27. Abu-Abu

5 0 0
                                    

Angel menatap ragu pada kusen pintu yang ada di hadapannya. Gadis itu sedari tadi hanya diam mematung. Ragu akan dirinya sendiri. Ntah kenapa, ini adalah makan malam kesekian yang ia alami bersama dengan keluarga Liam. Tapi sekarang, gadis itu merasa bingung, harus menanggapi dengan bagaimana.

"Kak gamau masuk?" Tanya Ridho. Anak itu sedari tadi merasa heran, melihat sang kakak yang hanya berdiri tanpa ada niat untuk masuk ke dalam.

"E...eh" Angel terkesiap. Gadis itu segera tersadar dari lamunannya. "Deluan aja, gue mau nelfon temen dulu" alibi gadis itu.

Ridho mengangguk. Lantas masuk kedalam. Meninggalkan sang kakak yang kini menyendiri di halaman depan. Gadis itu melirik ponselnya. Menatap tak ada satu pun notifikasi yang masuk. Lalu menghela nafas pelan, its okey. Liam sahabat lo bisik gadis itu dalam hati lalu melangkah masuk ke dalam dengan penuh kecanggungan.

Ekor matanya melirik kesana-kemari. Tak ada yang berubah dari rumah itu. Dekorasi, hingga suasana hangat yang selalu membuat dirinya nyaman. Semua sama, iya semua. Terkecuali hubungannya dengan Liam. Ia sendiri bingung.

Semua sudah terkumpul di ruang makan. Termasuk Angel yang sudah duduk di salah satu kursi. Papa dan ayah Liam sedari tadi sibuk berbincang-bincang terkait proyek baru. Semua sudah hadir, terkecuali Liam yang belum turun dari kamarnya.

"Aduh anak itu, apa perutnya masih sakit ya, makanya enggak turun-turun dari tadi?" Tanya bunda dengan wajah khawatir.

Angel mengernyit bingung." Liam sakit bun?" Tanyanya.

"Tadi si pulang sekolah katanya sakit perut, bunda suruh minum obat dia gamau. Coba bunda panggilin aja dulu" ucap wanita paruh baya itu sembari bangkit dari duduknya.

Angel terkesiap. "Bun biar aku aja yang panggil, bunda disini aja" ucap Angel. Belum sempat wanita paruh baya itu menjawab, Angel sudah berdiri dan melangkah menaiki tangga menuju kamar Liam.

Dihadapan pintu berwarna cokelat itu, Angel bingung. Apakah ia harus memanggil Liam? Selama ini gadis itu akan langsung masuk kedalam kamar Liam. Namun, sekarang terasa berbeda.

"Gue ketuk aja kalik ya"

Akhirnya gadis itu mengetuk pintu. Namun tidak ada balasan sama sekali dari dalam. Berkali-kali ia mengetuk, namun tetap sama. Akhirnya gadis itu memberanikan diri membuka gagang pintu itu.

Suasa kamar Liam terasa hening. Tak ada apa-apa. Lalu gadis itu melangkah masuk, dan melihat sebuah kertas di atas tempat tidur. Ia mengambil kertas itu lalu membaca "oxford university" bacanya pelan.

Ia terkesiap. Jadi Liam memang akan pergi? Ia akan mengambil kuliah diluar sana? Selama ini Liam tidak pernah cerita kepadanya, atau mungkin belum? Atau bahkan memang tidak akan.

"Ngapain lo disitu" ucap suara berat yang berasal dari belakang tubuhnya.

Gadis itu terkejut lalu berbalik, lantas terkesiap melihat Liam yang baru keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk sebatas pinggang.

Angel sebelumnya memang sudah sering melihat tubuh atas Liam. Namun pria itu masih menggunakan celana! Dan kali ini pria itu hanya mengenakan handuk yang sudah pasti didalamnya tidak menggunakan apapun! Astaga wajah gadis itu memanas hingga memerah.

Liam paham akan kondisi ini. Seketika ide jahil dalam benak pria itu muncul. Ia berjalan mendekat ke arah Angel. Lalu mengambil kertas yang ada di hadapan mereka.

Astaga Angel menahan nafasnya. Aroma sabun yang menempel pada tubuh Liam seakan membuat debaran jantungnya menggila. Jantungnya berdetak dengan sangat cepat. Gue kanapa sih

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HURTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang