Liam mengajak Amalia ke sebuah danau. Danau yang menyuguhi pemandangan cukup indah. Sesekali rintihan kecil keluar dari bibir Liam, terlebih saat ia merasakan nyeri di area tubuh nya.
"Kamu kenapa ngajakin aku kesini?" Tanya Amalia bingung.
Liam mengangkat kedua bahu nya. Karena alasan nya juga sama, ia tak tahu apa maksud dan tujuan nya mengajak Amalia kesini.
Ponsel Liam berdering. Menampilkan nama mama dan papa nya secara bergantian. Sudah 73 panggilan tak ia hiraukan.
"Kok nggak diangkat?" Tanya Amalia bingung. Biasanya Liam adalah tipe orang yang slalu sigap mengangkat telfon.
"Nggak papa, gue anter balik ya udah sore soalnya" ajak Liam dan diangguki oleh Amalia.
"Nggak mau masuk dulu?" Tawar Amalia. Masih ada rasa khawatir di dalam dirinya.
"Nggak deh, lain kali aja. Gue pamit ya" dan pria itu menjalankan mobilnya. Meninggalkan kediaman Amalia, membelah jalanan ibu kota.
**********
Mobil Liam menepi di sebuah jalanan. Ia bingung harus pergi kemana. Untuk pulang, rasanya ia masih tak enak hati pada ayah dan bunda nya. Bukan karena ia sakit hati atau kesal, tapi ia merasa ia memang sudah sangat-sangat brengsek!
Ponsel nya kembali berdering. Menampilkan nama Zayn di layar nya. Liam menggeser tombol hijau, lalu mendekatkan benda pipih ituke telinga nya.
"Hallo"
"Ada apa Zayn?"
"Kakak dimana? Kok nggak pulang?"
"Kakak lagi di rumah temen, bilang sama ayah sama bunda kayak nya kakak nggak pulang malem ini"
"Tapi-"
Belum selesai kalimat itu keluar dari mulut Zayn, Liam sudah lebih dulu mematikan sambungan nya.
Tiba-tiba, terbesit sebuah tempat dimana ia harus datang. Datang tanpa harus merasakan sakit untuk kesekian kalinya. Dimana ia dikelilingin dua orang sosok yang sangat menyayangi nya.
Liam menjalankan kembali mobilnya. Membelah padat nya jalan raya. Bergerak menyusuri jalan. Sampai pada akhirnya, ia sampai di Bandung.
************
Mungkin rasanya patah hati itu memang sakit. Tapi mungkin, sebagian orang beranggapan bahwa ia sakit seorang diri. Tanpa ia ketahui, masing-masing merasakan nya.
Kilauan bintang bertebaran di langit malam khas kota Bandung. Liam sudah lupa, kapan terakhir kali ia menjejakkan kaki nya disini. Karena, biasanya opa dan oma nya lah yang datang ke Jakarta.
Tok tok
Liam mengetuk pintu rumah itu berkali-kali. Kemudian muncul lah sosok wanita ringkih yang ia rindukan.
"Cucu oma " tarik Lestari menarik cucu nya ke dalam pelukan nya.
Liam membalas pelukan oma nya dengan erat. Ia merinduka sosok dihadapan nya ini.
"Ya ampun Liam sini masuk" tarik opa. Menarik cucu nya untuk masuk ke dalam.
"Kamu sama siapa?ya ampun itu kenapa badan kamu memar semua?!" Tanya Oma nya panik.
"Iam sendiri oma" balas nya lesu.
"Ya ampun kamu habis berantem ya?" Tanya Oma nya khawatir. Sementara opa nya hanya geleng-geleng melihat tingkah istri nya yang sangat cerewet.
Liam kemudian menceritakan kejadian yang barusan terjadi pada hari ini.
"Ya ampun, ayah kamu kurang ajar banget! Masak cucu oma sampe babak belur begini! Padahal kan wajar aja, kalo anak seumuran kalian udah pacaran, suka-sukaan, atau bahkan ciuman!" Celotah oma nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HURTED
Teen FictionTentang semesta yang terkadang membuat dunia nya. Seperti bumi yang membutuhkan poros nya, dan prihal hati, yang berusaha menepikan ke egoisan nya.