Seokmin mengerutkan keningnya. Benda basah dan lengket baru saja menyambangi wajah bantalnya. Perlahan membuka mata, ternyata kamar itu sudah diramaikan oleh Coco dan Wojoo.
Kedua anjing itu membangunkan majikannya dengan cara menjilati wajah Seokmin. Meloncat-loncat di atas kasur, berguling, hingga bersembunyi di balik selimut yang dibiarkan Jisoo berantakan.
"Oh astaga... Kalian mengagetkanku!" Omel Seokmin. "Apa Soo-ie yang melepaskan kalian dari kandang?"
Tentu saja. Memangnya siapa lagi kalau bukan Jisoo?
Perempuan Hong itu sudah tidak berada di sana, entah di mana. Namun Seokmin bisa mencium aroma masakan yang begitu harum dari dalam kamar, membuat pemuda bangir itu yakin kalau sang istri tengah membuat sarapan di dapur.
Daripada membasuh wajah dan beranjak dari kamar, Seokmin lebih memilih untuk kembali menutup matanya. Membiarkan kedua ekor anjing yang juga masih berada di atas kasur terus bermain. Kemarin ia baru bisa tidur pada pukul 1 dini hari. Rasanya mata itu begitu berat. Syukurnya sekarang sudah kembali memasuki akhir pekan. Seokmin jadi bisa menghabiskan waktunya seharian penuh di dalam kamar.
Usai menyelesaikan masakannya pagi ini dan telah tertata rapi di atas meja makan, Jisoo memandanginya sejenak. Entah apa yang melintas di pikiran itu, rasanya Jisoo hendak mengamuk saja. Perasaannya tak menentu sejak kemarin.
"Wah... Sepertinya enak," ujar Seokmin.
Si bangir pun sudah mengumpulkan nyawanya setelah beberapa menit kembali tertidur pulas. Membawa kedua anjing yang mengganggu tidurnya tadi dan memasukkan mereka ke dalam kandang masing-masing, tanpa ragu Seokmin langsung mendatangi dapur. Tak tahan dengan aroma harum yang menyeruak, membuat perut keroncongan.
Jisoo tak membalas ucapan Seokmin sedikit pun. Beberapa saat tersentak kaget dengan kehadiran suaminya yang secara tiba-tiba, Jisoo hanya melirik Seokmin sekilas lalu segera mengambilkan piring bersih. Menyendokkan nasi, melayani sang suami seperti biasanya. Namun tak banyak bicara.
Seokmin sadar ada yang berbeda dengan Jisoo hari ini. Karena tadi malam ia memasuki kamar dengan suasana gelap, Seokmin jadi tidak tahu menahu sedikit pun bagaimana bengkaknya mata Jisoo saat itu. Sekarang malah nampak begitu jelas.
"Soo-ie, kau kenapa?" Tegur Seokmin.
Usai memastikan sarapan untuk Seokmin telah lengkap di atas meja makan, Jisoo hanya menggeleng perlahan. Mulai mengambil langkah hendak pergi.
"Soo-ie," panggil Seokmin lagi. Ia menggenggam tangan Jisoo dengan erat, agar tak pergi. "Kau kenapa, sayang? Apa ada masalah?"
Tanpa Seokmin duga Jisoo malah melepas genggaman tangannya. Tak berucap sedikit pun. Hanya menggeleng lemah dan kembali melangkah pergi. Dan untuk kali ini, tidak dicegat oleh Seokmin sama sekali.
Jisoo memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar. Perlahan membereskan kamar yang berantakan akibat ulah Seokmin dan kedua anjing kesayangannya. Membuka gorden lebar-lebar, mempersilakan sinar matahari masuk ke dalam.
Dddrrrr!
Suara getar dari ponsel Seokmin menghentikan aktifitasnya. Menarik perhatian Jisoo sepenuhnya, hingga ia mendekat untuk melihat siapa yang tengah menyambungkan panggilan telepon. Ini akhir pekan, Seokmin sungguh jarang mendapat panggilan untuk berhadir di kantor kecuali memasuki akhir periode untuk menyusun laporan. Siapa yang sudah berani mengganggu akhir pekan mereka?
Nampak jelas nama Jihoon pada layar ponsel Seokmin. Memang tidak ada emotikon hati di nama itu. Tidak seperti nama 'Soo-ie' yang berakhir dengan tanda hati berwarna merah muda. Sedikit ragu untuk meraih ponsel itu, tangan Jisoo bergetar hebat hendak menggeser tombol hijau pada layar. Menerima panggilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssstt! (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Seokmin adalah laki-laki culun yang sering menjadi korban bully oleh teman-temannya di kampus. Sebaliknya, baru hari pertama kuliah, Jisoo langsung berhasil menarik perhatian siapa saja yang melihatnya. Sebagai perantau dari...