10. Budak Cinta

2.9K 504 161
                                    

Baru saja Seokmin selesai memarkirkan motor matic kesayangan di area parkir kampus, Mingyu mendatangi pemuda bangir itu dengan senyuman yang semringah. Namun tentu, senyum itu selalu menjadi alarm bahwa sebentar lagi akan ada masalah baru yang menghampiri Seokmin.

Seakan terbiasa, Seokmin pun sebenarnya tidak takut lagi dengan segala tingkah laku beberapa orang yang secara rutin memperlakukannya dengan semena-mena. Hanya saja, ia belum mendapat satu pun alasan kenapa harus melawan atau bahkan membalas mereka.

Mungkin nanti ada saatnya Seokmin  melawan. Tunggu saja. Seokmin hendak membuat mereka senang terlebih dulu. Jagoan selalu menang belakangan, bukan?

Sempat berhenti di hadapan Seokmin, Mingyu menancapkan telapak tangan tepat menyentuh bahu pemuda Lee itu. Mengitarinya dalam sekali putaran, memperhatikan penampilan Seokmin dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Terkekeh, merasa pemuda yang selama ini berada di bawah tekanannya tak memberikan perubahan sedikit pun. Meski sudah cukup lama ia tekan (menyiksa).

"Selamat pagi, Lee Seokmin."

Suara berat dengan sedikit berbisik, menyapu habis ruang sepi di telinga Seokmin.

Yang disapa tak memiliki minat sedikit pun untuk membalas. Malah menunduk, menghitung ada berapa banyak batu kerikil yang berada di dekat kakinya.

Menarik dagu Seokmin agar menegak, Mingyu tak terima. "Aku sudah menyapamu dengan ramah, bodoh! Dasar tidak tahu diri!"

Terlalu sibuk dengan rutinitas pagi ini, keduanya tak tahu menahu sedikit pun ternyata Jisoo dan Soonyoung juga baru saja tiba. Tengah memperhatikan interaksi Mingyu dan Seokmin dari kejauhan.

Sebisa mungkin Jisoo menunjukkan raut wajah biasa, seperti tidak terjadi apa-apa. Sudah cukup Jihoon yang mencurigai status mereka berdua, jangan sampai nama Soonyoung turut masuk ke dalam daftar antisipasi.

Sejak turun dari mobil dan mendapati Mingyu yang tengah menjahili Seokmin, Jisoo jadi tak begitu mendengar apa yang terus Soonyoung celotehkan. Hilang sudah keinginannya untuk berlari dan kabur dari Soonyoung. Malah berhenti begitu saja, fokus pada interaksi Seokmin dan Mingyu.

"Soonyoung," tegur Jisoo. Gadis itu merentangkan tangan kirinya, menghalangi jalan. Berharap Soonyoung mau turut berhenti dan menjawab pertanyaannya. "Itu Seokmin, kan? Laki-laki yang bersama Seokmin itu siapa?"

Jisoo memang tahu bahwa nama pemuda itu adalah Mingyu. Kalau Jisoo tidak salah, dialah yang sudah memecahkan kacamata tebal kesayangan Seokmin saat membawa banyak buku menuju Perpustakaan dulu.

Menyipitkan matanya yang memang sudah sipit, Soonyoung berusaha menjelikan penglihatan. Lalu ia mengangguk setelah merasa yakin.

"Ya, itu Mingyu."

Soonyoung tak memiliki minat sama sekali untuk membahas Seokmin atau pun Mingyu. Ia tengah berduaan dengan Jisoo, tidak mau kemesraan keduanya terganggu oleh kehadiran pria lain. Saat berduaan dengan Jisoo, ia hanya ingin membahas kisah kasih yang isinya hanya ia dan si manis. Tidak boleh ada orang lain yang menerobos masuk!

Namun, tentu Jisoo lebih tertarik pada Seokmin. Selain laki-laki bangir itu adalah suami tercintanya, bagi Jisoo, Seokmin jauh lebih mengagumkan dari apa yang terlihat dari luar. Tidak semua orang bisa melihat bagaimana mengagumkannya seorang Lee Seokmin sebenarnya.

Mulai dari sikap hangatnya yang berbanding terbalik dengan sikap pemalunya saat berada di rumah, bagaimana cara Seokmin menanggapi kelakuan nakal para mahasiswa lainnya, hingga kesuksesan pemuda Lee itu di kantor.

Jisoo menolak ajakan Soonyoung. Pemuda itu terus saja berusaha menarik tangannya, agar segera beranjak dari sana. Bukannya menurut, Jisoo kembali melemparkan pertanyaan ke udara lepas.

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang