10. Kepingan Masa Lalu

26 2 0
                                    

Ada sebagian orang bilang, masa lalu terkadang adalah mimpi buruk. Ketika memori pahit, kembali terlintas atau bahkan kepingan luka lama yang kembali menganga, adalah salah satu kunci kehancuran seseorang. Ketika itu kembali, maka penawar terbaik adalah berusaha melupakan, walau terkadang sulit.

Liam  mungkin masih belum menyadari, bahwa sebentar lagi, seorang sosok dari masa lalu akan kembali. Membawa kepingan masa lalu. Gadis itu berjalan perlahan masuk ke dalam kelas. Di dampingi oleh kepala sekolah yang berjalan tepat di belakang nya. Gadis itu tersenyum manis. Sebagian isi kelas yang tau siapa gadis itu sontak langsung menoleh ke arah Liam. Disana, Liam sempat shock. Tubuhnya menegang. Sosok itu kembali.

"Perkenalkan semua nya, saya Amalia Puspita"

****************

Sosok yang muncul tadi pagi ternyata membawa sedikit perubahan pada Liam. Sesekali Liam menengok ke arah belakang untuk melihat Amalia yang duduk di bangku belakang.

Amalia hanya memasang tampang ramah. Senyum yang mengembang. Bahkan sesekali gadis itu tersenyum lembut ke teman-teman yang lain. Saat jam isitrahat, ketika kelas sudah kosong, hanya tersisa Liam, Angel dan Amalia di dalam nya. Dan saat itulah, Amalia kembali. Memperkanalkan diri.

"Lama ya nggak ketemu?" Tanya Amalia begitu sampai di meja Liam dan Angel.

Liam menegang. Bukan karena ia takut pada sosok itu, tapi justru ia khawatir pada Angel.

"Lo....kembali?" Angel bertanya ragu-ragu.

Sorot mata Amalia memandang lurus Liam yang kini tengah menatap Angel. Amalia mendengus, cukup lama ia pergi, namun Liam tak berubah. Pria itu tetap mencintai Angel.

"Ia gue kembali. Dan gue akan memperjuangkan apa yang seharusnya gue perjuangkan." Balas Amalia pada akhirnya.

Gadis itu kembali ke bangku nya. Membaca sebuah novel. Meninggalkan Angel yang kebingungan dan Liam yang khawatir setengah mati.

**************

"Lo yakin nggak mau gue anter?" Tanya Liam sedikit merasa tak enak. Akibat Liam yang akan menghadapi turnamen basket bulan depan, maka tim basket di haruskan latihan setiap pulang sekolah.

"Iya nggak papa kok" ucap Angel yakin. Malam nanti ada acara fashion show di wilayah jakarta utara. Maka Angel akan menjadi model disana. Ia harus pulang lebih awal untuk menyiapkan keperluan nya.

Dengan tak enak hati, Liam harus membiarkan Angel sendiri."Ya udah hati-hati ya" ucap Liam pada akhirnya.

Angel menangguk. Lalu menjalankan yaris merah miliknya.

Sepeninggal Angel, Amalia datang. Menghampiri Liam.

"Liam" panggilnya.

Liam yang merasa nama nya terpanggil pun menoleh. Melihat Amalia yang kini sedang berlari ke arah nya. Dalam sekejap mata, Amalia berhambur memeluk Liam erat.

Liam sedikit risih dan bingung. Kemudian berusaha melepaskan pelukan Amalia.

"Gue kangen sama lo" Amalia berkata jujur. Lima tahun gadis itu pergi, dengan tujuan untuk berusaha menghapus rasa nya kepada Liam. Namun bukannya pergi, justru rasa sayang itu bertambah kian besar semakin hari.

"Lo tau kan jawaban nya?" Tanya Liam namun tatapannya menatap hamparan langit luas.

Senyum yang sedari tadi menghiasi wajah Amalia perlahan-lahan pudar. Wajah murung langsung menyelimuti ekspresi Amalia.

"Liam, apa lo nggak bisa?sedikit aja?"

"Dari dulu sampai sekarang tetap sama. Dan lo tau itukan?" Balas Liam dingin.

Amalia merasa matanya memanas. Dengan gerakan anggun, dihapusnya jejak air mata yang mengalir di pipi nya.

"Gue akan berusaha Li, akan berusaha. Demi lo. Karena itu gue kembali" ucap Amalia pada akhirnya. Setelah memaksakan senyum nya untuk kembali mengembang, Amalia berbalik. Berjalan meninggalkan Liam.

