Aktivitas di sekolah selalu berulang setiap hari nya. Belajar-istirahat-pulang. Tapi, walaupun itu berulang, tentu saja setiap hari memiliki kenangan baru.
Liam sedang duduk di kelas nya. Jam istirahat sudah berlangsumg sejak lima menit yang lalu. Namun pria itu enggan untuk beranjak duduk dari bangku nya. Hal yang ia lakukan sedari tadi hanyalah belajar. Menatap buku-buku yang ada di hadapan nya. Ia memilih fokus. Untuk persiapan ujian akhir serta persiapan nya untuk mendaftarkan diri di oxford nanti. Ia sudah bertekad, akan membuat ayah nya bangga. Begitu pula dengan bunda nya.
Sedangkan di lain tempat, Angel sedang menyantap sepiring nasi goreng bersama Fari. Alasan gadis itu sederhana. Selama ini ia terlalu dekat dengan Liam. Maka segala sesuatu nya berhubungan dengan Liam. Maka dari itu, ia tidak memiliki teman dekat di sekolah ini. Mungkin Fari, anak kelas sepuluh yang ntah kenapa bisa dekat dengan nya. Bahkan, dekat dengan artian lain.
Mungkin untuk sebagian warga sekolah, mereka menganggap bahwa Angel dan Fari dekat hanya dengan artian sebagai teman. Karena, sudah beberapa waktu ini Liam dan Angel saling menjauh. Tentu saja itu membuat kesimpulan sendiri bagi para penghuni sekolah. Mereka menerka-nerka, bahwa renggang nya hubungan mereka karena hadir nya sosok Fari dalam kehidupan Angel.
Sudah bukan rahasia lagi bagi semua orang, bahwa Liam menyukai Angel. Binar mata pria itu terlihat bahagia ketika menatap Angel. Senyum manis seorang Liam yang hanya ditunjukkan kepada Angel. Pun, perlakuan special Liam pada Angel. Tanpa harus diberi tahu, semua orang akan tau, bahwa Liam menyukai Angel. Ya, semua. Kecuali Angel sendiri.
"Kenapa sih dari tadi lo cemberut aja?" Tanya Fari. Ia bingung. Sejak mereka makan di kantin tadi, Angel lebih banyak diam. Menguyah nasi goreng milik nya lalu sesekali menatap arah piring dengan pandangan kosong.
"I'm fine. Kepikiran aja udah mau ujian" balas nya asal. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya, gadis itu merindukan Liam.
Fari terkekeh pelan. " ya elah Ngel, Ngel. Ujian mah nggak usah di pikirin. Ntar juga lewat sendiri. Yang lo lakuin itu emang harus belajar. Cuma jangan sampe buat lo down juga" saran Fari.
"Lo ada acara nggak nanti malem?" Tanya Fari pada Angel.
Angel terdiam lalu mengingat apakah nanti malam ia memiliki hal atau acara penting.
"Kayanya-" ucapan gadis itu terpotong, ketika ponsel nya berbunyi. Nama 'bunda' tertera di layar nya. Gadis itu menggeser tombol hijau lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinga nya.
"Halo bun" sapa Angel.
"Hai. Apakabar cantik?" Tanya Rini di seberang sana
"Baik bunda. Bunda apa kabar?" Tanya nya balik.
"Baik juga"
Angel tersenyum. "Oh iya, kenapa bun telfon?"
"Nanti malem ke rumah ya. Makan malem bareng. Tadi ayah udah telfon papa kamu, katanya iya. Tapi bunda kabarin dari sekarang aja, supaya kamu nanti bisa siap-siap dulu"
"Oke deh bun. Sampe ketemu nanti malem ya bun" ucap nya mengkahiri panggilan itu.
"Siapa yang nelfon?" Tanya Fari penasaran. Agak sedikit mengganjal di hati nya, ketika tadi Angel berbincang dengan sosok di seberang sana dengan panggilan bun.
"Bunda"
Kening Fari mengernyit bingung. "Bunda?" Tanya nya heran.
"Iya bunda nya Liam. Gue panggil nya bunda juga. Orang tua gue orang tua dia, orang tua dia orang tua gue juga. Panjang cerita nya. Ribet kalo gue ceritain" jelas nya.
