13. Cinta dan Derajat

2.7K 492 206
                                    

Mata Seokmin terbuka paksa karena menerima panggilan telepon meski masih pagi-pagi buta. Yang benar saja! Ini masih pukul 5 pagi, siapa yang sudah berani menganggu tidur nyenyak pasangan suami-istri ini?

Di balik selimut tebal yang menutupi tubuh polosnya, Seokmin sedikit menggeser posisi tidur Jisoo. Wanita Hong itu memagut Seokmin dengan begitu erat, hingga sang suami sedikit kesulitan untuk bergerak dan menjangkau ponsel yang tergeletak di atas nakas.

"Hmmm... Ya, ayah?"

Meski masih setengah sadar, syukurnya Seokmin masih dapat mencerna setiap ucapan sang Ayah melalui sambungan telepon itu dengan baik. Tuan Lee itu meminta agar putranya mau menjadi pendamping selama rapat penting hari ini berlangsung. Menggantikan Tuan Park yang tengah mengambil cuti hingga beberapa hari ke depan.

Tentu saja Seokmin bersedia. Selain karena dengan berada di dalam rapat ia akan mendapat banyak pelajaran sebagai calon pengganti sang Ayah, kebetulan hari ini ia tidak memiliki jadwal kuliah. Miss Seo masih berada di luar kota.

Melirik jam yang tertera pada ponsel genggamnya, Seokmin terdiam sejenak. Ia masih memiliki waktu beberapa jam ke depan sebelum akhirnya harus bersiap-siap. Jisoo pun masih tidur dengan tenang-meski sedari tadi ia bergerak tidak nyaman karena Seokmin bicara dengan Ayahnya terlalu nyaring, mengusik tidur cantik si manis.

"Sayang ... Ayo bangun," ucap Seokmin.

Laki-laki bangir itu menciumi puncak kepala Jisoo, lalu memagut tubuh mungil itu dengan sangat erat. Membuat Jisoo mengerang minta dilepaskan.

Meraup wajah istrinya, Seokmin mengecup bibir Jisoo lama. Hingga memperdengarkan suara kecupan yang cukup nyaring menyapa telinga. Tidak bergeming, Jisoo masih saja menutup matanya rapat-rapat.

"Ayo sayang, banguunnnnn!"

Kini Seokmin menggelitik bibir Jisoo menggunakan ujung jari telunjuknya.

Plak!

"Aku masih mengantuk, Minnie! Tubuhku sakit kau gempur semalaman!" Protes Jisoo.

Bukannya kesakitan, Seokmin malah tertawa kencang begitu menerima pukulan tepat mengenai punggung tangannnya, sebagai balasan dari Jisoo.

"Hari ini aku ada rapat," ujar Seokmin, selagi membenarkan posisi rambut Jisoo yang berantakan. "Rencana kita untuk bermanja seharian sepertinya harus ditunda. Maaf, ya."

Akhirnya mata si istri terbuka perlahan. Dengan wajah bantal, ia memasang ekspresi merengut. Menggerak-gerakan kakinya cepat sebagai bentuk protes.

Kemarin malam ia memekik kegirangan begitu membaca pesan dari Jihoon di grup chat kelas mereka. Gadis super mungil itu memberikan infomasi bahwa perkuliahan hari ini dibatalkan. Dengan cepat Jisoo menghampiri Seokmin dan mengatakan hendak bermanja seharian pada suami kudanya itu.

Dan tentu, selain senang kuliah dibatalkan karena ia ingin bermanja dengan Seokmin, Jisoo masih malas bertemu Soonyoung di kampus nanti.

"Ya sudah, tapi begitu selesai rapat kau harus segera pulang, ya!" Jisoo memperingatkan.

Seokmin memang tak menjawab, namun ia tersenyum lalu mengangguk teratur. Matanya tak bisa berhenti memperhatikan tubuh polos Jisoo. Meski tertutup selimut, kain tebal itu sedikit tersingkap karena si manis terlalu banyak bergerak.

Jisoo menggeliat. "Ahh, rasanya tubuhku remuk menjadi abon sapi."

"Baiklah," menarik tubuh Jisoo untuk kembali masuk ke dalam pelukannya, Seokmin turut memejamkan mata dengan nyaman. "Kurasa kembali tidur kurang dari satu jam tidak akan membuatku terlambat."

Ssstt! (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang