1. Perjanjian Sepihak

4.9K 590 179
                                    

Dasi kupu-kupu yang menggantung cantik di kerah kemeja putih itu, sedikit miring ke kanan. Namun, Seokmin tak menyadarinya sama sekali. Tangannya terus mengulai rambut, membenarkan posisi. Agar tak bergeser sedikit pun.

Sudah beberapa kali ia bergumam. Mengusap kedua telapak tangan, mengulum bibir. Gugup setengah mati.

Lima menit lagi upacara pernikahannya akan segera dilaksanakan. Namun, pengantin wanita belum juga datang. Membuat Seokmin khawatir, kalau-kalau Jisoo kabur karena tak mau menikah dengannya.

Lagi-lagi tangannya mengusap dada. Menetralkan detak jantung yang memang sudah tak karuan setiap memikirkan Hong Jisoo.

"Seokmin?"

Si pemilik nama mulai berpaling. Melihat ke arah pintu yang sedikit terbuka.

Ibu Seokmin tengah memasukkan kepalanya. Mengintip putra tertuanya yang hendak melepas masa lajang. Di usia yang masih begitu muda.

"Ibu, apa yang terjadi di luar?" Tanya Seokmin.

Sang ibu tahu, pasti Seokmin tengah dilanda rasa khawatir.

Menggeleng perlahan, "tidak ada." Ujarnya selagi tersenyum. "Kau sudah siap? Ayo keluar, Jisoo sudah datang."

Boom!

Jantungnya terasa baru saja meledak. Tangan kekar Seokmin bergetar hebat, tak terkendali.

"Kacamataku di mana?"

Pemuda Lee itu terlihat semakin tak karuan. Mengacak-acak kamar pengantin, mencari alat bantu melihat yang telah menjadi sahabatnya sejak masih berada di bangku sekolah menengah pertama.

"Untuk apa memakai kacamata?" Tegur sang ibu. "Kau sudah memakai lensa, kan, tadi? Tidak usah khawatir."

Menghentikan gerakan tangannya, Seokmin bergumam lesu. "Ibu..."

Seokmin meringis dibuatnya. Setiap hari, setiap bertemu orang asing, Seokmin memang selalu begini. Gugup dan sangat canggung.

Sekarang? Dua kali lipat dari biasanya.

Membayangkan ia dan Jisoo tinggal dalam satu rumah saja, sudah cukup membuat Seokmin mati di tempat. Bagaimana ia dan Jisoo tidur di atas ranjang yang sama?

Oh, astaga! Bahkan Seokmin tak bisa membayangkan bagaimana malam pertama mereka sesaat setelah upacara pernikahan ini selesai dilaksanakan.

Mengusap puncak kepala putranya dengan sedikit menjinjitkan kaki, sang ibu mulai berujar pelan. "Kau sudah dewasa, sayang. Sudah waktunya kau hidup bersama wanita yang bisa merawatmu dengan baik. Sudah waktunya kau menjadi penjaga seorang wanita yang sungguh kau cintai. Ibu yakin, kau dan Jisoo akan menjadi perpaduan yang sempurna di masa depan."

Ssstt!

"Seokmin, dengan selesainya ucapara pernikahan hari ini, aku harap kau bisa menjaga Jisoo dengan baik. Kau tahu, dia itu gadis yang sangat manja. Kuharap kau bisa bersabar menghadapi tingkah lakunya."

Seokmin mengangguk kuat. Senyuman lebarnya tak pernah luntur sedari tadi. "Aku akan berusaha, Om."

Papa dari Jisoo mengangkat sebelah alisnya. Mempertanyakan panggilan Seokmin Yang masih saja memanggil dirinya dengan sebutan 'Om'.

Menyadari teguran halus sang mertua, Seokmin segera meralat. "Ahh, maksudku, aku akan berusaha, Pa. Papa tidak usah khawatir."

Tertawa tulus, Tuan Hong mengusap punggung menantunya dengan bangga. Merasa senang telah menyerahkan putri kesayangannya pada laki-laki yang tepat. Putra pertama dari sahabat lamanya, Lee Kwanghaeng.

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang