14. Deru Sugesti

2.7K 482 230
                                    

Meski memiliki jadwal kuliah lebih siang dari biasanya, Seokmin tetap berangkat pagi. Untuk menyerahkan tugas yang sudah diberikan oleh Hansol, titipan Mingyu. Mingyu meminta pemuda mancung ini agar mengerjakan semua tugas-tugas kampusnya.

Tadi pagi, atau yang lebih tepatnya jam 6 pagi, Seokmin mendapat pesan dari Mingyu. Meminta Seokmin agar menyerahkan tugas itu pagi hari ini juga, sebelum kelas yang Mingyu ikuti dimulai.

Seokmin setengah berlari. Ia sedikit terlambat dari jam yang sudah ditentukan oleh Mingyu. Peluh membanjiri, meski udara masih begitu sejuk.

Melihat kedatangan Seokmin, Mingyu mengeraskan rahangnya. Marah. Seokmin tak melaksanakan perintahnya dengan baik.

"Kau cari mati, huh?" Sentak Mingyu.

Seokmin memilih cukup dengan menundukkan kepala. Menutup telinga rapat-rapat. Mengacuhkan setiap omelan Mingyu. Termasuk bisik-bisik penghuni kelas lainnya yang mengatakan bahwa Seokmin terlalu lemah sebagai seorang laki-laki.

"Karena hari ini aku sedang berbahagia, aku memaafkanmu, Lee Seokmin," ujarnya.

"Kau berbahagia? Memangnya ada apa?" Tanya Jeonghan.

Jeonghan dan Mingyu berada di kelas yang sama. Bersama Wonwoo dan Hansol juga tentunya. Entah kedua orang itu tengah berada di mana. Belum menampakkan batang hidungnya sama sekali.

"Aku baru saja membuka instaliter. Melihat-lihat foto Jisoo. Ternyata Soonyoung benar, dia sangat cantik."

Mendengar nama Jisoo disebut, leher Seokmin menegak seketika.

"Kau gila?" Jeonghan terkejut. "Kalau Wonwoo tahu, kau bisa mati digorok!"

"Ya jangan sampai ketahuan, lah!" Sahut Mingyu. "Awas, ya, kalau sampai Wonwoo tahu. Itu artinya di antara kalian berdua adalah pelakunya. Dan itu artinya kau telah memanggil malaikat pencabut nyawa!"

Jeongan mencibir. "Percuma. Jisoo tidak akan tertarik padamu. Aku dengar dia sudah memiliki kekasih, makanya menolak Soonyoung."

Mingyu tertawa nyaring sebagai respon. Menggema hingga ke penjuru ruang kelas yang meski hanya tinggal 5 menit lagi kuliah akan dimulai, masih saja begitu sepi.

"Soonyoung sudah jelas pasti akan ditolak! Gadis seperti Jisoo harusnya bersanding dengan laki-laki super keren. Seperti aku, contohnya. Yah... Paling tidak seperti gebetanmu itu. Si Seungcheol. Soonyoung tidak ada apa-apanya!"

"Ya! Seungcheol itu bukan gebetanku!" Jeonghan protes.

"Aish, terserah!" Mingyu tak mau kalah. "Begini, gadis Amerika itu biasanya menyukai pria yang super hot! Kalau Soonyoung itu pria letoy!" Melijat ke arah Seokmin, Mingyu tertawa meremehkan. "Apalagi kau, Lee Seokmin. Berhubungan seharian denganmu pun, Jisoo tidak akan puas. Pria gemulai sepertimu lebih cocok dengan bibi pembersih toilet!"

Entah Seokmin harus senang atau sedih. Perasaan si bangir ini bercampur aduk. Ucapan Mingyu terus berputar ulang di kepalanya, seperti kaset kusut.

Seokmin tidak kembali ke rumah begitu selesai dengan tugasnya menemui Mingyu. Ia lebih memilih untuk mendatangi kafetaria kampus. Meninggalkan sarapan enak yang sudah disiapkan oleh Jisoo. Tanpa sengaja ia mendengar percakapan para mahasiswa lain yang duduk tidak begitu jauh darinya. Membicarakan kekasih mereka masing-masing, saling membanggakan.

Semakin lama bercakapan itu melebar ke mana-mana. Hingga menyerempet, nama Jisoo disebut.

"Aku dengar Jisoo sudah memiliki kekasih," ujar salah seorang mahasiswa yang tengah mengaduk kopi pesanannya. "Sampai-sampai Soonyoung ditolak!"

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang