Angel menatap gedung putih dihadapannya dengan senyum haru yang terus mengembang. Tatapannya begitu sendu, begitu pula dengan hatinya yang tersentuh melihat banyak anak-anak kecil yang berlarian kesana-kemari. Sebagian anak perempuan bermain boneka lusuh, sementara sebagian anak laki-laki bermain sepak bola di halaman yang tidak terlalu luas.
"Mau masuk?" tawar Liam.
Angel mengangguk, berjalan memasuki gedung putih itu. Membiarkan sebagian ketenangan dan kebahagian kecil nya untuk menyeruak masuk ke dalam rongga dada.
"Gue..." gantung Angel. Ntah mengapa, otak nya seketika buntu dan tak tahu harus berbicara.
"Kenapa?" tanya Liam bingung. Pria itu mengamati beberapa frame foto yang tertempel di dinding. Senyum nya mengembang, hatinya tersentuh.
"Nggak jadi. Gue lupa mau ngomong apa" balas Angel diiringi oleh cengiran khas nya.
Seorang wanita paruh baya menghampiri mereka. Dengan wajah lelah nya, wanita itu berjalan mendekat. Membiarkan sedikit keringat menetes di kening nya. Angel dan Liam menyalami wanita paruh baya itu.
"Ibu kira siapa tadi. Kalian udah lama banget nggak ke sini" ucap Sofi.
Angel dan Liam tersenyum lembut.
"Iya bu, akhir-akhir ini kita lagi sibuk-sibuknya" jawab Angel jujur.
Bu Sofi membalas senyuman lembut Angel dengan senyuman hangat nya.
"Oh iya bu, ini ada sedikit dari saya. Mudah-mudahan bisa membantu ya. Semoga bermanfaat ucp Angel menyerahkan sebuah amplop berwarna coklat. Di dalam nya terdapat nominal uang yang lumayan banyak.
"Terima kasih ya nak, semoga kebaikan kalian di balas oleh tuhan. Ibu nggak bisa balas apa-apa.Ibu cuma bisa berdoa yang terbaik aja buat kalian" ucap bu Sofi penuh haru.
"Iya bu makasih ya. Ya udah kita pamit ya"
Angel dan Liam sebenarnya adalah donatur di sebuah panti asuhan. Bisa dibilang bukan donatur tetap sih, karena mereka memberikan bantuan bila memiliki rejeki lebih. Bagi Liam mungkin dia akan menyisihkan uang jajan nya untuk di kumpulkan dan diberikan kepada panti ini. Namun tidak bagi Angel.Ia harus bekerja untuk mendapatkan uang. Sehingga hasil dari Angel bekerja sebagai model ia sisihkan untuk keperluan nya dan untuk memberikan bantuan kepada panti ini.
Bagi Angel, tak begitu menjadi masalah bila Angel kesusahan dan kekurangan uang. Toh, kalau dia kehabisan makanan di kost, bisa makan di rumah Liam. Tapi dengan anak-anak panti? mereka hidup susah.
Tak apa Angel ikut susah, setidak nya Angel bisa merasakan hidup nya sedikit berguna. Baginya.
**************
Keluarga Hartono tengah menyantap menu makan sore mereka. Di temani oleh sosok setia yang bersedia membantu menghabiskan persediaan beras keluarga Hartono, Angel.
Viktor berniat untuk mengembalikan keadaan seperti semula, sehingga Angel tak perlu lagi kesepian. Bukan berarti Viktor lelah membujuk Angel, hanya saja Viktor ingin agar Angel dapat berdamai dengan Wiliam. Dan tentu saja, berdamai dengan kenyataan.
Keluaraga Hartono sudah membulatkan tekad mereka, untuk menyatukan Angel kembali. Namun sayang nya, tak ada di antara mereka yang hendak memulai pembicaraan. Bahkan, Liam yang biasanya berinsiatif untuk membuka pembicaraan kali ini lebih memilih untuk diam. Takut-takut Angel sensitive dan justru merasa terluka.
Angel mungkin merasakan perbedaan yang sedang ditunjukkan oleh keluarga Hartono. Dari kasus yang sudah-sudah, kalau mereka sudah diam tak berkutik seperti ini, sudah pasti berurusan dengan papa nya. Dan ternyata, dugaan Angel benar sekali.
"Kok hening? Pasti mau bahas papa kan?" tebak Angel tepat sasaran. Keluarga Hartono menatap Angel dengan tatapan yang sulit dimengerti. Antara terkejut, syok atau entah bagaimana.
"Angel" bunda memanggil nama itu selirih angin. Sebisa mungkin berusaha mengeluarkan kata-kata pelan dan tidak menyakitkan bagi Angel.
"Iya bun?"
"Angel masih mau sampai kapan kayak gini?" Tanya Reni hati-hati.
Angel menundukkan kepala nya. Menatap karpet Persia lembut yang kini berada di bawah telapak kaki nya.
"Angel...gatau bun" jawab Angel lesu.Fikiran nya terasa lesu mengingat nama itu.
"Apa Angel nggak capek gini terus?" Tanya Viktor hati-hati. Berusaha menerobos jalan fikir Angel, yang sulit untuk di bobol.
"Angel mau damai, dengan syarat" ucapnya menggantung. Sepersekian detik menarik nafas, lalu menghembuskan nya perlahan-lahan. "Papa cerai-in bitch itu" ucapnya kasar. Bahkan, Angel sedikit tidak sadar dengan ucapan nya barusan.
"Angel, kamu nggak boleh ngomong gitu sayang" ucap Reni lembut."Gimana pun juga dia mama kamu nak" ucap Reni melanjtkan pembicaraannya.
"Nggak. Mama Angel Cuma satu, mama Nindya. Dan bunda. Selebihnya nggak ada" ucap Angel mantap. Namun sayangnya, air matanya jatuh karna menyebut nama sang mama.
Reni hanya diam. Namun, senyum lembut nya membuat Angel sedikit tenang. Memberhentikan air mata nya yang lolos dari kelopak matanya.
"Nanti malam, papa kamu kesini. Bicarain baik-baik ya sayang"
**********
Angel mendengus kesal. Sejak satu jam terakhir, ekor matanya hanya melihat pemandangan Liam yang berenang kesana kemari menyusuri kolam renang.
Sesekali Angel menyantap kentang goreng yang tersedia di samping nya. Milk shake juga turut andil dalam membuat mood Angel sedikit lebih baik. Namun fakta nya, seberapa gelas milk shake yang Angel teguk, tak membuat kegelisahan di hatinya berkurang. Justru, semakin dekat nya waktu maka Angel semakin berdebar.
Bukan nya apa, hanya saja Angel merasa sedikit was-was dengan pertemuan nya nanti malam. Angel takut, bahwa dia tidak bisa mendamaikan hatinya sendiri. Angel takut, justru dia akan merasa semakin benci dengan Wiliam.
"Iam. Lo masih mau berenang?" tanya Angel mulai jenuh. Sejak tadi pemandangan nya hanya menampilkan body Liam yang sudah ber puluhan kali Angel lihat.
"Maybe. Why?"
"Gue mau ke dalem lah. Bosen liatin lo mulu" Angel berbicara dengan nada ketus.
Liam terkekeh geli. "Ya udah sana" ucap Liam sambil mengangkat dagu nya tinggi-tinggi. Seolah memberikan isyarat pada Angel untuk menuju arah yang Liam maksud.
"Bangke!" umpat Angel kesal.
"Lah, malah ngumpatin gue! Yang nyuruh lo nungguin gue siapa?" tandas Liam membuat Angel berdesis sempurna.
"Sialan banget sih lo! Gue mau ke dalam ah, dari pada disini nungguin lo nggak jelas!" desis Angel meninggalkan Liam di kolam. Liam hanya terkekeh melihat kelakuan Angel.
****************
"Buruan balik woy" gerutu Liam sebal. Terhitung sudah dua jam lama nya Angel melipir ntah kemana. Alasan Angel dan Zayn sih belanja buah, padahal Liam tau pasti, tuh anak dua pasti ada apa-apa.
"Zayn, abang lo itu emang otak nya sedikit cuma setengah gitu ya?" tanya Angel polos. Matanya terfokus pada jalanan, sebisa mungkin menghindari ramai nya lalu lintas sore ini.
Zayn terkekeh geli."Apaan sih lo kak. Dia emang gitu orang nya"
Angel berhenti di sebuah pom bensin untuk mengisi bahan bakar mobilnya, mata nya menangkap sosok manusia yang familiar bagi nya, Fari.
Dari kejauhan, Angel melihat mata Fari terlihat sendu. Pria itu berdiri dekat dengan toilet umum.
"Zayn, lo isiin bensin gue dulu. Gue mau ke toilet" ucap Angel lalu turun dari mobilnya.
Zayn hanya mengangguk patuh dan mengisi bahan bakar mobil Angel.
Angel menatap Fari sedikit heran.
"Fari" panggilnya pelan.
Fari menoleh"Ngapain lo?"

KAMU SEDANG MEMBACA
HURTED
TienerfictieTentang semesta yang terkadang membuat dunia nya. Seperti bumi yang membutuhkan poros nya, dan prihal hati, yang berusaha menepikan ke egoisan nya.