Epilog

4.4K 489 201
                                    

"Nama kalian tidak usah dituliskan dalam surat itu. Cukup nama senior tujuan kalian, lalu pesan apa yang ingin kalian sampaikan," ujar Jisoo. "Cepat, waktunya tinggal lima menit!"

Akhirnya Fakultas Ekonomi Universitas Hanin merangkumkan masa orientasi mereka hari ini. Khusus untuk hari terakhir, seluruh mahasiswa dan siswi yang baru saja diterima berkuliah di sana diberi kesempatan untuk menulis surat yang ditujukan kepada senior mereka. Entah untuk senior kesukaan mereka, atau bahkan sebaliknya.

Kini para penerus Universitas Hanin tengah serius menulis surat mereka masing-masing, dengan raut wajah yang berbeda-beda. Nampak jelas ada yang tengah tersenyum senang, namun tidak sedikit pula nampak kesal. Entah apa isi surat itu.

Seokmin melirik jam tangan berwarna cokelat kulit yang melingkar rapat di pergelangan tangan kirinya. Memberi kode pada Soonyoung, laki-laki sipit itu pun langsung mengangguk mengerti.

"Waktunya habis!" Teriak Soonyoung. "Kumpulkan surat kalian ke dalam box yang ada di depan."

Jihoon pun tak mau hanya diam. "Kalian sudah boleh pulang. Dan ingat, mulai hari senin depan perkuliahan akan dimulai. Silakan cek website kampus untuk melihat jadwal mata kuliah dan ruang kelasnya."

Seokmin akhirnya berdiri, setelah sedari tadi hanya duduk di belakang meja panitia. Mendatangi Jisoo dan berdiri tepat di belakang sang istri. Tangan kekar itu mulai mantap memegang pundak Jisoo, memberi sedikit pijatan.

"Kau pasti lelah," ujar Seokmin. "Ayo kita berbenah, setelah itu pulang dan beristirahat. Kita tidak usah ikut acara malam ini."

Jisoo menggeleng cepat. Memiringkan kepala ke kiri dan ke kanan, menikmati pijatan Seokmin.

"Kita harus ikut acara itu, Minnie. Lagi pula aku juga harus mendatangi Wonwoo di ruang konsumsi."

"Tapi acara itu tidak wajib, kan?"

"Memang tidak, tapi apa kau tidak mau bersenang-senang setelah satu minggu penuh menjadi panitia acara?" Jisoo memalingkan tubuhnya, menghadap ke arah Seokmin. "Dan, aku hanya ingin memastikan kalau semua tim sudah rangkum dengan pekerjaan mereka."

"Kau hanya wakil, sayang. Biar Mingyu saja."

Jisoo menggeleng. "Dia sudah bekerja keras. Aku hanya mengecek, kok! Tidak butuh tenaga yang banyak."

Begitu pengeroyokan Soonyoung di taman belakang kampus tertangkap basah oleh salah seorang satpam, semua mahasiswa dan siswi yang terlibat dipanggil untuk menemui kepala kemahasiswaan. Tentu awalnya Mingyu mengajukkan berbagai macam jenis protes. Namun, akhirnya menyerah juga. Ini pilihan terakhir agar ia dan teman-temannya tidak di-drop out dari kampus karena telah kedapatan melakukan bullying.

Mulai dari Mingyu, hingga seluruh orang yang berada di bawah kuasanya mendapat hukuman. Mereka semua diminta untuk membentuk tim panitia masa orientasi angkatan baru tahun ini.

Seokmin, Jisoo, hingga Hao sebenarnya tidak memiliki kewajiban sedikit pun untuk bergabung. Namun, melihat Wonwoo dan Jeonghan begitu antusias hendak ikut menjadi panitia untuk mendampingi para laki-laki mereka, yang lain pun coba mendaftarkan diri dan bergabung.

Mungkin hukuman ini tidaklah setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini terhadap Seokmin. Namun, pemuda mancung itu sudah sangat puas. Ia berharap dengan keberadaan hukuman ini Mingyu akan mengubah sikap buruknya pada orang-orang menjadi sedikit lebih manis.

Tentu saja Mingyu tak berubah begitu saja. Berbeda dengan beberapa orang yang berada di bawahnya memang mulai berubah semenjak diancam oleh pasangan masing-masing, laki-laki tinggi ini butuh waktu cukup panjang untuk mengubah sikap buruknya. Wonwoo kewalahan menyikapi segala tingkah ajaib kekasihnya itu. Namun, tentu gadis itu memiliki senjata pemungkas.

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang