Happy Reading ❤
****
Anye membuka kamar kostnya yang sudah ia tempati kurang dari seminggu. Meskipun luas kamarnya tidak terlalu besar tapi Anye cukup nyaman tinggal disini.
Di dalam kamar ini hanya terdiri dari kamar mandi, lemari pakaian, kasur kecil dan meja belajar. Meskipun tidak sebesar kamarnya di rumah tapi Anye cukup nyaman.
Sekarang Anye harus terbiasa melakukan semuanya sendiri. Tidak ada bi Lastri yang selalu menyiapkan makan, tidak ada Lili yang sering merengek mengganggunya dan tidak ada wajah papa dan mama tirinya yang selalu dingin terhadapnya.
Anye benar-benar sendiri sekarang ini, terkadang ia juga merindukan rumah. Anye harus mulai membiasakan dirinya sendirian.
Anye jadi teringat tadi siang tante Sarah menelponnya beliau meminta bertemu. Sebenarnya hubungannya dengan tante Sarah baik-baik saja namun Anye merasa canggung setelah ia memutuskan membatalkan pernikahannya dengan Rayan.
Bagimanapun Anye merasa bersalah pada keluarga Rayan, kalau bisa ia ingin menghindar saja. Tapi tante Sarah bilang ingin membicarakan hal yang penting jadi Anye tidak bisa menolak.
Akhirnya Anye mengiyakan dan rencananya besok sore mereka akan bertemu. Dan soal Rayan, Anye tidak mau mengingat-ingat pria itu lagi. Anye harus bisa melupakan Rayan dan menghilangkan perasaannya pada pria itu.
Anye juga berharap semoga ia tidak akan pernah bertemu dengan Rayan lagi. Karena, cara terbaik untuk melupakan adalah dengan tidak lagi bertemu. Dengan begitu perlahan-lahan kita pasti bisa melupakannya.
****
“Tante apa kabar?” Anye mencium tangan wanita paruh baya yang seperti malaikat untuknya. Baru hari ini ia bisa menemui Tante Sarah. Mereka saat ini sedang berada di kafetaria rumah sakit tempat tante Sarah bekerja.
“Tante baik, om dan Rayan juga baik.” Anye mencoba menkondisikan air mukanya tetap tenang setelah mendengar nama Rayan disebut.
“Maaf yah tante ngajak ketemunya di rumah sakit. Jadwal tante penuh minggu ini.”
Anye tersenyum menenangkan, ia tidak keberatan mau dimana tempatnya “Nggak apa-apa tante.”
“Anye gimana kabarnya? Lama kita nggak ketemu.” Tante Sarah mengamati keadaan Anye dari atas sampai bawah “Kok makin kurusan?”
“Kabar Anye baik tante.” Tante Sarah memang seperhatian itu. Anye bahkan tidak sadar jika ia kehilangan berat badannya akhir-akhir ini. Wanita itu selayaknya ibu yang memperhatikan putrinya sendiri.
“Jangan terlalu capek. Makan yang teratur tidur yang teratur. Kamu harus perhatikan kesehatan kamu.” Hati Anye menghangat mendengar nasehat dari tante Sarah. Belum pernah ada yang memperhatikannya seperti ini.
“Pasti tante, Anye pasti jaga kesehatan.”
“Tante mengajak kamu bertemu karena ini.” Tante sarah menyodorkan selembar foto.
“Ini…” Anye tercekat melihat foto yang ditunjukan tante Sarah. Di foto itu ada tante Sarah yang mengenkan seragam dokternya dan mamanya yang sedang hamil besar.
Tante Sarah mengangguk “Iya itu mama Anye.”
“Foto itu diambil 20 tahun yang lalu, saat itu usia kamu 8 bulan di kandungan” tante Sarah menjelaskan tentang latar belakang foto tersebut. Mata wanita itu menerawang mengingat kenangan dulu ke masa 20 tahun silam.
Anye tak henti-hentinya memandangi foto ibunya yang terlihat sangat cantik. Di foto itu ibunya terlihat sangat bahagia. Dalam hati Anyelir sangat merindukan ibunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
Ficción GeneralRayan menghela nafasnya berat, dia juga bingung dan merasa bersalah di waktu bersamaan. "saya Rayan, Narayan Airlangga. Saya tahu ini bukan suasana yang pantas untuk berkenalan. Satu yang harus kamu tau saya nggak akan lari dari tanggung jawab". "Sa...