan merasa tersinggung dengan perkataan Haikal, okelah dirinya memang telah meniduri gadis itu. Tapi perkataan Haikal telah menyentil harga dirinya, seolah-olah dirinya adalah laki-laki brengsek.
"Kak-" Anye menggeleng meminta Haikal untuk diam. Bagaimanapun ini Rumah Sakit jangan sampai kakaknya itu membuat keributan.
"Gue rasa ucapan lo itu terlalu kasar. Apa lo tahu kejadian sebenarnya?" Rayan membalas ucapan Haikal tidak kalah pedasnya.
Haikal mendengus, ingin rasanya ia melayangkan tinjunya kewajah Rayan. Meluapakan emosinya, tapi ia mengurungkan niatnya. Haikal tahu tempat ia tidak mau membuat keributan. Mencoba bersabar ia kembali bertanya kepada Rayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
General FictionRayan menghela nafasnya berat, dia juga bingung dan merasa bersalah di waktu bersamaan. "saya Rayan, Narayan Airlangga. Saya tahu ini bukan suasana yang pantas untuk berkenalan. Satu yang harus kamu tau saya nggak akan lari dari tanggung jawab". "Sa...