25. Behind and After The Scene

3.8K 489 188
                                    

Mingyu sudah terkapar di lantai. Pandangannya buram, begitu samar akibat pukulan Seokmin yang tepat mengenai mata kirinya. Kepala laki-laki tinggi itu berdenyut hebat, luar biasa sakitnya.

Pendengarannya tak lagi berfungsi dengan maksimal. Namun, masih bisa mendengar keributan yang dihasilkan. Menurut apa yang ia dengar, Seungcheol mengaduh kesakitan. Hansol sudah tak lagi terdengar suaranya, entah masih bertarung atau malah sebaliknya. Soonyoung? Entahlah. Mingyu sudah tak sadarkan diri, begitu mendengar Hao berteriak nyaring.

"Gyu?" Panggil Wonwoo.

Mingyu tersadar dari lamunannya. Mengulang sedikit memori yang ia ingat saat berkelahi dengan Seokmin, membuat kepalanya kembali terasa nyeri. Laki-laki Kim itu memegangi sisi kepalanya yang masih tertutupi oleh perban, berusaha menahan rasa sakit.

Gadis Jeon yang memanggil Mingyu tadi memasuki kamar kekasihnya, bersama senyuman yang amat manis. Di tangannya, ia membawa sekeranjang buah segar. Beserta pisau yang sudah ia ambil terlebih dahulu sebelum menyambangi kamar Mingyu.

"Bagaimana? Lukamu sudah baikan?"

"Sayang..." Lirih Mingyu. "Daripada luka ini, jauh lebih menyakitkan kau menghilang begitu saja dariku."

Wonwoo memang tahu kalau Mingyu berkelahi dengan Seokmin. Wonwoo juga tahu kalau keduanya berkelahi karena Mingyu mengganggu Jisoo. Karena itulah Wonwoo memberikan Mingyu sebuah hukuman. Gadis itu tidak mendatangi kekasihnya selama tiga hari, tak peduli meski laki-laki Kim itu sudah menghubunginya ratusan kali.

Mingyu tidak mungkin bisa mendatangi Wonwoo ke apartemennya. Tubuh dan wajahnya penuh luka lebam akibat pukulan Seokmin. Jadi, Mingyu hanya bisa uring-uringan di kamar entah melamunkan apa.

"Aku lelah dengan sikapmu, Gyu." Ujar Wonwoo, sambil mengupas apel berwarna hijau segar. "Kau hanya memiliki satu pilihan, berubah atau lupakan aku."

"W-won... K-kau bercanda, kan?"

Wonwoo mengangkat kepalanya. Mempertemukan kedua matanya, dengan kedua mata tajam Mingyu. "Aku pikir kau akan mengerti kenapa aku tak acuh dengan sikapmu selama ini. Aku diam bukan berarti suka dengan tingkahmu. Sebaliknya, aku muak."

Bahkan Wonwoo tahu, apa alasan kenapa hingga sekarang Jeonghan tak mau menerima Seungcheol untuk menjadi kekasihnya. Jeonghan bercerita kalau ia tak suka dengan prilaku Seungcheol. Tidak siap jika harus menahan rasa sakit karena sikap sok berkuasa laki-laki Choi itu. Padahal, Jeonghan memang menyukai Seungcheol. Sangat.

"Kalau kau tetap tak mau berubah, terserah. Aku, Jeonghan, dan Hao sepakat akan mundur jika kalian terus seperti ini." Terkekeh sebentar, "beruntung Hao memiliki kekasih yang benar-benar mencintainya. Jun sudah berjanji tidak akan mengganggu siapa pun agar Hao tak kembali mengancam hendak pulang ke China."

Ssstt!

"Seokmin berubah drastis?"

Jisoo mengangguk malu-malu. Wajahnya mengeluarkan semburan merah di kedua pipi, berkat semua pertanyaan yang Hao ajukan.

"Wah! Aku tidak menyangka kalau Seokmin yang dulu cupu, sekarang malah berubah menjadi Seokmin mesum. Apa kau memberinya obat perangsang?"

"Ya! Apa maksudmu?" Jisoo tidak terima. "Seokmin berubah dengan sendirinya!"

Hao terkekeh geli melihat reaksi berlebihan Jisoo. "Ya, ya, baiklah... Apa Seokmin memang seperti itu? Maksudku ... Apa dia memang agresif sejak malam pertama kalian?"

Lagi-lagi Hao menanyakan hal yang begitu sensitif bagi Jisoo. Namun, perempuan Amerika-Korea itu juga tidak bisa menampik bagaimana antusiasmenya keinginan untuk bercerita bahwa; di balik Seokmin yang cupu, tersimpan sosok Lee Seokmin yang keren.

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang