Happy Reading!
Sudah 20 menit Anyelir menunggu kedatangan Rayan. Gadis itu menyeruput minumannya kembali, matanya berkeliling ke tiap sudut cafe mencari keberadaan Rayan. Yah, Anye akhirnya menyetujui permintaan Rayan yang memintaanya bertemu. Gadis itu melihat arloji di pergelangan tangan kanannya. Senyumnya mengembang tatkala netranya melihat ke arah pintu masuk, Rayan berjalan dengan tergesa-gesa.
"Maaf saya telat, tadi ada urusan kantor yang tidak bisa ditinggalakan." Rayan mengambil posisi duduk di depan Anyelir.
"Iya. Nggak papa." Anye gelisah melihat sekeliling, takut-takut ada yang mengenali Rayan.
"Kamu kenapa?"
"Nggak papa memangnya kalo kita bertemu di tempat umum seperti ini?" Anye masih mengedarkan pandangannya.
"Kenapa memangnya?" Rayan merasa tidak ada yang aneh disini.
"Kalau ada yang mengenali kamu bagaimana? Saya nggak mau kalau sampai wajah saya tertangkap media."
Rayan mengerti maksud gadis itu. Ia ingin tertawa karena sikap gadis itu yang menurutnya lucu.
"Kamu tenang saja, saya bukan artis yang terus-terusan di kejar wartawan." Rayan bisa melihat raut wajah gadis itu mulai tenang. Ia tersenyum geli melihat Anyeli.
"Kamu sudah pesan?" Tanya Rayan.
"Ini" Anye menunjuk gelas di depannya.
Rayan kembali tersenyum geli, gadis di depannya ini benar-benar lucu. "Maksud saya pesan makan".
"Nggak usah. Saya harus cepat-cepat pulang." Anye melihat ke luar jendela. Hari sudah mulai petang, terlihat semburat jingga mewarnai langit.
"Tapi saya lapar, lebih baik kita makan dulu setelah itu saya antar kamu pulang." Rayan mencoba memberikan solusi terbaik.
"Kalau begitu kamu saja yang makan. Saya benar-benar buru-buru." Anye tersenyum mencoba sopan menolak ajakan Rayan. Anye benar-benar tidak bisa pulang lebih terlambat lagi. Kakaknya saat ini pasti tengah khawatir karena dirinya belum juga pulang. Ponselnya juga mati kehabisan daya karena Anye lupa membawa charger.
"Baiklah kalau memang kamu sedang terburu-buru." Rayan menghela nafas panjang.
"Ada apa kamu meminta saya bertemu?" Tanya Anye.
"Saya hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja."
Kening Anye menyerngit, bukannya laki-laki itu sudah tahu Anye sudah sehat-sehat saja sekarang. Karena Anye masih sering berhubungan dengan tante Sarah. Seharusnya Rayan pasti tahu keadaan Anye saat ini sudah lebih baik. Tante Sarah pasti sudah memberi tahu Rayan tentang keadaannya.
"Saya sudah jauh lebih baik saat ini." iya Anye sudah merasa jauh lebih baik sekarang ini, ia sudah bisa beraktifitas seperti biasanya.
"Syukurlah kalau begitu. Saya senang mendengarnya." Rayan benar-benar merasa lega melihat gadis di depannya ini sepertinya sudah baik-baik saja. Rayan selalu memikirkan Anyelir, ia selalu di hantui rasa bersalah kepada gadis itu. Melihat Anyelir di depannya ini ia bernafas lega.
Hening tidak ada lagi pembicaraan dari keduanya. Anye tidak tahu apa lagi yang akan di katakan.
"Sekali lagi saya minta maaf untuk kejadian malam itu dan penyebab kamu masuk rumah sakit juga pasti karena saya." Rayan menatap mata Anyelir lama, ia benar-benar tulus meminta maaf. Gadis di depannya ini benar-benar membuat dirinya kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANYELIR
General FictionRayan menghela nafasnya berat, dia juga bingung dan merasa bersalah di waktu bersamaan. "saya Rayan, Narayan Airlangga. Saya tahu ini bukan suasana yang pantas untuk berkenalan. Satu yang harus kamu tau saya nggak akan lari dari tanggung jawab". "Sa...