Liam sudah mengganti pakaian yang dibelikan oma nya tadi. Pria itu duduk lemas di dalam kamar nya. Dengan ponsel yang memutar lagu little things dari One Direction. Lagu favorite nya dan Angel. Ntah mengapa, segala sesuatu yang ia lakukan selalu terbayang bayangan Angel. Apa sudah sedalam itu ia mencintai gadis itu?
Liam mematikan lagu itu. Lalu berjalan keluar kamar. Mencari keberadaan opa dan oma nya.
Ternyata opa dan oma nya sedang asyik menyeruput segelas teh di halaman belakang. Liam berjalan mendekat. Bergabung dengan dua insan itu.
"Kamu mau teh juga Iam?" Tanya Oma nya. Liam menggeleng. Lalu mengambil sepotong bolu yang terletak di atas piring.
"Gimana?" Tanya Opa nya. Membuat Liam bingung.
"Gimana apanya opa?" Tanya Liam bingung.
"Kamu sama ayah kamu. Udah baikan?" Tanya opa nya.
Liam diam. "Iam nggak tau. Tapi, Iam tau kalo udah kelewatan"
"Tapi oma masih nggak terima ayah kamu mukulin kamu sampai kayak gitu! Enak aja cucu oma di gituin" ucap oma nya kesal.
"Iam yang salah oma. Wajar kalo ayah marah" ucap Liam pelan. Mengurangi kekesalan oma nya.
Wanita paruh baya itu menghela nafas kasar."kamu tau? Ayah kamu itu dulu adalah pria brengsek waktu masih muda" ucap oma nya.
"Oma serius?" Tanya Liam terkejut. Cukup shock mendengar penuturan oma nya.
Wanita tua itu mengangguk semangat." Tanya aja sama opa kamu, semua mantan dia pasti udah pernah dicium sama dia. Untung sekarang udah tobat"
Liam terkikik geli. Kemudian mengambil sepotong bolu lagi.
"Iam, lain kali kalo kamu ada masalah, selesain baik-baik. Jangan lari gitu aja" saran opa nya. Pria tua itu menatap lekat cucunya. Memberikan masukan.
"Iya opa"
"Ayah sama bunda kamu mau kesini nanti. Tadi mereka telfon. Zayn juga ikut. Mumpung besok minggu kan, lumayan"
Liam mengangguk lesu. Ntah sampai kapan ia harus berlari. Menghindari masalah yang ada. Dan seberapa keras pun ia lari, maka bayangan itu akan menghantui. Dan Liam lelah akan semua itu.
*********
Liam duduk di tepi ranjang sambil menatap nanar layar ponsel nya. Pesan masuk dari Amalia ia hiraukan begitu saja. Ia seperti menghindari semua orang. Bahkan puluhan panggilan yang berasal dari kedua orang tua serta adik nya tempo hari, tak juga ia angkat. Ia ingin sendiri. Tak ingin diusik. Fikiran dan kondisi nya terlalu buruk saat ini. Dan bagi Liam, ini adalah hal tersulit.
Saat ini ia bingung. Segala sesuatu yang ia lakukan berpusat pada Angel. Liam bagaikan bumi yang membutuhkan matahari untuk menghangatkan. Ia terlanjur nyaman, bahkan teramat dalam mencintai Angel. Namun sayang, ungkapan perasaan nya justru membuat jarak antara diri nya dan Angel.
Tapi bagi Liam, ia sama sekali tidak menyesal. Terlepas dari renggang nya hubungan mereka saat ini, Liam merasa lega. Bahwa ia telah mengungkapkan perasaan nya pada gadis yang ia cintai selama bertahun-tahun. Walaupun mereka kini tak saling tegur sapa, namun bagi Liam, ungkapan itu jauh lebih penting.
Kini Liam merasa gusar. Ntah mengapa segala sesuatu yang ia lakukan, selalu dihantui oleh bayangan kenangan ia bersama Angel. Mulai dari lagu little things milik one direction yang merupakan lagu favorit mereka. Makanan sate ayam di pinggir jalan yang menjadi makanan favorit mereka. Ntah sampai kapan, Liam lelah akan semua itu. Namun ia akan berusaha, membunuh perlahan kenangan itu. Dan menciptakan dinding pertahanan baru.
Terlepas dari lelah nya fikiran nya bergelut dengan semua kenyataan, tanpa Liam sadari kedua orang tua nya beserta adiknya sudah berdiri di ambang pintu.
Reni dan Zayn memberikan privasi kepada Viktor dan Liam. Agar kedua pria itu dapat berdamai menyelesaikan masalah. Liam yang masih sibuk berkutat dengan fikiran nya, sama sekali tidak menyadari kehadiran ayah nya.
