Sayang nya, sebuah kaca pecah tidak dapat disatukan kembali bukan? Lalu bagaimana dengan hatiku?
**********
Mungkin keputusan Liam untuk mengumumkan wilayah teritorial nya harus di pertimbangkan. Alasannya, tentu saja untuk memberikan peringatan pada setiap orang yang mendekati Angel. Sejak dulu, lawan Liam hanya lah satu, Ray. Ketua osis yang menyukai Angel sejak kelas sepuluh. Untung nya, Angel tak pernah pernah menanggapi Ray. Hal itu tentu membuat Liam dapat bernafas lega. Namun untuk rival nya kali ini, Liam merasa kecolongan. Karena bukan hanya Fari yang yang ingin mendekati Angel. Tapi juga Angel yang menyukai Fari. Liam tahu itu. Setiap kali Angel membahas atau bahkan menyebut nama Fari, ada rona merah dan senyum malu-malu yang menghiasi wajah manis itu. Hal itu bagaikan alarm peringatan bagi Liam. Alarm untuk berjaga, atau bahkan menguatkan hati nya.
**********
Jam istirahat tentu saja adalah saat-saat indah di sekolah. Bukan pelajaran, bukan juga guru. Melainkan sebuah waktu yang bisa membuat pelajar bahagia. Menciptakan moment bahagia, sebagai cerita kelak.
Bagai menemukan air di padang tandus, seluruh kelas menumpahkan isi nya. Ada yang pergi melipir ke kantin, pergi ke perpustakaan dan lain sebagai nya.
Khusus untuk jam istirahat siang ini, Angel dan Liam fokus menbaca buku. Bukan karena Angel rajin. Melainkan tuntutan ulangan biologi yang akan dilaksanakan setelah jam istirahat.
Angel mendengus kesal. Standar otak nya yang berbeda jauh dengan Liam tentu saja membuat Angel kewalahan. Meski kedua nya berfokus pada buku yang digenggam masing-masing, namun tetap saja Angel tak mengerti dengan apa yang di baca nya.
Ya iyalah! Orang buku nya bukan dijadiin bacaan justru dijadiin bantal!
Kedua nya masih sibuk membaca buku. Berusaha merapalkan baris aksara di sana. Berusaha menyimpan baik-baik segaka kata demi kata yang tertata rapi disana.
"Gue nyerah!" Angel berdecak sebal. Ntah sudah berapa kali ia berusaha menghafal. Tapi justru, berkali-kali pula materi itu tidak di terima otak nya. Seakan ada magnet penolakan disana.
Liam meletakkan buku yang sejak tadi di genggam nya. Benda itu diletakkan tepat di atas pangkuan nya dan menatap lurus iris mata Angel. "Dipahami bukan di caci maki. Tuh buku lo nggak ada salah" ucap Liam datar sembari membenarkan posisi duduk nya.
"Gue heran deh" ucap Angel sembari berdiri. Gadis itu melipat kedua tangan nya di depan dada. "Kenapa siswa harus nguasai semua pelajaran. Guru aja cuma nguasai satu! Gue tuh nggak bisa diginiin" ucap Angel dengan nada yang sok drama.
Tok
Liam merasa jengah. Di ketuk nya pelan kening Angel. Sehingga gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal. Liam gemas melihat ekspresi wajah Angel. Namun harus ia akui, ada sesuatu di dalam darah nya yang berdesir ketika melihat senyuman itu.
"Nggak usah banyak ngeluh" ucap Liam datar.
Angel berkacak pinggang. "Lo mah enak, pinter! Lah gue yang dodol ini apa kabar?" Angel mengeluh sebal.
"Lo itu bukan dodol. Tapi nggak mau usaha"
"Usaha mulu, gue nggak suka banyak usaha tapi nihil hasil nya" Angel kembali duduk dan membaca buku paket biologi nya kembali.
"Semerdeka lo aja deh"
*************
Tuhkan bener, giliran gue usaha aja ada aja hambatan nya!
Angel menggerutu. Sejak insiden ia 'menghafal' buku biologi istirahat tadi, kini guru biologi berhalangan hadir dikarenakan anak nya sakit.
"Gue udah mati-mati an belajar dan ulangan nya ditunda??? Tuhannn Angel lelahhh" Angel menjerit histeris.
![](https://img.wattpad.com/cover/152737438-288-k229714.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTED
Teen FictionTentang semesta yang terkadang membuat dunia nya. Seperti bumi yang membutuhkan poros nya, dan prihal hati, yang berusaha menepikan ke egoisan nya.