"Ngapain lo?"
"Lo yang ngapain disini? sendirian disini muka lo murung gitu?" tanya Angel balik. Ntah mengapa, rongga dada nya sedikit terusik melihat junior satu ini.
Fari menggeleng lemah. Tapi tatapan nya tampak kosong. Matanya terus-terusan memandang tanah. Pria itu terduduk di salah satu bangku."Gue nggak papa" jawabnya datar.
Angel menepuk pundak Fari sekilas. "Lo inget? lo pernah bilang sama gue kalo gue punya masalah, gue harus cerita. Se enggak nya beban gue berkurang. Inget?" seketika alis Angel terangkat sebelah.
Fari tertawa hambar. Berusaha menyembunyikan kesedihan yang melanda nya."Bukan nya gue dulu bilang sama lo, lo cerita sama orang lain? bukan ke gue?" sindir Fari
Angel mendesis. "Ya nggak apa-apa sih. Cuma kalo gue mau denger curhatan lo, emang salah?" tanya Angel. Fari terdiam. Begitu pula dengan Angel. Bahkan Angel masih tidak sadar dengan ucapan nya barusan.
Ntah perasaan apa yang menjalar di rongga dada Fari, perasaan hangat yang ntah sejak kapan terasa disana."Apa lo mau denger curhatan sedih gue?" tanya Fari takut-takut. Sedikit was-was dengan jawaban Angel.
"Boleh. Se-enggak nya gue bantu lo karena lo pernah kasih gue tisu sama sapu tangan" ucap Angel cengengesan membuat Fari mendengus. Tapi tak ayal, diceritakan juga permasalah nya.
"Orang tua gue berantem. Gue anak tunggal. Dan gue nggak tau harus gimana?" ucap Fari dengan nada penuh kelelahan. Cukup sudah Fari rasa ia harus menampung beban berat sendirian. Mungkin tak ada salah nya untuk berbagi dengan Angel. Walau gadis itu tak bisa meringankan masalah nya, setidak nya Fari memiliki rumah bagi nya untuk menumpahkan keluh kesah.
"Gue kabur dari rumah sejak kemarin sore"
"Lo sadar, kalo yang lo lakuin itu sia-sia?"
"Sia-sia?" tanya Fari dengan tawa geli. Bagaimana mungkin seorang Angel yang katanya most wanted di sekolah, bisa menanggapi masalah orang lain dengan enteng nya.
"Iya sia-sia lah! coba lo fikir baik-baik. Emang faedah nya lo lari dari rumah apaan? nggak ada kan?" sindir Angel.
Fari mendengus kesal. Tapi perkataan Angel sayang nya benar sepenuhnya. Diam- diam Fari mencuri pandang ke arah Angel. Menatap gadis itu yang kini sedang berdiri menunggu Zayn yang sedang antri isi bensin.
"Mendingan lo sekarang pulang. Selesai in masalah kedua orang tua lo" ucap Angel dengan mantap. Memberikan keyakinan dan secercah harapan pada Fari.
"Sini hp lo" paksa Angel. Fari yang bingung, langsung saja memberikan ponsel nya dengan sukarela pada Angel.
Angel menggerakkan jari-jari nya pada layar benda pipih itu. Kemudian melemparkan benda itu kepada empu-nya. CATAT DILEMPAR BUKAN DISERAHKAN BAIK-BAIK. Kemudian cewek itu berjalan ke arah mobilnya yang sudah terisi bahan bakar.
Fari menatap layar ponsel nya dengan jengah. Membaca satu persatu aksara yang tertera disana. Angel cantik kayak bidadari. Tapi tak ayal, senyum Fari mengembang. Perasaan hangat dan lega menjalar di dalam dada nya.
"Kayak nya abis ini, kita bakal sering terlibat"
*********
Yaris merah itu terparkir manis di depan salah satu outlet cake terbaik. Setelah memastikan sekotak kue ter diam manis di kursi belakang, dua insan itu menjalankan roda bermesin tersebut.
"Zayn, kayak nya kita bakal kena macet deh" gerutu Angel sebal.
Zayn melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan nya. Waktu menunjukkan pukul empat sore. Sudah jam padat kota Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTED
Teen FictionTentang semesta yang terkadang membuat dunia nya. Seperti bumi yang membutuhkan poros nya, dan prihal hati, yang berusaha menepikan ke egoisan nya.