"Bang" panggil Viktor lembut. Lidah nya kelu, ntah mengapa situasi berubah menjadi canggung.
Liam menoleh. Raut terkejut tidak dapat di sembunyikan dari wajah pria itu. Lantas ia tersenyum canggung. Ntah mengapa, ayah-anak itu merasa asing. Seperti sosok yang baru saling mengenal.
"A..ayah kapan kesini?" Tanya Liam gugup. Masih ingat jelas di tempurung kepala nya, kejadian malam itu. Kejadian dimana ia sekarang berada disini untuk lari.
"Baru sampai" balas Viktor. Lalu mengambil duduk tepat di samping Liam.
Liam terdiam. Ia mengingat kejadian itu. Bukan karena ia merasa sakit hati atas perlakuan sang ayah padanya, namun ia merasa kecewa. Lebih tepat nya kecewa akan dirinya sendiri.
"Kamu apakabar?" Tanya Viktor berbasa-basi.
"Baik" balas Liam singkat. Pandangan pria itu menatap lantai. Sama sekali ia tak berani menatap manik mata ayah nya.
"Maafin ayah ya" ucap Viktor tulus. Lalu menarik pundak anak sulung nya. Memeluk erat putra mahkota nya. "Maafin ayah yang khilaf sampai buat kamu kayak gini"
Liam membalas pelukan itu tak kalah erat."Nggak yah, Liam emang salah. Nggak seharus nya Liam ngelakuin itu. Wajar kalau ayah marah, Liam udah buat ayah sama bunda kecewa"
"Nggak bang. Kamu sama sekali nggak buat ayah sama bunda kecewa" Viktor melepaskan pelukan nya. Menatap lekat-lekat manik mata di hadapan nya."Ayah sama bunda tau kalo kamu suka sama Angel sejak dulu. Dan menurut ayah, wajar kalau kamu cium dia." Ucap Viktor.
"Liam-"
"Bang, ayah tau kalo abang suka sama Angel. Ayah tau gimana rasa nya seorang cowok mengejar gadis yang ia suka"
"Tapi abang udah jadi cowok brengsek"
Viktor menggeleng."Kamu sama sekali nggak brengsek. Menurut ayah, wajar kalau kamu ngelakuin itu. Karna kamu nggak mau dia bersanding dengan pria lain. Tapi ayah minta maaf, karna ayah udah buat kamu terluka parah"
"Iya yah, nggak sepenuh nya itu salah ayah" balas Liam lembut. Lalu kedua pria itu saling peluk. Pelukan erat yang menandakan kasih sayang seorang ayah pada anak, begitu juga sebalik nya.
"Liam, perjuangkan apa yang seharus nya di perjuangkan. Tinggalkan apa yang seharus nya di tinggalkan. Ikuti apa kata hati kamu, karena tanpa di suruh, hati tau kemana ia harus berlabuh"
Dan tanpa mereka sadari, diam-diam Reni menatap mereka dari kejauhan. Betapa beruntung nya wanita itu. Memiliki suami sepengertian Viktor dan anak sebaik Liam, dan juga Zayn.
********
"Gini dong, sekali-kali kalian harus liburan ke Bandung kayak gini" celetuk oma. Setelah insiden Liam dan Ayah yang saling maaf-maafan, sekarang mereka semua tengah menyantap makan malam.
"Nama nya juga sibuk bu, di kantor banyak kerjaan" alibi Viktor.
Oma mendengus sebal." Sibuk, sibuk. Kamu ini sibuk terus. Sesekali luangin waktu dong untuk anak istri" oma mulai mengeluarkan ultimatum nya.
Viktor menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Sementara oma seperti menanti jawaban anak nya.
"Iya nanti diusahain" jawab Viktor pasrah dan kembali menyantap makan malam nya.
Sekedar menghindari pertanyaan mematikan dari ibu nya."Harus lah. Apa nggak, kamu kasih adik lagi aja tuh Liam sama Zayn, biar kamu nggak sibuk lagi" celutuk oma asal.
Uhuk
Makanan itu tersangkut begitu saja di tenggorokan Viktor. Sementara Reni sudah melotot. Liam dan Zayn hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil terkikik.
"Nah ide bagus tuh" kompor opa. Dan alhasil, sepanjang makan malam itu, dihiasi oleh ekspresi senyum-senyum-melotot.
![](https://img.wattpad.com/cover/152737438-288-k229714.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTED
Teen FictionTentang semesta yang terkadang membuat dunia nya. Seperti bumi yang membutuhkan poros nya, dan prihal hati, yang berusaha menepikan ke egoisan nya.