MR 12

11.5K 700 17
                                    

Warning !!!
Di Part ini ada adegan 18++ nya.
Jadi yang 18 ke bawah jangan baca ya!
Eh tapi kalo mo baca juga gapapa si

Keyra Pov

"Jadi gimana Key? Kira2 lu bisanya kapan?" Tanya Andre kepadaku. 

Ya, sekarang aku sedang bersama Pram dan teman2 nya. Mereka memintaku untuk mengajari mata pelajaran Matematika. Karena aku lumayan paham dengan pelajaran tersebut, jadi ku turuti saja. 

Sekarang kami sedang duduk di bangku panjang yang berada di depan kelasku. Dan sekarang juga sedang jam istirahat. Dari tadi banyak murid yang melihat kearah kami. Ekspresi wajah mereka juga berbeda-beda. Ada yang melihatku dengan sinis, ada yang berbisik dengan temannya, dan ada juga yang senyam-senyum.

"Gimana kalo Sabtu aja? Tapi sekitar jam 10an pagi" Saranku. 

Sabtu itu sebenarnya hari libur. Tapi tidak apa2 deh hitung2 dapat pahala. Lagipula Matematika IPS itu lebih mudah dibanding Matematika IPA. Karena memang mereka semua dari kelas IPS.

Tapi yang kubingungin, kenapa mereka tidak minta diajarin dengan teman sejurusannya? Kenapa harus aku? Atau paling tidak kenapa tidak dengan Risya yang notabennya sepupu Andre. Kan Risya otaknya juga pintar. Tapi yasudahlah aku tidak mau memikirkan hal itu.

"Di rumah kamu kan? Nanti mau aku bawain apa?" Tanya Pram padaku. 

Ih, nih orang kenapa deket banget sih mukanya. Risih tau! Karena memang Pram duduk tepat di samping kanan ku. Andre ada di samping kiri ku. Dan teman2 Pram yang lain ada di depanku, mereka duduk di lantai. 

Kalau seperti ini, aku memang percis seperti cabe2an yang dikerumuni banyak laki2. Pantas saja banyak yang melihat sinis kearah ku.

Mataku beralih kearah seseorang yang baru saja keluar dari kelas. Seperti biasa, dia memasang wajah datarnya. Bukan sengaja dipasang begitu sih, tapi memang wajahnya sudah dibentuk seperti itu dari sananya.

Tatapan matanya kini sangat tajam dan menusuk. Dia sedikit aneh hari ini kalau kuperhatiin. Dari tadi di kelas dia hanya diam. Risya memang pendiam sih, tapi hari ini lebih pendiam. Tatapan matanya juga lurus ke depan dan kosong. Aku tau pasti ada sesuatu yang dipikirin sama dia. 

Tadinya aku berniat untuk menanyakan hal itu padanya, tapi aku takut. Maria saja yang dari tadi berusaha mengajak Risya ngobrol dengan panjang lebar, Risya tetap hanya diam dan tidak menimpali obrolan Maria.

Risya terus saja berjalan tanpa peduli orang2 yang menyapanya dari tadi. Sepertinya dia ingin pergi ke kamar mandi. Saat Risya melewatiku, ia hanya diam saja tanpa melirikku apalagi menyapaku. Aku jadi khawatir. Kira2 dia kenapa ya?

Selang beberapa menit, aku melihat Risya lagi yang sedang berjalan menuju kelas. Wajahnya basah dan kelihatan lebih segar. Dugaanku benar, dia memang habis dari kamar mandi untuk mencuci wajahnya. 

Aku pun fokus melihat kearah nya dan berharap dia juga melihat kearah ku. Tapi nihil, dia sama sekali tidak melihat kearah ku. Aku ingin memanggilnya, tapi aku takut.

"Risya!"

Tiba2 ada yang memanggil nama Risya. Tentu saja itu bukan aku, melainkan Pram. Risya pun sontak menghentikan langkahnya dan melihat kearah kami semua. Akhirnya dia melihat kearah ku juga. Aku tersenyum kearah nya, tapi Risya hanya membalas dengan wajah datarnya saja.

My Risya (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang