2. Apa Kau Malu?

4.3K 593 140
                                        

"Seokmin..." Panggil Jisoo, amat pelan.

Sudah beberapa kali ia mencoba untuk memanggil Seokmin, meminta agar sang suami mau menemaninya mengurus semua persiapan untuk mendaftar kuliah. Di tempat dan jurusan yang sama.

Namun, yang dipanggil tak menggubris sama sekali. Masih asik menyantap sarapan paginya yang sudah Jisoo siapkan.

"Memangnya kenapa?" Tanya Jisoo lagi. "Apa salahnya kalau kita kuliah tetapi sudah menikah? Aku yakin tidak hanya kita yang sudah menikah di kampusmu."

Seokmin menghela napas. Pusing dengan segala kalimat yang terus saja Jisoo lontarkan tanpa henti.

Memang benar, di kampusnya ada beberapa anak yang sudah berkeluarga. Bahkan ada mahasiswi yang tengah hamil. Tapi, demi melindungi Jisoo, Seokmin bersikukuh tidak akan menyebarkan berita pernikahannya dengan seorang gadis campuran Amerika-Korea itu.

Sekali lagi, Seokmin melakukan hal ini semata-mata demi melindungi Jisoo! Tidak lebih!

"Apa kau malu memiliki istri sepertiku?"

Pertanyaan Jisoo berhasil menghilangkan nafsu makan Seokmin dalam sekejap.

"Hentikan omong kosongmu itu, Lee Jisoo," tegur Seokmin. "Justru aku merasa sangat beruntung bisa menikah denganmu. Tapi aku memiliki alasan lain untuk ini. Tolong jangan mempersulit posisiku. Kau tidak tahu keadaan sebenarnya!"

Seokmin melangkah pergi. Meninggalkan Jisoo yang masih tertunduk dalam, belum menyuap sarapan paginya sama sekali.

Mengerucutkan bibir, jujur, Jisoo sedih harus bermain petak umpet seperti ini. Ia ingin terbuka. Hendak mengumumkan pada dunia bahwa ia adalah milik Lee Seokmin seorang. Hong Jisoo sudah resmi mengubah namanya menjadi Lee Jisoo!

Tapi, sebagai seorang istri, ia tidak bisa membantah peraturan yang telah dibuat oleh suaminya. Selain itu, Jisoo juga percaya seratus persen pada Seokmin. Laki-laki Lee itu pasti tahu apa yang terbaik untuk Jisoo ke depannya.

Mengambil makanan Seokmin yang belum sempat dihabiskan, Jisoo membawakannya bersama sepiring nasi miliknya sendiri. Turut duduk di halaman belakang rumah.

Seokmin duduk di atas rumput, tanpa alas apa pun. Memasukkan jari telunjuknya ke dalam kandang anjing peliharaannya. Samar, terdengar Seokmin melakukan sesi curhat pada dua ekor anjing kesayangan tersebut. Salah satu anjing berbulu cokelat yang diberi nama Coco menjilati jari telunjuk Seokmin. Layaknya tengah menjilati es krim.

Jisoo tidak bisa mendengar jelas racauan apa yang Seokmin lontarkan. Namun, perempuan bermata kucing itu bisa meyakini bahwa dirinya lah yang menjadi topik utama karena mendengar beberapa kali namanya disebut.

"Habiskan makananmu." Jisoo berujar amat pelan. Turut mendudukkan diri di samping Seokmin, namun ia tepat berada di depan kandang seekor kucing berbulu putih yang tengah tertidur pulas. "Maafkan aku, Seok. Aku akan menuruti semua ucapanmu. Selama di kampus, kau boleh bersikap seolah kita tak saling mengenal sama sekali. Tapi ... Jika sudah di rumah, tolong bersikaplah dengan manis."

Kedua piring yang Jisoo bawa diletakkannya di sembarang tempat. Meraih tangan besar Seokmin dan menggenggamnya dengan cukup erat.

Jisoo tidak berani sama sekali membalas pandangan Seokmin, meski sedari tadi sang suami sudah melihat ke arahnya. Mulai menyenderkan kepada di pundak laki-laki bangir itu, tidak ada ucapan lagi setelahnya. Ia hanya bisa menggerakkan kepala beberapa kali untuk mencari posisi ternyaman.

Seokmin tersenyum senang. Merasa bangga karena telah memiliki seorang istri yang begitu penurut dan cantik seperti Jisoo. Mencium kening perempuan itu dengan perlahan, akhirnya ia berhasil mendaratkan bibir pada permukaan kulit mulus Jisoo dengan perasaan gugup yang tak begitu ketara.

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang