Liam bersandar pada bangku yang ada di taman belakang sekolah. Pria itu menghela nafas berat. Memandangi hamparan awan yang tersebar luas di angkasa. Bukti tadi sudah jelas. Bahwa Fari adalah ancaman bagi nya.
Sebuah tangan menepuk pelan bahu Liam. Membuat si empunya sedikit terkejut. Liam melihat wajah Amalia disana. Memandang nya dengan tatapan penuh tanya.
"Lo... ngapain disini?" Tanya Liam dengan nada datar seperti biasa nya.
"Nggak papa. Gue cuma mau nemenin lo aja disini" jawab Amalia jujur. Setidaknya, ia bisa sedikit lebih dekat dengan Liam.
"Gue mau sendiri" balas Liam datar.
"Gue tau Li, di hati lo cuma ada ruang buat Angel. Bahkan gue bisa jamin, nggak ada sedikit celah pun ruang di hati lo buat gue. Tapi Li, gue akan tetep berusaha. Dan gue harap lo jangan pernah benci gue" ucap Amalia dengan raut muka sedih. Pelupuk mata nya sudah terbendung air mata yang sudah siap untuk di tumpahkan.
"Gue...ke kelas dulu ya" pamit Amalia. Air mata nya sudah jatuh. Membasahi pipi manis gadis itu.
Baru saja Amalia hendak melangkah, Liam dengan cekatan menarik tubuh mungil gadis itu. Sehingga sekarang, tubuh Amalia berada di dalam pelukan Liam.
"Maaf" hanya itu kata yang keluar dari mulut Liam. Tangan pria itu mengelus punggung Amalia. Menenangkan gadis itu, agar berhenti dari tangis nya.
Amalia hanya menangis di dada Liam. Ada sedikit perasaan yang menghangat di dada nya. Ketika Liam menahan nya untuk pergi, bahkan kini memeluk nya.
"Maaf"
"Maaf untuk?" Tanya Amalia setelah tangis nya mereda. Gadis itu kini terduduk berhadapan langsung dengan Liam.
"Maaf karena gue udah mengabaikan lo. Dan mungkin, mulai saat ini, gue akan membuka hati gue perlahan-lahan buat lo" ucap Liam dengan pandangan lurus. Menembus iris mata Amalia. "Gue deluan ya" pamit Liam dan beranjak dari taman. Meninggalkan Amalia yang terdiam mematung.
Setelah beberapa detik, kesadaran Amalia kembali. Gadis itu berteriak histeris di taman.
"Serius? Liam tadi ngomong gitu???"
"Aaaaaaa"
"Mamamaaa i'm so happyyyy"
****************
Liam kembali ke kelas. Ketika ia tiba di ambang pintu, ia dapat melihat Angel yang tengah duduk di bangku nya. Kini, Liam menahan rasa sesak di dada nya. Kejadian tadi, terus saja terbayang di dalam tempurung kepala nya.
Liam mengambil nafas sejenak. Menghembuskan nya, lalu kembali ke bangku nya yang berada tepat di sebelah Angel.
"Iam lo dari mana aja sih? Gue dari tadi nyariin lo tau!!! Trus kenapa pas di gudang tadi lo pergi gitu aja???" Celoteh Angel panjang lebar. Biasanya Liam akan senang ketika mendengar celotehan dari gadis di samping nya. Namun, untuk kali ini, ntah mengapa diri nya merasa jengah.
"Kantin" balas Liam seadanya. Pandangan nya terfokus pada ponsel yang di genggam nya.
"Trus kenapa tadi lo pergi waktu di gudang? Padahal tadi gue ketakutan banget tau!"
"Gue nggak mau ganggu lo sama Fari pacaran" ucap Liam dingin dengan pandangan masih terfokus di layar ponsel nya.
"Ih, gue sama Fari nggak pacaran tau! "
"Yakin?" Tanya Liam. Kini pria itu menoleh melihat Angel. Sebelah alis nya naik.
"Iya belum sih" balas Angel cengengesan.
Liam mendengus kesal. Pandangan nya kembali lagi ke layar ponsel milik nya.
"Eh pulang ntar nonton yuk, ada film yang baru keluar tau" ajak Angel antusias. Matanya berbinar ketika mengingat aktor favorit nya yang kebetulan membintangi film tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTED
Teen FictionTentang semesta yang terkadang membuat dunia nya. Seperti bumi yang membutuhkan poros nya, dan prihal hati, yang berusaha menepikan ke egoisan nya.