"Jangan-jangan kamu hamil."Anye menyerngit mendengar ucapan Yerina, "Nggak mungkin Yer."
"Nggak mungkin gimana? Mual-mual, pusing, lemes gitu. Itu jangan-jangan gejala hamil!"
Anye menghela nafas, sahabatnya itu benar-benar suka membuat spekulasi yang tidak-tidak.
"Nggak mungkin aku hamil, sekarang aja aku lagi mens. Kamu tuh mikirnya suka kejauhan."
"Duh kirain, aku lega dengernya."
Tidak dipungkiri Anye juga merasa takut apabila dirinya hamil. Karena malam itu Rayan tidak menggunakan pengaman. Anye sangat takut jika dirinya benar-benar hamil, namun ternyata ketakutannya itu luntur saat 2 hari yang lalu dirinya menstruasi. Jika Anye hamil maka tidak ada lagi alasan untuk membatalkan rencana pernikahannya.
"Kita ke klinik aja yuk, periksa kamu sakit apa sebenarnya?" Yerina
"Aku nggak papa, cuma kecapean aja kayanya" Tolak Anye.
Yerina mendengus, sahabtanya ini memang keras kepala.
*****
Anye sedang memilih buku di perpustkaan, ia sedang mencari literature untuk tugas makalah yang di berikan oleh dosennya. Yerina tidak bisa menemaninya karena harus rapat BEM.
Sedang sibuk memilah buku, Anye melihat Sera yang sedang duduk dan matanya fokus terhadap buku di depannya. Sudah sejak kemarin Anye ingin menemui Sera, namun sepertinya Sera selalu menghindar dari Anye.
Banyak yang ingin Anye tanyakan pada Sera, tentang malam itu malam dimana Anye bisa sampai mabuk dan berakhir bersama Rayan.
Anye menarik kursi di depan Sera dan mendudukan diri di hadapan Sera.
"Ra, ada yang ingin aku tanyakan sama kamu." Anye meremas jarinya, ia benar-benar harus menanyakan hal itu pada Sera.
Sera mendongak menatap Anye, "Sorry gue sibuk". Sera memasukan barang-barangnya ke dalam tas dan segera beranjak dari duduknya.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Anye segera mengikuti Sera dan berhasil menahan tangan Sera.
"Malam itu minuman apa yang kamu kasih ke aku?"
"Lo ngomong apa sih gue nggak ngerti?" Sera menepis tangan Anye. Nada suaranya tinggi menandakan ia marah.
"Kamu campurin sesuatu ke minuman aku kan?" Anye memelankan nada suaranya, bagaimanapun mereka sedang ada di perpustakaan. Anye tidak mau membuat keributan disini.
"Lo nuduh gue? Denger yah gue sama sekali nggak tahu apa yang lo omongin."
"Kenapa sikap kamu jadi begini Ra? Sebelum pesta ulang tahun kamu malam itu, sikap kamu nggak kaya gini Ra." Anye tidak sadar suaranya membuat beberapa mahasiswa melirik kearah mereka.
"Ikut gue" Sera menyeret Anye menuju parkiran.
"Gue tegesin sekali lagi, gue nggak ngerti apa maksud lo ngomong kaya gitu. Sekarang gak usah ganggu gue lagi. Males gue liat muka lo." Sera berlalu meninggalkan Anye yang masih diam membeku.
"Aku cuma mau kamu jujur. Kamu nggak tahu kan dampak dari perbuatan kamu itu melukai banyak orang?"
Sera yang mendengar perkataan Anye barusan langsung menghentikan kakinya.
"Kamu nggak tahu kan setelah kamu kasih minuman itu ke aku, hidup aku hampir berakhir. Kamu nggak tahu peristiwa mengerikan apa yang sudah aku alami setelah kamu kasih minuman itu." Anye menatap sendu punggung Sera yang membelakanginya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
Fiction généraleRayan menghela nafasnya berat, dia juga bingung dan merasa bersalah di waktu bersamaan. "saya Rayan, Narayan Airlangga. Saya tahu ini bukan suasana yang pantas untuk berkenalan. Satu yang harus kamu tau saya nggak akan lari dari tanggung jawab". "Sa...