"Lo sedeket itu sama Liam?" Tanya Fari. Tapi nada bicara nya terkesan jutek.
"Iya gitu. Gue sahabatan sama dia dari kecil. Pokok nya udah tau lah kita itu seluk beluk masing-masing. Cuma ya itu, gue nggak tau kalo selama ini dia suka sama gue" ucap Angel lesu. Nada bicara nya bergetar. Sorot akan kesedihan.
Fari menggenggam tangan Angel lembut. "Lo tenang aja, everything will be fine kok" ucap nya menenangkan.
Perilaku sederhana itu, membuat Agel tersenyum. Dan membuat hati nya menghangat seketika.
**************
Di dalam kelas, semua siswa sedang mengerjakan tugas fisika sebanyak sepuluh soal. Angel merasa bahwa kepala nya akan meledak sebentar lagi. Angka dan rumus yang tertera di atas buku itu, sama sekali terasa asing bagi nya. Lain hal nya dengan Liam, pemuda itu mengerjakak soal nya dengan tenang. Sesekali menangguk ketika berhasil menemukan jawaban.
Mereka berdua duduk satu bangku. Tapi terasa asing. Saling diam, dan tidak bertegur sapa. Angel sendiri bingung. Ia ingin keadaan seperti semula. Namun, ketika mengingat bahwa Liam memiliki perasaan padanya, seketika ia mengurungkan niat nya untuk menyapa pemuda itu.
Sementara Liam, mati-matian ia menahan mata nya untuk tidak melirik gadis di sebelah nya. Tawa, senyum, bahkan apapun yang keluar dari mulut gadis itu ia rindukan. Tapi detik berikutnya ia tersadar, berharap pada Angel hanya akan membuat luka baru. Ia kembali fokus pada soal di hadapan nya.
Ponsel di dalam saku celana nya bergetar. Pemuda itu mengecek nya.
Nanti malam ada acara di rumah. Jangan pulang terlambat.
Pesan itu dari bunda nya. Ia hanya membaca. Tidak membalas nya.
"Oke, kumpulkan kertas kalian di depan sekarang" perintah pak Jodi.
Semua anak-anak hendak berdiri. Begitu pula dengan Liam. Sementara Angel kalang kabut. Dari sepuluh soal ia hanya menjawab empat soal saja. Beruntung nya, ini soal pilihan ganda. Maka sisa enam soal berikutnya hanya ia jawab dengan asal-asalan saja. Berharap bahwa ada keajaiban.
"Hai Li, ada acara ntar malem?" Tanya Amalia. Gadis itu menghampiri meja Liam dan juga Angel.
"Kenapa?" Tanya pemuda itu. Menatap sang mantan dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Nyokap ngajakin lo ke rumah. Kalo lo bisa sih. Itung-itung main sekalian silaturahmi katanya"
Liam melirik gadis di sebelah nya. Disana, Angel terlihat biasa saja. Bahkan, gadis itu hanya bermain dengan ponselnya.
"Yah, sorry banget kaya nya gue gabisa. Ada acara nanti malem. Baru aja bunda kabarin gue" ucap Liam merasa tidak enak.
Senyum yang sejak tadi menghiasi wajah Amalia perlahan menghilang. Namun detik berikut nya, ia kembali tersenyum. "Next time maybe?"
"Oke" balas pemuda itu.
"Promise?" Tanya Amalia sekali lagi. Meyakinkan.
"Ya" jawab nya singkat. Lalu bangkit dari duduk nya." Gue ke toilet dulu" lantas pemuda itu berjalan keluar kelas. Begitu pula dengan Amalia yang kembali bergabjng dengan teman-teman nya.
Sementara Angel, sedari tadi memainkan ponsel nya dengan asal. Tak ada yang menarik dari ponsel nya. Hanya saja, percakapan kedua insan tadi sedikit mengganggu pikiran nya.
Mereka deket lagi?
Ntah mengapa, tanpa ia sadari, ada perasaan tidak rela di dalam lubuk hatinya

KAMU SEDANG MEMBACA
HURTED
Teen FictionTentang semesta yang terkadang membuat dunia nya. Seperti bumi yang membutuhkan poros nya, dan prihal hati, yang berusaha menepikan ke egoisan nya.