24. in Action; The Real Seok

3.8K 540 312
                                    

"Kalian hanya berani menyerang Jisoo saat aku lengah?" Tegur Seokmin, begitu sampai di mana Jisoo tengah dikepung oleh sekelompok mahasiswa penguasa kampus. Terkekeh sebentar, "pecundang sekali. Padahal aku sudah menanti-nanti serangan besar kalian sejak hari pertama rahasia kami terbongkar."

Mingyu melepaskan genggaman tangannya dari wajah Jisoo. Karena sedari tadi Jisoo berusaha membuang wajah, tak mau menatap kedua mata tajam Mingyu sedikit pun. Laki-laki setinggi tiang ring basket itu memegang rahang Jisoo kuat-kuat. Membuat Jisoo semakin ketakutan.

Bersama yang lainnya, Mingyu segera memutar badan. Menghadap ke arah belakang, melihat sosok yang dengan berani menantangnya. Ia adalah penguasa di sini, tidak boleh ada yang berani melawannya sedikit pun.

Laki-laki Kim itu tertawa sejenak, lalu bertepuk tangan. Salut terhadap keberanian Seokmin yang berusaha melindungi istrinya. Namun tentu saja, yang ia ingat persis adalah; Lee Seokmin si pecundang ulung.

"Lee Seokmin," lirihnya dengan menyeringai senang. "Nyalimu besar juga. Tapi ... Karena aku sedang baik hati, aku berikan pilihan sebelum kau benar-benar mati berdiri di sini."

Rahang Seokmin mengeras. Memasang kedua telinganya lebar-lebar, mendengarkan penjabaran Mingyu. Apa pun akan ia lakukan untuk Jisoo.

"Biarkan kami bermain sebentar dengan Jisoo dan kau boleh pergi, atau ... Kalian akan mati bersama di sini?"

Seokmin yakin, sekarang adalah waktu yang tepat. Bertahun-tahun ia berusaha mencari alasan untuk membuat peringatan pada mereka semua. Mencari alasan untuk turut berkelahi dan menghajar mereka satu persatu. Dengan datangnya masalah ini, ia yakin 100 persen. Inilah alasan yang kuat untuk meremukkan tulang mereka menjadi ayam geprek level 10.

Seokmin memang tak menjawab. Namun ia melangkah pasti mendatangi Mingyu. Berhenti hanya satu meter jaraknya. Tersenyum tipis lalu menyeringai lebar, siap tempur.

"Terima kasih banyak atas tawarannya. Bagaimana dengan pilihan ke-3? Kau mundur sebelum aku menghancurkan tulang-tulangmu di sini."

Mingyu, Seungcheol, dan yang lainnya tertawa nyaring sebagai respon. Namun, tidak bagi Jisoo dan Hao. Ini adalah kiamat. Keduanya tentu sudah tahu setinggi apa level kekuatan yang Seokmin simpan selama ini. Bahkan Hao melihat dengan kedua mata kepalanya sendiri, bagaimana Seokmin mengamuk dan menghancurkan pintu kamar tempat Jisoo mengurung diri di dalam apartemennya.

"M-minnie..." Lirih Jisoo.

Lee Seokmin tahu, ini bukanlah cara yang Jisoo inginkan. Jisoo pasti tidak mau Seokmin terluka akibat serangan lima banding satu orang. Tapi Seokmin yakin, ini adalah cara yang paling tepat untuk menghentikan sikap sok berkuasa mereka semua.

Hansol mengeratkan genggaman tangannya. Turut bersiap. Sebagai bawahan Mingyu, tentu ia harus melakukan apa pun yang diperintahkan padanya. Tanpa terkecuali.

Hao tak kalah paniknya. Ia berusaha menarik Jun agar keluar dari arena pertarungan. Namun ia malah mendapat dorongan keras, agar keluar dari ruang kelas.

"Pergi, ini bukan tempatmu, sayang! Datangi Wonwoo dan Jeonghan di kafetaria!" Bentak Jun pada kekasihnya.

Bahkan Hao hampir menangis, tak mau meninggalkan ruang kelas yang sudah cukup lama tidak digunakan itu. Ruang kelas yang dipenuhi oleh kursi reot berdebu.

"Seok..." Lirih Hao. "Jangan lukai Jun, aku mohon."

Jun berdecak sebal mendengarnya. Secara tidak langsung kekasihnya itu mengatakan bahwa Mingyu dan teman-teman akan kalah dalam pertarungan tak adil ini.

"DASAR PECUNDANG!"

Brugh!

Mingyu menyerang Seokmin terlebih dulu.

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang