3. Korban Bully

3.5K 545 156
                                    

Hari pertama masuk kuliah, Seokmin dan Jisoo berangkat secara terpisah. Seokmin dengan motor matic kesayangan, sedangkan Jisoo dipersilakan mengendarai mobil milik suaminya yang telah lama menganggur di garasi.

Seokmin berangkat terlebih dulu. Beberapa menit kemudian, barulah disusul oleh Jisoo.

Baru saja memasuki area parkir dan meninggalkan motor di sana, Seokmin langsung disambut oleh tiga orang mahasiswa lainnya. Seungcheol, Soonyoung dan Jun.

Seokmin yang memang sudah begitu hafal dengan kondisi seperti ini, hanya bisa mematung. Membiarkan ketiganya terus mengoceh sepuas hati.

"Hey, kuda bermata empat!" Sapa Jun. "Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kau merindukanku?"

Seokmin tertunduk dalam. Membiarkan lengan Seungcheol menyambangi pundaknya. Sesekali membenarkan posisi kacamata tebal kesayangannya yang hampir meluncur jatuh.

"Kuharap kau sudah siap untuk melaksanakan tugas dengan baik di semester ini," ujar Soonyoung dengan sedikit terkekeh. "Bukankah mata kuliah yang kita ambil sekarang cukup banyak?"

"Oh, astaga! Aku pusing sendiri memikirkannya." Pekik Jun. "Tapi, untung saja ada kau, Seokmin. Sakit kepalaku jadi hilang begitu saja."

Ketiga laki-laki yang berpenampilan super keren itu tertawa puas, tepat di telinga Seokmin.

Sedang tertawa nyaring, tiba-tiba saja Seungcheol tersedak oleh tawanya sendiri. Hingga menepuk dada beberapa kali, untuk menetralkan rasa sakitnya.

Berhasil tenang, ia langsung menepuk pundak dua orang lainnya. "Itu! Itu!" Pekiknya histeris.

Jun dan Soonyoung menyernyitkan dahi, kebingungan. Mulai mengarahkan mata ke mana jari-jari panjang Seungcheol menunjuk.

Mata sipit Soonyoung  berhasil melebar sempurna dibuatnya. Jun pun secara otomatis menyiul harmonis. Senyuman ketiganya mengembang, mengikuti setiap gerak-gerik gadis yang baru saja selesai memarkirkan mobil dan keluar dari sana.

Sadar bahwa dirinya sedari tadi di perhatikan, Jisoo melihat ke arah di mana Seungcheol, Jun dan Soonyoung berada. Dan jangan lupakan keberadaan sang suami tercinta, sebagai bonus.

Senyuman Jisoo mengembang. Membungkuk sesaat, sebelum akhirnya masuk ke area kampus.

"Boyyy!" Pekik Jun. "Dia senyum padaku!"

"Padamu apanya?" Seungcheol tidak terima. "Jelas-jelas dia senyum ke arahku."

"Aish, kalian sudah punya Hao dan Jeonghan! Nah, yang ini jatahku!" Sahut Soonyoung, tak mau kalah.

"Kami, kan, belum jadian." Seungcheol meralat, tersenyum lebar karena telah memiliki mangsa baru. "Masih bebas dong, mau nambah target. Haha!"

Seokmin mendengus. Amat pelan, hingga tak dapat didengar oleh mereka sedikit pun. Sebenarnya kesal juga, istri tersayang diperebutkan seperti ini. Rasanya Seokmin hendak memukul mereka bertiga satu persatu.

Dan yang harus dicatat, senyuman Jisoo tadi sangat jelas mengarah pada Seokmin!

Saat ketiganya masih saja meracau, memperebutkan ke mana arah senyuman Jisoo tadi ditujukan, Seokmin turut berkomentar dengan wajah datar.

"Dia senyum padaku."

Racauan tiga sahabat itu tersendat. Melihat ke arah Seokmin secara bersamaan, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Lawakan yang bagus, Lee Seokmin!" ujar Seungcheol, selagi menepuk-nepuk pundak pemuda Lee itu dengan keras. "Kuharap kau segera membeli cermin, setelah mata kuliah kita hari ini berakhir."

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang