21. Nightmare

3K 476 185
                                    

"Seokmin?"

Jisoo memasukkan sedikit bagian kepalanya ke dalam kamar. Mengintip Seokmin yang tengah merebahkan diri di atas ranjang lamanya, sebelum pindah ke Korea.

"J-jisoo?"

Jisoo senyum. Membuka pintu kamar lebar-lebar, turut masuk ke dalam sana. Sedikit tertawa karena ekspresi Seokmin yang begitu terkejut melihat keberadaan Jisoo di sana.

"Kenapa kamu di sini, Seok?" Tanya Jisoo.

Seokmin mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Jisoo memanggil Seokmin seperti ini. Bukan lagi Minnie. Tapi Seokmin tak peduli, yang terpenting sekarang adalah akhirnya ia bisa bertemu lagi dengan Jisoo. Wanita yang paling ia cintai.

"Aku mencarimu, Soo-ie..." Rengut Seokmin. "Maafkan aku. Aku berjanji tidak akan menyembunyikanmu lagi, sungguh! Kau mau kembali padaku, kan?"

Namun, raut wajah Jisoo ketika Seokmin mengatakan permintaan rujuk, tidaklah sesuai harapan. Bukannya segera menyambut ucapan Seokmin dengan bahagia, si manis malah nampak sedih. Entahlah, Seokmin tidak bisa menafsirkan raut wajah Jisoo secara jelas.

"Maafkan aku, Seok..." Gumam Jisoo, amat pelan. "Aku baru saja pulang dari London, menemui Benny."

"B-benny?"

Jisoo mengangguk. "Mama sudah menceritakannya padamu, kan? Setelah kita berpisah, aku memutuskan untuk pergi ke London. Apa kau tahu dia bilang apa? Dia akan melamarku, Seok!"

Mata Seokmin membulat sempurna. Wajah setengah tampan itu mengeras, entah hendak mengamuk atau malah menangis.

"M-melamar?!"

Ssstt!

"JANGAN!"

Seokmin berteriak kencang. Keringat dingin membasahi kaus putih polos yang tengah ia kenakan. Padahal AC masih menyala, kenapa kamar itu terasa begitu panas?

Mata Seokmin mengedar, mendapati foto Jisoo bersama Benny yang masih berdiri kokoh di atas meja rias samping beberapa cat kuku kepunyaan istrinya. Tanpa pikir panjang pemuda bangir itu mendatangi dan meraih foto tersebut.

Brak!

"Benny sialan!" Seokmin mengumpat.

Foto itu telah terlepas dari bingkainya, akibat lemparan Seokmin yang mengarah ke tempok. Kaca yang menjadi pelindung foto itu telah pecah menjadi kepingan kecil.

Tangan Seokmin bergetar hebat. Deru napasnya tak teratur saking marahnya. Mimpi tadi terasa begitu nyata, sampai Seokmin merasa benar-benar marah meski ia yakin bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi. Mimpi buruk. Mimpi yang amat buruk.

Melirik jam dinding berwarna oranye, jam baru menunjukkan pukul tiga dini hari. Membuat Seokmin semakin yakin bahwa kalimat mengerikan yang Jisoo lontarkan tadi benar-benar hanyalah sebuah mimpi.

Seokmin tidaklah gila hingga tak sanggup membedakan yang mana mimpi dan nyata. Namun berkat mimpi buruk tadi, ia jadi tidak bisa tidur sama sekali. Seokmin pun menyesal belum sempat mengganti nomor ponselnya, hingga tidak bisa melakukan apa pun dengan ponsel genggam itu. Bahkan walau sekedar untuk membuka akun SNS miliknya.

Laki-laki bangir itu segera membersihkan diri begitu jam menunjukkan pukul 6 pagi. Kalian bisa membayangkan apa yang ia lakukan selama 3 jam tidak bisa tidur? Seokmin hanya bisa melamun dengan memandangi langit-langit kamar. Memikirkan tempat mana saja yang mungkin menjadi persembunyian Jisoo. Tapi yang ia tahu, Jisoo tidak banyak kenal dengan tempat-tempat di Korea. Terlebih lagi dompet Jisoo ada di kamar. Itu artinya Jisoo tidak memegang uang sedikit pun.

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang