Hao sudah kehabisan akal bagaimana caranya membujuk Jisoo agar mau makan. Perempuan Amerika-Korea itu tak mau menyuap makanan yang sudah disiapkan oleh Hao sedikit pun. Matanya bengkak, menangis sepanjang hari.
"Jangan membuatku khawatir seperti ini, Jisoo-ya," bujuk Hao lagi. "Aku bingung hendak berbuat apa. Kau juga melarangku menceritakan masalah ini pada siapa pun, membuat aku bingung hendak minta tolong pada siapa."
Ditambah lagi Seokmin juga menghilang sejak dua hari lalu. Hari yang sama saat Jisoo kabur ke apartemennya. Hao sudah coba menghubungi laki-laki bangir itu, tapi nomor ponselnya tidak aktif. Akun chatting-nya pun juga tidak aktif, entah pergi ke mana ia sekarang.
Kalau saja Hao bisa menemukan di mana Seokmin tengah berada, sudah bisa dipastikan ia akan menendang bokong laki-laki bangir itu sekuat tenaga. Memberi pelajaran karena sudah berani membuat Jisoo seperti ini. Bahkan Hao khawatir untuk meninggalkan Jisoo sendirian di apartemennya untuk sementara saat ia berkuliah. Kalau Jisoo melakukan hal nekat, bagaimana?
Menghela napas, "baiklah, makananmu kuletakkan di atas meja sini, ya. Jangan lupa dimakan, oke? Aku berangkat kuliah dulu," ujar Hao.
Jisoo hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon.
Sebelum benar-benar meninggalkan Jisoo, Hao sempat memandangi perempuan itu beberapa saat. Sungguh merasa kasihan. Hao bisa mengerti bagaimana rasa frustrasinya Jisoo sekarang.
Jisoo mengatakan kalau ia benar-benar mencintai Seokmin. Meski perkenalan mereka hanya berawal dari sebuah perjodohan, Jisoo sudah benar-benar menerima kehadiran Seokmin di sisinya. Bahkan bergantung hidup pada laki-laki Lee itu.
Hao sangat mengerti karena ia pun begitu tergantung pada Jun, kekasihnya. Biar pun Jun senang bertingkah semaunya dan Hao tak begitu menyukai tingkah laku Jun yang sok berkuasa, tetap saja hal tersebut tidak bisa mengurangi rasa ketergantungannya terhadap laki-laki Wen itu.
Mendengar penuturan Jisoo mengenai perselingkuhan Seokmin dan Jihoon, Hao merinding seketika. Tidak menyangka kalau si polos Seokmin bisa berbuat sebejat itu terhadap istrinya sendiri. Apalagi bersama si koordinator kelas yang terkenal begitu kejam seperti Jihoon!
Laki-laki lugu seperti Seokmin saja bisa berbuat bejat, apalagi Jun, bukan? Mulai sekarang Hao mengambil langkah hati-hati, untuk mencegah kemungkinan terburuk yaitu perselingkuhan.
Haruskah Hao mencurigai Jeonghan? Atau Wonwoo?
Ssstt!
"Seokmin?"
Nyonya Hong mendatangi pekarangan rumahnya begitu mendengar ada seseorang yang memencet bel. Ia sungguh tak menyangka kalau sang menantu sedang mendatanginya. Ini benar-benar di luar perkiraan.
Namun, ia tak melihat keberadaan Jisoo sama sekali. Mencari sang anak sematawayang, Nyonya Hong turut keluar dari rumahnya. Melirik kanan dan kiri.
"Di mana Jisoo? Kau ke sini sendiri?"
"J-jisoo? Aku pikir-"
"Kenapa?" Sela Nyonya Hong. "Apa kalian sedang memiliki masalah?"
Menggeleng ragu, Seokmin berusaha menutupi apa maksud dari kedatangan mendadaknya ini.
"T-tidak ... Aku hanya-"
Mau-tidak mau Seokmin harus membohongi kedua mertuanya. Ia mengaku tengah memiliki tugas khusus untuk menemui klien sang Ayah di Amerika, meninggalkan Jisoo sendirian di rumah mereka.
Ya, Seokmin memutuskan pergi ke Amerika untuk menyusul Jisoo.
Namun apa yang ia dapat? Seokmin malah kalang kabut karena terus mendapat pertanyaan dari kedua orangtua Jisoo, menanyakan di mana keberadaan anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssstt! (✓)
Fanfic[Seoksoo GS Fanfiction] Seokmin adalah laki-laki culun yang sering menjadi korban bully oleh teman-temannya di kampus. Sebaliknya, baru hari pertama kuliah, Jisoo langsung berhasil menarik perhatian siapa saja yang melihatnya. Sebagai perantau dari...