Anyelir membuka kelopak matanya, hal yang pertama dilihatnya adalah langit-langit putih dan bau obat yang menusuk penciumannya.
"Kamu sudah siuman. Syukurlah." Anyelir melihat ke sampingnya ternyata ada seseorang.
"Jangan bergerak dulu. Lebih baik kamu berbaring saja". Baru saja Anye hendak bangun tiba-tiba dicegah oleh wanita tersebut. Anye masih bingung siapa wanita di sebelahnya itu.
"Luka di tanganmu cukup dalam lebih baik jangan terlalu banyak bergerak dulu sebelum lukanya kering". Wanita itu tersenyum kepada Anye.
"Kenapa saya ada disini?" Merasa sangat penasaran akhirnya Anye berani membuka suara.
"Kamu kehilangan banyak darah. Saya dan bi Lastri yang membawamu kesini."
"Kenapa Anda menolong saya, seharusnya biarkan saja saya mati." Anye begitu sangat putus asa.
"Masa depanmu masih panjang. Masih banyak yang harus kamu lakukan dan masih banyak orang-orang yang meyayangimu." Nyonya Sarah tidak tega melihat gadis dihadapannya itu begitu tersiksa dan frustasi.
"Tidak ada yang sayang dan peduli terhadap saya. Saya nggak punya siapa-siapa di samping saya." Runtuh sudah pertahanannya, Anye terisak.
"Kakak, Adik, Bi Lastri dan temanmu. Setidaknya pikirkan mereka! Bukankah mereka sangat peduli dan menyayangimu." Nyonya Sarah berhati-hati dalam memilih kalimatnya. Sebagai dokter Ia paham. Karena tidak mudah berbicara dengan orang yang sedang terguncang mentalnya seperti Anyelir ini.
"Ini pasti sangat berat untuk kamu. Maka dari itu izinkan saya untuk membantu kamu." Nyonya Sarah menggenggam tangan Anye seakan memberikan kekuatan dan dorongan untuk gadis itu.
Anye masih tetap bergeming, Nyeri dihatinya tidak akan sembuh.
"Anda sebenarnya siapa? Mengapa tahu banyak tentang saya?"
"Saya dokter Sarah. Panggil saja tante Sarah." Anye tidak menyangka ternyata wanita tersebut seorang dokter karena wanita itu tidak mengenakan jas dokternya.
"Saya tahu banyak tentang kamu karena bi Lastri yang memberi tahu".
"Kemana bi Lastri? Lalu kenapa bi Lastir bisa bersama tante?"
"Bi Lastri sedang pulang membawa beberapa pakaian. Dan tante sebenarnya adalah ibu Rayan." Nyonya Sarah takut-takut menunggu ekspresi yang akan ditunjukan oleh Anye. Dia berharap semoga Anye tidak marah dan histeris.
Hhhh Anye menghela nafasnya berat "Kenapa tante datang kemari?"
"Tante ingin meminta maaf untuk keslahan yang sudah Rayan buat. Tante tahu permintaan maaf tante tidak akan cukup membayar untuk luka yang kamu rasakan. Tapi tante mohon biarkan tante memperbaiki semuanya Anye!"
"Nggak ada yang bisa diperbaiki tante. Harga diri saya sudah hancur. Nggak ada lagi yang bisa saya banggakan". Anye menatap nanar nyonya Sarah.
"Setidaknya biarkan tante menebus kesalahan Rayan." Kembali nyonya Sarah terus membujuk Anye. Dia tidak bisa membiarkan gadis itu melewati semua kesulitan ini sendirian.
"Tante Anye mau istirahat." Anye merasa tidak sopan harus mengusir Nyonya Sarah seperti ini. tapi mau bagaimana lagi dia benar-benar ingin sendirian saat ini. Nyonya Sarah orang baik, Anye bisa melihat itu. Namun saat ini pikirannya masih sangat kalut. Anye benar-benar butuh sendirian.
"Baiklah, besok tante akan kesini lagi. Tante permisi." Nyonya Sarah maklum saat ini mungkin Anye masih bingung akan kehadiran dirinya. Tapi tidak apa-apa dia sudah bertekad akan membantu gadis itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
Fiksi UmumRayan menghela nafasnya berat, dia juga bingung dan merasa bersalah di waktu bersamaan. "saya Rayan, Narayan Airlangga. Saya tahu ini bukan suasana yang pantas untuk berkenalan. Satu yang harus kamu tau saya nggak akan lari dari tanggung jawab". "Sa...