Dalam hati ia berbisik, tidak ada hati yang benar-benar kuat. Hati hanya perlu penopang dan tempat untuk berteduh untuk merasakan apa itu cinta. Dan Liam, gue akan berusaha.

*************

Terkadang, seberapa kuat pun usaha manusia, semua harus kita serahkan kepada tuhan. Liam harus pasrah, ketika mobil yang di kendarai nya terjebak kemacetan tepat pada pukul tujuh malam. Usai latihan basket sore tadi, pria itu melesatkan mobilnya untuk kembali pulang. Sayang nya, lalu lintas sangat padat. Berkali-kali Liam memaki karena mobilnya yang hanya diam di tempat.

Liam selalu berpegang teguh pada waktu. Memusatkan segala aktifitas pada dasar kedisiplinan. Namun sayang nya, kali ini semesta tak berpihak kepadanya. Malam ini, Liam harus pasrah. Untuk pertama kalinya, ia harus ingkar janji. Terlebih lagi, janji nya pada Angel.

Liam meraih benda pipih. Menggerakkan jari nya diatas permukaan layar. Kemudian menyelipkan benda itu di antara telinga dan bahu.

"Hallo" sapa suara di seberang sana

"Ngel."

"Kenapa? Gue udah mau otewe nih. Lo bisa jemput nggak?"

"Gue kena macet. Kayak nya gue nggak bisa jemput sama dateng deh" ucap Liam penuh sesal.

"Ya udah deh kalo gitu. Gue minta anter papa atau Fari aja kalo gitu"

Deg!

"Fari?" Tanya Liam sedikit tidak yakin. Otaknya berharap bahwa lidah Angel salah menyebutkan salah satu nama.

"Iya Fari. Tadi dia bilang sama gue, kalo dia mau nonton. Trus papa juga ada meeting di kantor. Gue sama dia ajalah ya?"

Liam merasa dada nya sesak. Sial!kenapa harus itu cowok!

"Nggak ada yang lain gitu yang anter? Atau gue telponin Zayn?" Tawar Liam. Setidak nya Angel tidak berjalan dengan pria lain.

"Jangan ah! Kasian dia banyak pr! Gue sama Fari aja deh, lagian tadi gue udah bilang kok sama dia! Yaudah gue mau cabut, bye!"

Liam memandang ponsel nya dengan kesal. Kenapa harus Fari? Lain kali mungkin ia harus pandai membagi waktu lebih baik lagi.

Jangan sampe gue kecolongan lagi!

*****************

Semenjak Liam menapakkan kaki nya di dalam kamar tidur milik nya, otak nya terus menerus mem visualisasikan sosok yang kini kembali muncul di hadapannya. Amalia. Gadis yang dulu pernah singgah sementara. Menduduki sebuah ruang berharga. Namun sayang nya, penempatan itu tidak utuh. Amalia mungkin harus tau, bahwa Liam hanya berporos pada seorang Angel.

Liam mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas sekolah nya. Kertas itu pemberian dari Amalia saat Liam hendak latihan basket siang tadi. Di buka nya lembaran kertas itu. Hingga tulisan tangan Amalia dapat Liam lihat. Perlahan-lahan, ekor mata Liam bergerak membaca baris aksara yang tertera disana.

Liam, gue kembali :)

Mungkin lo nggak suka dengan ke hadiran gue sekarang. Atau mungkin, lo risih karena gue kembali?. Atau mungkin, lo seneng gue kembali? Mustahil ya Li pasti nya :).

Liam, gue kembali. Selama tiga tahun gue pergi, maka selama itu juga perasaan gue bertambah. Jarak jahat ya Li? Gue pergi untuk move on. Tapi kenapa justru gue makin sayang sama lo?

Asal lo tau Li. Nggak ada satupun hari gue lewatin, tanpa gue kangen sama lo. Walau pun dulu gue cuma singgah di hati lo dua bulan, tapi kenapa gue susah move on? Bahkan gue harus pasrah, karena lo mau sama gue waktu itu cuma pelampiasan. Bahkan ketika gue kembali sekarang, gue sadar. Kalo sampai kapan pun, di dalem hati lo cuma ada nama Angel disana.

Tapi Li. Yang harus lo tau adalah; gue akan berusaha. Terus berusaha. Sampai dinding pertahanan lo roboh. Gue akan masuk, dan gue yang akan memperbaiki nya.

Gue harap, lo jangan benci gue ya Li. Karena pisah sama lo udah nyiksa gue. Apalagi dibenci sama lo?


Amalia

Liam hanya memandang datar sepucuk surat itu. Kemudian hati nya berbisik ; kita lihat saja nanti

HURTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang